"Istighfar, Ayah. Ayah pasti mampu melewatinya," ucap Farel."Astaghfirullahal'azim." Ia memberi contoh."Astaghfirullahal'azim." Ayah menirukan dengan lancar, walaupun pelan dan terbata.Di belakang laki-laki itu, aku tergugu. Demikian pula Umak yang berdiri di belakangku."Nak Farel, ayah mau bercerita. Tolong dengarkan." Ayah terus berbicara, padahal napasnya sudah kian tersengal."Iya, Ayah." Suara laki-laki di sampingku itu pun kini terdengar serak."Sebagai seorang ayah, saya sangat ingin menjadi wali di saat anak perempuan saya menikah. Ayah sangat ingin sekali menjadi wali nikah Hanum.""Iya, Insya Allah. Pasti Ayah akan menjadi wali nikah Hanum.""Iya, Nak Farel. Iya."Setelah itu, mata Ayah perlahan memejam. Napasnya masih turun naik dengan sangat berat. Aku memerhatikan laki-laki itu dengan hati yang begitu takut. Pikiran buruk terus saja berkelebat, apakah Ayah tertidur, atau hendak pergi meninggalkan kami.Di antara gundah, seorang dokter datang menghampiri kami. Di tang
Last Updated : 2022-07-13 Read more