Beranda / Romansa / Love Me, Sersan! / Season 2 Bagian 9. Sayang

Share

Season 2 Bagian 9. Sayang

Penulis: Nyemas Sarifah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-06 22:27:26

Wajahnya dingin. Sama sekali tidak ada senyuman di bibirnya. Sorot matanya yang tajam itu terasa bagai menembus jantungku.

"Dia?" tanyaku bingung. Suara yang keluar terdengar gemetar karena rasa takut.

Aku heran dengan keadaan sendiri, mengapa harus takut dengannya? Memangnya dia siapa? Bahkan dia bukan siapa-siapa!

Laki-laki itu tampak menghela napas panjang, lalu mengembuskannya kasar. Dia melepaskan genggaman tangannya dariku, setelah itu mengusap wajah sendiri.

"Maaf," lirihnya. Setelah itu, lagi-lagi dia menghela napas panjang.

"Maaf? Kenapa?" Aku bertanya hati-hati, lalu memberanikan diri memindai wajah coklatnya yang tampak frustrasi. Lagi-lagi hatiku bertanya, ada apa dengannya?

"Tidak apa-apa," sahutnya, "Ayo."

Ia kembali melanjutkan langkah panjangnya menuju sepeda motor yang terletak tidak jauh dari kami berhenti.

Tanpa bicara, ia segera men-starter kuda besinya itu. Lalu, setelah memastikan aku duduk dengan sempurna, ia melajukan kendaraannya itu menuju mesjid terdekat.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Love Me, Sersan!   Season 2 Bagian 10. Ambruk

    "Cobain dulu," ucapnya saat aku tidak segera mencicipi minuman itu. Mau tidak mau, daripada dilihati terus sehingga aku jadi salah tingkah dan tidak bisa meneruskan makan, aku menuruti ucapannya."Maniskan?" tanyanya saat satu sedotan berhasil melewati kerongkonganku."Iya." Aku menjawab singkat sembari mengangguk."Kayak kamu," timpalnya.Tak ayal, aku yang belum sempurna menelan semua minuman yang ada di mulut, tersedak oleh kalimat singkatnya.Subhanallah .... Aku mengurut dada.Ternyata laki-laki kaku ini sangat pandai berkata-kata manis. Bicaranya medit, tetapi kerap tak terduga. Satu dua kata yang terucap dari bibirnya selalu mampu membuatku tersipu malu.Saat ini aku benar-benar tidak mampu lagi mengangkat wajah. Sepanjang menikmati bakso, aku menyuap sambil terus menunduk. Alhasil tidak ada pembicaraan di antara kami. Yang ada hanya saling diam. Hening. Sesekali, keheningan di antara kami ditingkahi suara sendok dan garpu yang saling beradu dengan pinggiran mangkuk.Aku sudah

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • Love Me, Sersan!   Season 2 Bagian 11. Tolong Jaga Hanum

    "Hanum." Melihatku terjatuh, Farel gegas menghampiri. Laki-laki itu lantas duduk mensejajarkan diri denganku."Ada apa?" tanyanya. Intonasi suaranya terdengar khawatir.Tidak mampu menjawab, aku menyerahkan ponsel yang masih tersambung dengan Umak padanya. Ia meraih benda itu, lalu mulai berbicara.Informasi yang tadi Umak sampaikan, Ayah kecelakaan. Saat hendak ke mesjid menjalankan sholat Zuhur bersama Azmi, sepeda motor yang mereka kendarai ditabrak dari belakang. Tidak terlalu parah. Akan tetapi, Ayah yang saat itu posisinya dibonceng, terpental dari sepeda motor. Sedangkan Azmi tumbang di tempat.Azmi mengalami lecet pada lengan, sementara Ayah tidak mengalami luka sama sekali. Keduanya bahkan tetap menjalankan sholat Zuhur di mesjid. Akan tetapi, usai sholat Ayah mengeluh nyeri pada bagian dada. Sesampai di rumah, keluhan bertambah menjadi sesak napas sehingga harus dilarikan ke UGD."Kondisi Ayah sesak dan sangat lemah, Num. Saat ini Ayah bernapas dengan bantuan oksigen. Ayah

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-13
  • Love Me, Sersan!   Season 2 Bagian 12. Bantu Aku, Mas!

    "Istighfar, Ayah. Ayah pasti mampu melewatinya," ucap Farel."Astaghfirullahal'azim." Ia memberi contoh."Astaghfirullahal'azim." Ayah menirukan dengan lancar, walaupun pelan dan terbata.Di belakang laki-laki itu, aku tergugu. Demikian pula Umak yang berdiri di belakangku."Nak Farel, ayah mau bercerita. Tolong dengarkan." Ayah terus berbicara, padahal napasnya sudah kian tersengal."Iya, Ayah." Suara laki-laki di sampingku itu pun kini terdengar serak."Sebagai seorang ayah, saya sangat ingin menjadi wali di saat anak perempuan saya menikah. Ayah sangat ingin sekali menjadi wali nikah Hanum.""Iya, Insya Allah. Pasti Ayah akan menjadi wali nikah Hanum.""Iya, Nak Farel. Iya."Setelah itu, mata Ayah perlahan memejam. Napasnya masih turun naik dengan sangat berat. Aku memerhatikan laki-laki itu dengan hati yang begitu takut. Pikiran buruk terus saja berkelebat, apakah Ayah tertidur, atau hendak pergi meninggalkan kami.Di antara gundah, seorang dokter datang menghampiri kami. Di tang

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-13
  • Love Me, Sersan!   Season 2 Bagian 13. Ada Apa Dengan Malam?

    Aku membalikkan badan, menatap laki-laki itu penuh harap bahwa apa yang dia tanyakan baru saja itu serius."Mas mau memberikan apa?""Saya belum menyiapkan apa-apa," jawabnya."Aku menerima apa saja yang Mas berikan, walaupun itu hanya uang seribu perak. Tapi jika Mas bisa, aku ingin meminta mahar yang selama ini aku impikan.""Apa?"***Aku menggenggam erat tangan Ayah. Mata laki-laki itu masih memejam rapat, sementara napasnya terus saja memburu. Tanganku beralih mengusap pucuk kepalanya yang mulai ditumbuhi satu dua uban. "Ayah." Aku berbisik pelan di telinga tuanya. Aku percaya beliau mendengar panggilanku, hanya saja terlalu lemah untuk membuka mata."Mas Farel bersedia menikahi Hanum sekarang. Ayah jadi wali nikah Hanum, ya?" bisikku menahan serak. Kemudian kelopak mata itu membuka perlahan. Dalam lemahnya, aku bisa melihat binar bahagia di sana.Farel datang bersama seseorang berseragam putih, yang dari penampilannya aku bisa memastikan bahwa ia adalah dokter. Setelah setuju

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15
  • Love Me, Sersan!   Season 2 Bagian 14. Ridha

    Aku tercengang beberapa lama oleh responnya yang di luar perkiraan. Langkahku bahkan sedikit tersurut. Nyaliku ciut menatapnya. Dia tiba-tiba tampak menakutkan. Wajahnya seram dan garang."Aku tadi pulang mandi sama ganti baju sebentar," sahutku tergagap. "Kamu 'kan bisa tunggu saya!""Aku takut nanti kemalaman.""Kamu bisa telepon supaya saya cepat!""Aku kasihan, Mas, seharian ini capek ke sana ke mari ngurusi kami."Setiap kalimat yang aku ucapkan, selalu keluar dengan terbata. Sementara dia menyahut dengan tegas dan lantang."Siapa bilang saya capek? Sudah saya bilang, bahaya jika perempuan keluar malam-malam!""Tapi aku sudah biasa, Mas.""Jangan biasakan sesuatu yang tidak baik!""Maaf." Aku sudah tidak tahan lagi. Air mataku nyaris tumpah. Aku menunduk dengan bibir yang gemetar menahan takut. "Aku lupa," lanjutku serak. Ya Tuhan, baru saja beberapa jam menjadi istrinya, dia sudah garang begini? Apa memang seperti ini tabiat aslinya? Temperamen dan kasar? Mengerikan sekali.

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-17
  • Love Me, Sersan!   Season 2 Bagian 15. Mertua

    Ayah bukan hanya sebagai orang tua, tetapi juga sebagai teman untukku. Beliau tidak sekadar kepala keluarga, melainkan juga nyawa rumah ini. Keberadaan Ayah selalu membuat hari-hari kami menjadi lebih ceria. Sebaliknya, kehilangan Ayah menjadikan semuanya berubah kelam.Separuh hidup kami seolah hilang bersama kepergian Ayah.Aku tahu, di dunia ini tidak ada yang pasti, kecuali kematian.Aku tahu, di dunia ini tidak ada yang abadi. Setiap yang bernyawa pasti akan mati. Aku tahu, kematian tidak memandang usia, tidak harus sakit. Ia bisa datang kapan saja. Seperti Ayah yang beberapa jam sebelumnya masih sehat wal'afiat, tiba-tiba kecelakaan datang dan merenggut nyawanya. Di dalam Al Qur'an pun disebutkan bahwa tidak ada yang bisa menghindar dari kematian. ... Sesungguhnya, kematian yang kamu lari daripadanya, sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu.” (QS al-Jumu’ah [62]: 8).Akan tetapi, aku manusia yang lemah. Luka atas kehilangan ini terasa amat perih. Prosesi pemakaman Ayah

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-18
  • Love Me, Sersan!   Season 2 Bagian 16. Kamu Cantik Sekali

    "Kenapa kaget begitu ekspresinya?" Laki-laki itu menyipitkan mata, menatapku heran."Eh." Aku tertawa cengengesan.Ya Tuhan, video call dengan mertua? Aku harus bagaimana? Membayangkannya saja sudah canggung.Jujur saja aku tipe orang yang susah bicara kalau melalui telepon, kecuali dengan keluarga atau teman yang sangat dekat. Aku lebih leluasa dan nyaman kalau komunikasi melalui pesan saja. Sekarang dengan mertua yang notabene belum pernah bertemu, akan bagaimana ekspresiku nanti?Lagi pula jangankan dengan mertua, dengan suami saja masih sangat kikuk."Grogi, ya, mau video call sama mertua?" Mas Farel tersenyum jahil. Ia menggerakkan alisnya turun naik.Bah! Lelaki kaku ini pandai juga menggoda sekarang."Berani enggak video call sama mertua?" lanjutnya lagi. "Masa enggak berani?" Ia terus saja mencicit, membuat emosiku terpancing."Mana?" tantangku. Tidak terima kalau diremehkan. Laki-laki itu tersenyum penuh makna, lalu fokus pada ponselnya kembali. Per sekian detik, terdenga

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-19
  • Love Me, Sersan!   Season 2 Bagian 17. Saya Mencintai Kamu

    Aku tertawa kikuk, cengengesan, serta tersipu malu oleh pujiannya. Sementara laki-laki itu terus bergeming dengan sorotannya. Ia menerus menatapku intens. Jakunnya turun naik, menunjukkan ia beberapa kali menelan saliva."Mas ...." Aku mulai was-was. Terlebih ketika tatapannya berubah sendu seiring gerakan kedua bibirnya yang saling melipat ke dalam. Lalu hangat napasnya mulai terasa menyapu wajahku.Per sekian detik, jantungku bagai terhenti karena teramat syok. Wajahnya mendekat, bibirnya dengan cepat menyesap lembut bibirku. "Mas ...," lirihku tertahan. Aku berusaha mendorong tubuhnya, menjauhkan diri, melepaskan tindakan laki-laki itu. Akan tetapi, aku seperti tidak bertenaga.Mas Farel melakukannya beberapa lama. Begitu lembut hingga aku merasa sangat nyaman dan terbuai. Entah dorongan dari mana, aku tanpa malu sedikit memberi balasan. Hangat napas kami saling beradu. Lalu setelah itu ia menarik kembali wajahnya dariku.Entahlah. Ketika ia menghentikan sendiri tindakannya, aku j

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-21

Bab terbaru

  • Love Me, Sersan!   Season 2 Bagian 60. Ekstra

    "Benarkan?" tanyanya meminta penegasan."Hmm," sahutku seadanya. Aku memilih fokus menikmati sarapan yang ada di piringku. Laki-laki itu terkekeh. Tampak sekali dia begitu bahagia dan bersemangat."Mas seolah enggak bisa berhenti memikirkan itu," ucapku sambil mengerling padanya."Ciri-ciri laki-laki normal, ya, seperti itu, Sayang.""Normal apa doyan?""Ya, normal. Ya, doyan. Dua-duanya. Ditanya doyan, ya, doyan banget," sahutnya sekenanya. "Ish! Dasar suami omes!" Aku kembali mengerling dengan greget. Laki-laki itu terkekeh geli."Omes sama istri sendiri itu wajar. Bahkan harus. Itu 'kan sesuatu yang mutlak untuk mendukung kebahagiaan kita," alibinya. "Heh!" Aku mencebik tidak acuh."Kamu tahu enggak, Sayang?" "Apa?""Mandinya seorang istri karena melakukan ibadah bersama suaminya itu lebih baik dari pada dia melakukan mengorbankan seribu ekor kambing untuk fakir miskin.""Heh!" Lagi-lagi aku mencebik."Laki-laki selalu paham ilmunya kalau untuk masalah beginian." Laki-laki itu

  • Love Me, Sersan!   Season 2 Bagian 59. End

    "Mirip mama, ya, Yah? Iya 'kan, mirip mama?" "Mana ada mirip kamu. Ini mirip Ayah.""Enggak mungkin mirip Ayah. Ini perempuan, lho, Yah. Kalau anak Maysa, iya, memang mirip Ayah. Dia laki-laki.""Apa kalau perempuan jadi enggak boleh mirip ayah? Ini coba perhatikan baik-baik, mirip ayah 'kan? Matanya, hidungnya, bibirnya, dan yang paling kelihatan itu warna kulitnya. Enggak ada beda dengan anak Maysa."Aku tersenyum geli memerhatikan tingkah Mama Anin dan Ayah Kusuma yang saling berebut mengakui kemiripan putriku dan Mas Farel dengan mereka. Mama Anin bahkan sampai menunjukkan ekspresi kecewa, walaupun aku tahu itu hanya sekadar kelakar. Kekesalan beliau terpancing saat Ayah Kusuma seolah begitu membanggakan diri di depannya, bahwa cucu-cucu mereka mirip dengan dirinya."Fatih, kalian nanti kalau punya anak mirip mama, ya. Kamu harapan mama satu-satunya," ucap Mama Anin pada Fatih. Putra keduanya itu sedang duduk di sofa bed yang tersedia di ruang rawat bersama seorang gadis yang ia

  • Love Me, Sersan!   Season 2 Bagian 58. PoV Farel (Perjuangan Hanum)

    "Jadi bagaimana?" Aku bertanya pasrah, "Mas penjual baksonya sudah menunggu di depan.""Ya, suruh pulang saja. Enggak jadi," sahutnya enteng."Enggak enak, Sayang. Kasihan dia sudah menunggu." Aku mencoba bernegosiasi. Mana tahu buah cinta kami di dalam sana yang 'katanya' pengen bakso itu mau merubah kriterianya dari hitam menjadi putih."Jadi, Mas, lebih kasihan sama penjual baksonya? Enggak lebih kasihan sama aku dan anak, Mas, sendiri?" Matanya kembali berkaca-kaca.Allahu Akbar ....Aku menyandar pasrah di dinding, menyadari bahwa jika ingin hidupmu aman, jangan pernah mencoba untuk nekad melawan ibu hamil yang hormonnya sedang tidak stabil.Oke! Aku memutuskan untuk berhenti bernegosiasi, tidak ada gunanya. Bahkan hanya akan menambah rumit masalah yang ada."Kalau begitu sana, Mas, tidur sama tukang baksonya saja."Nah, kan? Hancur Mina!"Jangan begitu, dong, Sayang. Masa saya disuruh tidur sama tukang bakso. Mana enak. Pentol semua. Ya, sudah. Tak suruh pulang lagi dia. Semoga

  • Love Me, Sersan!   Season 2 Bagian 57. PoV Farel (Ngidam)

    PoV Farel (Ngidam)Sebenarnya sangat malu untuk menanyakan hal itu. Apalagi dokternya perempuan. Akan tetapi, pepatah mengatakan malu bertanya sesat di jalan. Aku tidak mau sesat dalam berbuat. Jujur saja aku takut jika hubungan suami istri dapat membahayakan janin yang ada di dalam kandungan Hanum. Banyak sekali aku mendengar selentingan seperti itu. Akan tetapi, di sisi lain aku tidak akan sanggup menepis pesona wanita tercintaku itu. Dia bagaikan candu. Cintaku yang begitu besar padanya membuatku tidak tahan untuk tidak berbuat apa-apa padanya. Setelah berbuat, rasanya ingin selalu lagi dan lagi."Oh ...." Dokter itu mengangguk ringan sambil tertawa renyah. Jujur saja aku merasa malu sampai ke ubun-ubun. Apalagi perempuan di sampingku. Ekor mataku dapat menangkap wajahnya yang tampak memerah. Sepertinya dia pun merasa malu atas pertanyaan yang aku ajukan pada dokter Herlina. Pasti nanti di rumah dia akan marah dan protes. Masa bodohlah. Semakin dia marah, semakin kelihatan seksi.

  • Love Me, Sersan!   Season 2 Bagian 56. Pertanyaan Absurd

    "Masya Allah." Laki-laki itu langsung memelukku erat. Sementara bibirnya menguntai sebait doa."Rabbi habli min ladunka dzurriyatan thayyiban innaka sami'ud du'a.""Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa."Usai melafazkan doa itu, dia melabuhkan kecupan bertubi-tubi di ubun-ubunku. "Alhamdulilah, Ya Allah," ucapnya penuh syukur. Dia kemudian menangkupkan kedua telapak tangannya ke wajahku. Lalu kecupan bertubi-tubi yang tadi mendarat di ubun-ubunku, beralih ke setiap inchi bagian wajahku. "Terima kasih, Sayang. Kamu telah menjadikan hidup saya begitu sempurna. Saya akan menjadi ayah dari anak yang akan lahir dari rahim kamu. Saya benar-benar bahagia." Ungkapan kebahagiaan seolah tidak berhenti dari bibirnya. Matanya menatapku penuh diselimuti oleh binar bahagia. "Aku juga sangat bahagia, Mas. Allah telah memberiku kepercayaan untuk mengandung benih dari laki-laki yang sangat aku cintai secepat ini." Aku membalas tat

  • Love Me, Sersan!   Season 2 Bagian 55. Bad Mood 2

    Aku tercenung mendengar penuturannya. Apa yang dia katakan memang benar. Semuanya tidak menyambung alias salah sasaran. Mengapa aku jadi aneh begini? Terbawa emosi tidak jelas.Laki-laki itu lantas meraihku ke dalam pelukannya. Ia mengusap punggungku penuh sayang."Semua masalah yang terjadi akan ada solusinya, Sayang. Tapi kita harus melewati setiap prosesnya untuk mencapai solusi itu. Tolong bersabarlah membersamai saya. Kamu adalah penyemangat ketika saya lemah, penyejuk ketika saya gerah. Kamu permata hati saya, belahan jiwa saya. Kamu adalah rumah untuk saya pulang ketika saya lelah. Tolong jangan katakan kamu menyesal telah menikah dengan saya," ucapnya lembut."Enggak!" Aku menggeleng tegas, "Bukan seperti itu. Aku sangat mencintai Mas Farel. Enggak mungkin aku menyesal telah menikah dengan Mas."Laki-laki itu tersenyum,. Dia menjauhkan wajahku dari dadanya."Terima kasih, Sayang." Jemarinya kembali menghapus air mataku. "Sudah, jangan menangis lagi. Nanti Umak lihat, bisa iku

  • Love Me, Sersan!   Season 2 Bagian 54. Bad Mood

    Sekolah memberiku cuti menikah selama satu Minggu. Dua hari digunakan untuk persiapan, satu hari untuk pelaksanaan, tiga hari kami manfaatkan untuk masa berdua menikmati pasca resepsi, dan satu hari masa untuk beristirahat sebelum melaksanakan tugas negara kembali.Setelah satu Minggu melalui hari-hari awal penuh bahagia, hari ini aku dan Mas Farel merapat ke tempat tugas.Pukul enam pagi aku sudah rapi dengan seragam dan polesan make up tipis. Kami akan bersiap untuk sarapan ketika notifikasi pesan singkat dari aplikasi pepesanan warna hijau di ponselku berbunyi.Sebuah pesan dari Mbak Rissa masuk. "Hanum, hari ini Mbak enggak masuk. Tadi sudah ijin sama kepala sekolah. Mbak ada giat upacara pelepasan pindah Mas Cahyo. Nanti tolong sampaikan tugas-tugas Mbak ke siswa, ya," tulisnya. Om Cahyo pindah? Dahiku mengernyit. Bukankah Om Cahyo leting Mas Farel. Apakah Mas Farel juga ikut pindah? Tapi mengapa dia tidak memberitahuku?"Om Cahyo pindah, Mbak?" tanyaku meminta penegasan. Selam

  • Love Me, Sersan!   Season 2 Bagian 53. Sampai Pagi

    Aku titipkan diaLanjutkan perjuanganku 'tuknyaBahagiakan dia, kau sayangi diaSeperti ku menyayanginya'Kan kuikhlaskan diaTak pantas ku bersanding dengannya'Kan kuterima dengan lapang dadaAku bukan jodohnyaDahiku mengernyit. Mataku sontak mencari sumber suara pada iringan musik organ tunggal yang menjadi hiburan di resepsi pernikahan kami. Aku seperti mengenal suara yang membawakan lagu Aku Bukan Jodohnya dari Tri Suaka yang sedang mengalun itu. "Mantan kamu."Mas Farel menaikkan kedua alisnya. Matanya melirik pada satu arah, memberi kode agar aku melihat ke sudut yang di maksud. "Apa, sih?" Aku merengut saat melihat pada sosok yang dia sebut sebagai mantanku. Pantas saja aku seperti mengenal suara orang yang membawakan lagu itu, rupanya Hadi sedang berada di atas panggung. Dia memang terkenal dengan suara merdunya sejak kami masih kuliah. Hadi sering mengisi waktu luang dengan memetik gitar di taman kampus bersama beberapa rekannya. Suaranya itu juga yang menjadi salah satu

  • Love Me, Sersan!   Season 2 Bagian 52. Mencintai dengan Sempurna 2

    Aku rindu, Ayah. Rindu sebenar-benarnya rindu."Hanum." Umak yang sedang tadi memerhatikanku dirias MUA dari sofa bed yang tersedia kamar, melangkah mendekat dan duduk di sampingku. Beliau mengusap punggungku lembut. Aku mengangkat wajah, menatap sendu satu-satunya orang tua yang kumiliki saat ini."Mak." Aku memanggil beliau lirih, ingin mengadukan perasaan yang berkecamuk di hati. Namun, aku tahu tanpa kuceritakan pun beliau sudah paham apa yang kurasakan."Jangan menangis, Hanum. Nanti riasan kamu rusak." Bukannya khawatir kondisi putrinya, Umak justru memikirkan riasanku. Walaupun, aku tahu apa yang baru saja beliau ucapkan itu hanya sekadar untuk menghiburku.Tangan tua beliau kemudian mengusap lembut butiran bening yang mulai banyak pecah di sudut mataku. Akan tetapi, semakin beliau mengusap, butiran itu justru semakin banyak. "Mak."Aku menjatuhkan diri ke dalam tubuh tua Umak, memeluk erat wanita yang telah berjasa mengantarku ke dunia itu. Tubuhku berguncang menahan tangi

DMCA.com Protection Status