Home / Fantasi / Legenda Kitab Surgawi / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Legenda Kitab Surgawi: Chapter 111 - Chapter 120

343 Chapters

Bertemu Dengan Sosok Wan An

Ketika itu, Heng Juesha sempat menepuk jidatnya sendiri, karena baru saja mendengar En Jio yang mulai merayu wanita tersebut. Dirinya sendiri juga bisa menilai, jika wanita itu merupakan wanita yang cantik, tidak kalah dengan kecantikan Lee Nara, akan tetapi ia sedikit menepis pikirannya sendiri, karena takut jika akan menimbulkan rasa cinta terhadap seorang wanita kembali. Setelah kematian istrinya, akibat meliharkan anak pertama mereka, Heng Juesha lebih memilih menutup diri, dari seorang perempuan dan lebih berfokus kepada pasukan darah besi, sedangkan anaknya, ia titipkan kepada seorang wanita tua, yang tidak lain ialah mertuanya sendiri. "En, kau harus memikirkan istri-istrimu!" ujar Heng Juesha dengan nada yang sedikit tinggi. "Tenanglah Heng! mereka bahkan tidak peduli jika aku harus menikah lagi atau tidak, selagi aku memberikan mereka uang yang banyak, mereka akan diam..." timpal En Jio sembari tertawa dengan lantang. "Bukan begitu no
Read more

Menghadapi Musuh Yang Menyergap

Ketika pria bertubuh kurus itu selesai berucap, Heng Juesha serta pasukan darah besi hanya bisa bisa tertawa dengan lantang, tetapi tidak dengan En Jio. Dirinya sedikit menggerutu, karena menganggap puluhan orang itu telah salah memilih mangsa, dari perawakan nya, En Jio dapat memastikan, jika kelompok tersebut merupakan anggota Bandit Gunung yang menyebar kedataran tinggi. Sebelumnya, mereka sempat menjadi waspada, karena belum mengetahui jumlah serta asal dari kelompok tersebut, akan tetapi ketika mengetahuinya, reaksi yang mereka berikan justru berubah 180 derajat. "Apa yang kalian tertawakan?" tanya pria tersebut. "Tetua En, ketua Heng biar aku yang mengurus mereka semua..." ujar Yu Lian mendahului. "Yu, kau memang hebat, tetapi dengan jumlah mereka yang banyak, kau akan kesulitan, sebaiknya kalian menyerang mereka bersamaan," timpal Heng Juesha. "Benar yang dikata ketua Heng, senior Yu, sebaiknya kita seger
Read more

Akhir Dari Pencarian

Namun, belum sempat mereka bercengkrama lebih jauh, Yu Lian serta kelima Juniornya kembali kehadapan Heng Juesha serta En Jio dengan senyum memenuhi wajah mereka. Hal itu merupakan kemenangan yang manis, karena tidak satupun dari mereka yang mendapat luka yang cukup berarti, sehingga membuat mereka berbangga hati karenanya. Tidak jauh berbeda dengan En Jio serta Heng Juesha, yang sudah sejak awal menduga kemenangan itu pasti mereka dapatkan dengan mudah, terlebih kedua sosok tersebut, seolah tidak peduli dengan aroma amis darah yang mulai menyebar diudara. "Apa yang harus kita lakukan terhadap mayat-mayat tersebut En?" "Bakar! itu akan jauh lebih mudah," jawab En Jio. "Aku setuju! besok kita akan membakarnya..." ujar Heng Juesha. "Tidak perlu menunggu besok, lakukan sekarang juga! terlebih kita akan melanjutkan perjalanan sampai pagi hari..." timpal En Jio. Beberapa orang pasukan darah besi sempat membuka matanya lebar, karena
Read more

Isu Seorang Penjahat

Dalam beberapa tarian nafas, En Jio berhasil tiba dilokasi pertarungan sedang terjadi, sembari menengahi keduanya. Namun, wanita itu bahkan tidak berniat menghentikan serangan yang akan ia lakukan, sehingga membuat En Jio bergerak dengan cepat kearah belakang, seraya mengunci leher wanita itu dengan satu tangan, sedangkan tangan yang satunya ia gunakan untuk merebut pedang yang ia gunakan. Berbeda dengan Lengkukup, ia langsung mundur beberapa langkah, ketika En Jio menengahi mereka, terlebih ia menyadari dari kejauhan Heng Juesha mulai mendekat. "Leng! apa yang terjadi?" tanya Heng Juesha sesaat dirinya tiba. "Maaf guru Heng, dia yang pertama menyerang..." ujar Lengkukup. "Apa benar begitu nona?" tanya En Jio sembari menekan leher wanita tersebut. "Dia seorang penjahat..." timpal wanita itu. "Oh, dari mana kau tau jika anak itu seorang penjahat?" tanya En Jio memastikan. Beberapa saat Heng Juesha semakin penasaran, karena w
Read more

Kembali

Beberapa saat yang lalu, keenam pasukan darah besi sempat tertinggal jauh tidak terkecuali dengan Yu Lian, meski dirinya murid tertua dari Heng Juesha, akan tetapi dirinya sendiri belum bisa menggunakan jurus meringankan tubuh. Hal itu, sempat membuat Yu Lian hampir patah semangat, karena sudah sejak lama ia berlatih, akan tetapi belum memiliki yang cukup tinggi, sehingga sempat membuat dirinya mengumpat dalam hati. Tidak jauh berbeda dengan adik seperguruannya, mereka bahkan kalah  jauh dengan Yu Lian, yang nyata belum memiliki kemampuan cukup tinggi, selain menguasai tehnik tubuh besi yang diajarkan Heng Juesha kepada mereka."Kita harus cepat menyusul ketua Heng serta Tetua En," ujar Yu Lian. Meski jauh tertinggal, pada akhirnya mereka melihat keberadaan Heng Juesha serta En Jio dengan dua orang yang tidak jauh darinya. Melihat hal itu mereka mempercepat langkah, dengan cara berlari, akan tetapi pada saat mereka akan tiba, seorang
Read more

Suara Hati Tetua En

Pada saat itu, Lengkukup sempat terdiam beberapa saat, seolah mengingat sesuatu, akan tetapi tidak lama dari itu dirinya kembali memusatkan perhatian kearah depan. Dengan sikap yang diberikan oleh Lengkukup, En Jio beranggapan jika anak tersebut sama sekali tidak mengenal wanita itu, terlebih ketika membandingkan parasnya, yang sama sekali tidak seumuran dengan Lengkukup. En Jio sempat mendongakkan kepalanya kearah atas, seakan merencanakan sesuatu, akan tetapi tindakannya tersebut malah sedang diawasi oleh Heng Juesha, yang seolah mengerti isi otak Tetua En Jio tersebut. "Kau sama sekali tidak berubah," ucap Heng Juesha. "Heh! apa maksud ucapanmu?" tanya En Jio seraya menaikkan alis. "Berhenti mengelak, dan tidak perlu bersusah payah untuk berbohong..." jawab Heng Juesha. "Itu salah satu hobiku Heng, sebaiknya kau tidak perlu ikut campur," ujar En Jio sembari terkekeh. "En, sikapmu itu pasti akan menurun kepada Lengkukup, tidak terk
Read more

Rayuan Tetua En

Pada sore hari itu, keadaan desa Suban Dara semakin meriah, karena telah kembalinya 2 orang yang sangat mereka banggakan, terlebih tidak ada korban jiwa dalam pencarian itu. Terlebih, ketika Heng Juesha, ikut tersenyum kepada En Jio yang membuat beberapa wanita merasa ingin pingsan, karena tidak kuat melihat senyuman pria bertubuh kekar itu dan sangat mereka idam-idamkan. Namun, beberapa orang mulai bertakwa-kata dari barisan belakang, tentang keberadaan Lengkukup dan menganggap pencarian itu terlalu berlebihan, mengingat anak itu bahkan belum memiliki jasa apapun terhadap desa. "Kalian semua harus tau, jika anak ini mulai sekarang akan menjadi murid kami berdua..." ucap Heng Juesha memastikan. Ketika Heng Juesha selesai berucap, beberapa orang sempat membuka mulut mereka dengan lebar, karena merasa tidak percaya dengan ucapan ketua darah besi tersebut. Terlebih mereka sangat mengetahui, jika Heng Juesha tidak sembarangan memilih seo
Read more

Istirahat Setelah Perjalanan Panjang

Beberapa saat berlalu, Lengkukup akhirnya memasuki sebuah rumah yang sudah terlihat rapi, karena sudah dibersihkan oleh Lee Nara beberapa hari yang lalu.Ketika itu, Lengkukup sedikit memperhatikan sekelilingnya, karena merasa sudah sangat lama ia tidak merasakan suasana yang sangat hangat baginya, terlebih ia sendiri menyadari jika baru beberapa kali memasuki sebuah rumah dan rasanya sangat berbeda.Tiba-tiba ia merindukan sesuatu, yang mungkin telah lama ia inginkan, hal itu sempat membuat dirinya ingin meneteskan air mata, akan tetapi tidak mungkin ia lakukan didepan wanita cantik yang sedang bersama dengannya."Kau baik-baik saja?" tanya Lee Nara."Aku tidak apa-apa Nara."jawab Lengkukup."Lantas apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Lee Nara kembali."Bukan sesuatu yang penting," timpal Lengkukup.Kala itu, Lee Nara hanya bisa mengangguk pelan, seolah mengerti dari perkataan Lengkukup , terlebih ia sendiri tidak ingin jika dirinya
Read more

Tertangkap Basah

Pada saat itu, Lengkukup segera meninggalkan Lee Nara sendirian dan langsung menuju ke tempat tidurnya, karena merasa sedikit malu dengan tindakannya tersebut. Namun, belum sempat Lengkukup menutup pintu tempat tidurnya, Lee Nara kembali memekik kepadanya, karena beberapa saat yang lalu, dirinya sempat membuat berantakan tempat itu. Dengan cepat dirinya menutup pintu, dan segera menguncinya dari dalam, sehingga Lee Nara tidak bisa membukanya, meski sudah beberapa kali ia mencoba. "Tunggu saja besok pagi!" pekik Lee Nara sembari menghentakkan sebelah kakinya. Tetapi Lengkukup hanya diam membisu, dan tidak memberi respon apapun kepada Lee Nara, terlebih ia tidak ingin jika kepalanya terkena pukulan wanita itu kembali. Dalam keadaan lelah, Lengkukup mengambil sikap duduk bersila untuk melakukan meditasi dan berharap bisa memulihkan tenaga nya, yang sempat berkurang ketika berhadapan dengan seorang wanita beberapa hari yang lalu.
Read more

Jawaban Atas Semua Pikiran Buruk

Dalam keadaan panik En Jio berusaha menenangkan diri dengan beberapa kali menarik nafas, sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Hal itu dia lakukan, tidak lain karena sedang memikirkan alasan, untuk diberikan kepada Lengkukup yang tengah memergoki tingkah dirinya. Meski tidak sulit baginya untuk mengelak dan memberi alasan yang logis, akan tetapi didepan murid pertamanya itu, tidak mungkin ia lakukan hanya dengan berpura-pura bodoh seolah tidak terjadi apapun. "Leng, ada apa malam-malam begini kau datang kemari?" tanya En Jio lembut sembari menepuk pundak anak kecil itu, berharap ia akan lupad dengan tindakannya barusan. "Maaf karena telah mengganggu kesenangan yang guru lakukan barusan, akan tetapi aku hanya ingin bertanya sesuatu dan aku rasa ini bukan saat yang tepat," jawab Lengkukup menjelaskan. "Tidak perlu meminta maaf, lagipula sudah terlanjur kau mengetahuinya, aku bisa menjelaskan hal itu nanti, sesudah menjawab pertanyaan dir
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
35
DMCA.com Protection Status