Home / Fantasi / Legenda Kitab Surgawi / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Legenda Kitab Surgawi: Chapter 121 - Chapter 130

343 Chapters

Intimidasi

Tidak membutuhkan waktu yang lama, bahkan dalam beberapa tarikan nafas saja, ia telah sampai di kediaman yang mereka tinggali bersama dengan Lee Nara, tanpa sepengetahuan oleh siapapun.Merasa telah aman, dan menganggap aksinya pada malam hari itu tidak diketahui oleh orang lain, Lengkukup berjalan dengan santai menuju halaman rumah, akan tetapi tiba-tiba ia merasakan sesuatu tengah menatapnya dari kejauhan, sehingga membuat ia menoleh kesegala arah. Namun, yang ia dapati justru beberapa pemuda tengah berjalan kearahnya, bahkan dengan sedikit berlari, seolah tidak ingin melewatkan momen itu. "Rupanya kau yang dibicarakan oleh banyak orang, pendatang baru!" ujar salah seorang pemuda bertubuh tegap dan memiliki wajah yang cukup rupawan. "Maaf! Aku tidak mengenal kalian, sebaiknya kalian pulang kerumah dan beristirahatlah..." timpal Lengkukup. "Besar mulut sekali kau ini, kau tidak tau sedang berhadapan dengan siapa?" tanya pemuda itu. "Aku t
Read more

Hen Swe Putra Dari Heng Juesha

Pada saat itu, Hen Swe sama sekali tidak siap untuk menerima serangan yang sedang mengarah kepadanya, sehingga ia memutuskan untuk menghalau serangan itu dengan tinju besi miliknya. Namun, serangan yang Lengkukup berikan kepadanya tidak pernah ia duga akan sekuat itu, terlebih lagi akan melihat sesuatu yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Sebuah pedang angin melesat dengan cepat kearah nya, sehingga dalam hitungan detik pedang angin itu telah berada didepan mata dan bertepatan dengan datangnya pedang angin yang melaju dengan cepat tersebut, dirinya menangis dengan kedua tangan. "Bertahanlah!" pekik Lengkukup. Merasa jika pemuda itu tidak bisa menahan serangannya, Lengkukup dengan instingnya langsung menyusul keberadaan Hen Swe seraya menarik pemuda itu, lalu menghalau jurus nya sendiri dengan cara melemparkannya kearah atas. Sebuah ledakan diudara terjadi begitu saja dan menimbulkan suara yang keras, sehingga membangunkan banyak or
Read more

Kolam Pemandian Air Panas

Beberapa saat yang lalu, mereka telah meninggalkan kediaman Lengkukup serta membiarkan Hen Swe untuk pulang menemui sang nenek ditempat tinggal mereka.Sedangkan mereka berdua, lebih memilih untuk membicarakan tentang kejadian malam hari itu, serta untuk menindaklanjuti rencana mereka kedepannya.En Jio sempat merasa putus asa, karena dirinya menganggap tidak memiliki kemampuan yang lebih untuk diturunkan kepada Lengkukup, selain jurus pedang tingkat tinggi yang dia kuasai, jurus tersebut telah membawa dia pada masa kejayaan ketika menjadi pendekar pengembara bersama kedua rekannya."Aku tidak memiliki hal lain selain jurus tersebut Heng!" ujar En Jio."Bukankah jurus tersebut hanya bisa digunakan dengan pedang pusaka?" tanya Heng Juesha."Benar Heng, pedang biasa tidak akan bisa menahan kekuatan dari jurus tersebut," jawab En Jio. "Pedang penguasa malam milikku sekalipun, bahkan tidak bisa menahan jurus tersebut lebih lama, lantas bagaimana bisa a
Read more

Guan Ping

Menyadari ada seseorang ditempat itu, En Jio sempat ingin menarik diri dan pergi dari sana, akan tetapi gerakannya sedikit tertahan, karena merasa penasaran dengan kehadiran pria paruh baya itu, yang sempat membuat jantungnya berdebar cukup keras. Dengan kehadiran sosok pria yang berada didepannya, sempat membuat En Jio menduga jika ada maksud tertentu dari kehadarinnya, mengingat tidak ada sesuatu hal yang penting yang akan disampaikan, terlebih kehadirannya pria itu, baru pertama kali ia jumpai ditempat pemandian air panas. Namun, ia sempat mengira jika pria paruh baya itu, sedang memergoki dirinya yang akan melakukan aksi dalam mengintip para wanita yang sedang mandi dikolam Pemandian Air Panas tersebut. "Ada perlu apa kau denganku Guan Ping?" tanya En Jio memastikan. "Tunggu dulu! jangan berfikir jika aku akan merusak acara pribadimu, aku datang kesini hanya untuk memastikan, jika kau tidak akan campur dalam sayembara beberapa hari yang akan d
Read more

Menyambut Hari Sayembara

Setelah kejadian itu, En Jio sempat mengurung diri hingga beberapa hari lamanya, karena menganggap jika ia telah melakukan kesalahan dan hal itu merupakan kali pertama baginyaSetelah beberapa hari ia mengurung diri, dan tidak memperdulikan keadaan sekitarnya, bahkan ia senpat tidak ingat jika satu hari lagi, akan tiba saat hari sayembara dimulai.Kabar itupun ia dapatkan, ketika beberapa penjaga melaporkan keadaan itu, serta meminta En Jio untuk bersiap menyambut tamu yang mereka undang, dengan tujuan memeriahkan acara tahunan tersebut. "Apa persiapannya sudah selesai?" tanya En Jio memastikan. "Kami telah mengurus semuanya tetua, tinggal menunggu kedatangan mereka," jawab penjaga tersebut. Di saat itu, En Jio hanya menanggapi penjaga itu, dengan mengangguk pelan seolah mengerti dengan sikap yang akan ia berikan nanti, ketika para tamu undangan mulai berdatangan kedalam desa mereka. Para tamu yang mereka undang dari acara tersebu
Read more

Menyambut Hari Sayembara 2

Tidak jauh berbeda dengan pasukan darah besi yang dipimpin oleh Heng Juesha, mereka melakukan latihan hampir setiap hari, hingga tiba saat hari sayembara akan dimulai, mereka melakukan latihan hampir tidak mengenal istirahat. Heng Juesha sedikit berharap, dengan keadaan itu, mereka dapat lebih kuat, sehingga ketika mendapati musuh yang menyerang kembali, mereka dapat mengatasi itu semua tanpa harus mengorbankan nyawa mereka.Kejadian beberapa waktu yang lalu, sempat membuat ketua darah besi itu merasa sangat terpukul, karena beranggapan dirinya tidak mampu membuat kelompoknya menjadi kuat, sehingga harus berkorban nyawa hanya demi melindungi desa. "Ketua Heng, sepertinya mereka sudah sangat kelelahan," ujar Yu Lian membangunkan lamunan Heng Juesha. "Cukup! suruh mereka untuk berhenti," ujar Heng Juesha. "Baik ketua Heng," timpal Yu Lian. Ketika itu, Heng Juesha sempat terkejut dengan suara Yu Lian yang tiba-tiba saja menghampiri dirin
Read more

Menyambut Hari Sayembara 3

Kejadian itu sempat membuat Hen Swe menelan ludah seraya berdecak, lalu menarik tangannya dengan keras serta menatap Lengkukup dengan dingin. Sedangkan pemuda satunya, yang sempat membela rekannya, malah mengambil sikap dengan mundur beberapa langkah, sembari berlindung terhadap rekannya yang lain. Namun, Hen Swe malah berniat membuat perhitungan dengan muda itu lagi, sembari mengacuhkan keberadaan Lengkukup, akan tetapi belum sempat ia melangkah terlalu jauh, Lengkukup kembali menghadang langkahnya. "Apa urusanmu denganku pendatang baru?" tanya Hen Swe. "Tidak ada, tetapi aku harus menghentikan mu karena kau akan membuat pemuda itu cidera," jawab Lengkukup lantang. "Omong kosong, aku tidak ada urusan denganmu saat ini, minggir!" ujar Hen Swe. "Jangan memaksaku Hen, aku tidak akan segan untuk melawanmu jika kau memaksa," timpal  Lengkukup. "Cih, mari kita pergi!" ujar Hen Swe sembari meninggalkan keberadaan Lengkukup. Tiba-
Read more

Menyambut Hari Sayembara 4

Guan Ping sempat merasa cemas dengan keberadaan Lengkukup, karena telah banyak mendengar kabar, jika anak kecil itu sangatlah kuat, bahkan sempat beradu tanding dengan Heng Juesha, orang paling ditakuti didalam desa.Kabar tersebut sempat ditepisnya berulang kali, akan tetapi seiring berjalannya waktu ia sendiri tidak tahan lagi dengan kabar burung tersebut, sehingga membuat dirinya berniat untuk membuktikannya sendiri. Hal yang paling ia takuti bukanlah kekalahan, melainkan posisinya sebagai seorang tetua desa, yang akan dianggap sebagai orang yang tidak memiliki kemampuan, jika salah satu muridnya tidak ada yang berhasil memenangkan pertandingan itu. "Berengsek! Bisa-bisanya mereka berdua mendapat murid berbakat," ucap Guan Ping.Merasa tidak puas dengan hanya menduga, Guan Ping memutuskan untuk segera mencari keberadaan Lengkukup, akan tetapi ketika dirinya keluar dari menara kebebasan, secara tidak sengaja ia melihat Lengkukup sedang berjalan kearah sebuah
Read more

Sayembara 1

Desa Suban Dara menjadi ramai seketika, karena bertepatan dengan diadakannya sayembara yang akan dimulai pada siang harinya. Beberapa pasukan darah besi menanti digerbang utama, sedangkan yang lainnya telah mengikuti para tamu undangan, guna untuk memastikan keselamatan para tamu undangannya. Suara para penjaga berteriak untuk segera membukakan pintu gerbang, karena tidak akan lama lagi, pasukan darah besi yang dipimpin oleh Heng Juesha serta beberapa pasukannya akan segera memasuki desa. "Selamat datang," ujar En Jio. En Jio menyuarakan ucapan selamat datang kepada para mereka, karena menganggap jika hal itu sangat perlu dilakuka, untuk menunjukkan sikap yang baik didepan tamu-tamu mereka. Namun, seperti biasa, beberapa tetua yang mereka undang bahkan tidak menunjukkan sikap baiknya, sebagai seorang tetua dan lebih memilih sikap untuk mengacuhkan En Jio begitu saja. Tetapi En Jio tidak menanggapinya dengan serius, terlebih
Read more

Sayembara 2

En Jio dang Heng Juesha, sepakat akan mengatasi Lengkukup, jika murid mereka itu lepas kendali ketika sedang bertarung nantinya, hal itu mereka lakukan untuk menghindari korban jiwa akibat sayembara yang mereka adakan. Karena sudah cukup membahas tentang rencana mereka, Heng Juesha berniat kembali kepada kelompoknya guna untuk memberi arahan lebih lanjut kepada kelompok darah besi. Sedangkan En Jio kembali mengarahkan para tamu undangan mereka, untuk segera memasuki sebuah aula husus yang telah mereka sediakan sebelumnya, sebuah ruangan terbuka, akan tetapi memiliki tembok yang tinggi serta terdapat kursi untuk para tetua. "Silahkan duduk!" ucap En Jio kepada para tamu. Setelah mendapat perintah itu, mereka hanya mengangguk sekali, sebelum akhirnya duduk ditempatnya masing-masing, sedangkan para peserta sudah berdiri untuk segera menentukan siapa musuh yang akan mereka hadapi. Lima desa membawa masing-masing tiga perwakilan mereka, y
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
35
DMCA.com Protection Status