Beranda / Fantasi / Legenda Kitab Surgawi / Bab 141 - Bab 150

Semua Bab Legenda Kitab Surgawi: Bab 141 - Bab 150

343 Bab

Sayembara 13 Kemenangan Yang Manis

Kala itu, Chao sempat menggigit bibirnya, lalu berusaha memberikan sebuah pukulan kearah dada Ling, sambil berusaha melepaska diri dari pedang yang menghimpit tangannya. Namun sayang, usaha yang ia lakukan tidak cukup untuk mengatasi gerakan Ling yang begitu cepat, sehingga ketika pukulan yang ia layangkan itu dapat ditangkap dengan mudah olehnya. Kini kedua tangannya tidak bisa bergerak dan membuatnya semakin berkeringat dingin, akan tetapi Chao bahkan tidak ingin menyerah, terlebih ia menyadari jika Ling sedang menguji dirinya. "Ku akui kau memang hebat, tapi sebaiknya tidak seperti ini!" ujar Chao. "Apa maksud ucapanmu?" tanya Ling sembari menaikkan alisnya. "Cih!" sahut Chao. Chao yang merasa dipermalukan, semakin menjadi marah atas sikap yang diberikan oleh Ling kepadanya, sehingga ia memutuskan untuk menyerang Ling menggunakan kakinya.Satu tendangan dilayangkan tepat kearah dada Ling, akan tetap belum sempat tendangan itu mengenai tubuh Ling, dengan cepat Ling menghindarin
Baca selengkapnya

Sayembara 14 Kaki Halilintar

Di waktu yang sama, Feng Ying berdecak, ketika merasakan sakit pada kedua kakinya, sehingga membuat gerakannya sedikit menurun, hal itu disebabkan karena terlalu sering menggunakan jurus yang dia miliki. Melihat kesempatan itu, Yuxuan mengambil tindakan dengan cara menyerang Feng Ying tanpa menurunkan kewaspadaan. Namun belum sempat ia bertindak lebih jauh, Feng Ying menarik diri dan membuatnya terpaksa mundur beberapa langkah dari keberadaan Yuxuan. "Sepertinya kau tidak cukup tangguh Feng," ujar Yuxuan. "Aku tidak menyangka dampaknya akan seperti ini, tapi sebaiknya kau tidak meremehkan ku," timpal Feng Ying. Ketika melihat sikap yang diberikan oleh Feng Ying, Yuxuan dapat menebak, jika pemuda itu hampir mencapai batasnya, sehingga hal itu membuatnya berada dipihaknya yang diuntungkan. Namun ia menyadari, jika dirinya tidak akan mudah untuk mengalahkan Feng Ying begitu saja, terlebih hanya mengandalkan kemampuannya saat ini. Keadaan itu sempat membuatnya berdecak beberapa ka
Baca selengkapnya

Sayembara 15 Aksi Feng Ying

Kala itu, En Jio sempat menatap tajam kearah Feng Ying, karena ia menyadari aksi yang akan dilakukan oleh murid Guan Ping itu, akan membunuh Yuxuan dalam sekali serangan. Beruntung ia tidak terlambat, sehingga nyawa Yuxuan dapat ia selamatkan, meski ia mendapat teguran keras dari Guan ping, salah satu orang paling berpengaruh didalam desa. Namun En Jio sedikitpun tidak perduli dengan sikap yang diberikan oleh Guan Ping tersebut, seolah ia menantang dan siap bertarung jika memang diperlukan. "Sebaiknya kau mundur Feng! Tidak perlu melakukan hal itu," ujar En Jio. "Cih" sahut Feng Ying berdecak. Feng Ying yang mendapat aksi tidak menyenangkan dari En Jio sempat berdecak, sebelum akhirnya ia mengikuti perkataan dari En Jio tersebut. Namun hal itu kembali menyudutkanya, dimana Guan Ping sempat menghalangi En Jio dan turun keatas arena pertarungan dengan jurus meringankan tubuh. Aksi yang dilakukan oleh Guan Ping itu, malah membuat para tetua menjadi ricuh, karena mereka tidak menya
Baca selengkapnya

sayembara 16 Jarak Yang Semakin Jauh

Ketika melihat sosok itu ternyata adalah Guan Ping, beberapa pasukan darah besi bahkan menaruh curiga kepadanya, karena menduga jika salah satu tetua mereka itu, merupakan penyusup yang sedang menyamar.Namun En Jio serta Heng Juesha menghentikan tuduhan itu kepadanya, karena mereka belum memiliki bukti yang cukup kuat, sehingga mereka tidak ingin bertindak dengan gegabah.Bahkan Guan Ping sendiri masih terlihat begitu santai, dengan sikapnya yang seolah tidak masalah sama sekali, sebelum akhirnya ia mulai membuka mulut."Sungguh luar biasa, pasukan darah besi memang yang terbaik," ujar Guan Ping."Apa maksud ucapanmu Guan, cepat jelaskan mengapa kau ketempat ini?" tanya En Jio memastikan."Aku tidak menyangka kalian akan mengetahui pergerakan yang aku lakukan, sayangnya aku tidak begitu senang ketika ada yang mengusik urusanku," jawab Guan Ping."Hari sudah begitu larut, tidak sepantasnya kau melakukan pergerakan yang begitu mencurigakan!" sahut Heng Juesha."Ada apa dengan kalian? B
Baca selengkapnya

Sayembara 17 Mabuk Berat

Mendengar hal itu membuat Heng Juesha bisa bernafas dengan lega, sehingga akan membuatnya tidur dengan nyenyak, karena merasa beban yang akan dihadapi nanti, tidak akan dia tanggung sendirian. Setelah beberapa saat mereka berbicara, En Jio tidak langsung pergi, melainkan mengajak Heng Juesha meminum arak, dengan beralasan untuk menghilangkan penat, serta menghangatkan badan. Mendapat ajakan itu, Heng sempat menolak, akan tetapi En Jio tetap berusaha mengajaknya, dan merayu ketua darah besi itu untuk menemaninya. "Bagaimana apa kau tertarik?" tanya En Jio memastikan. "Tapi aku...!" jawab Heng Juesha terbata."Tenang, aku akan mentraktirmu malam ini!" ujar En Jio. Meski dirinya sempat menolak, akan tetapi pada akhirnya Heng Juesha harus mengalah, karena En Jio terus memaksa bahkan ia mengatakan akan mentraktir dirinya, sehingga ajakan itu sulit untuk ditolak mentah-mentah. Karena tidak ada pilihan lain, Heng Juesha hanya mengiyakan dengan sebuah anggukkan kepala, lalu tanpa menun
Baca selengkapnya

Sayembara 18 Ramuan Obat

Mendapat serangan yang begitu tajam dari tetua mereka itu, Yu Lian sempat berdecak beberapa kali, karena ia sendiri menyadari jika sosok tetua En bukanlah orang yang dapat dikalah dengan mudah.Meski jumlah mereka cukup banyak, akan tetapi jika digabungkan semuanya untuk melawan En Jio, hal itu masih sangat kurang, mengingat En Jio sendiri berada satu tingkat lebih tinggi dari Heng Juesha.Namun mereka tidak ingin berhenti untuk menahan serangan yang dilakukan oleh En Jio, meski beberapa dari mereka bahkan sudah mendapat luka goresan ditangan maupun leher serta wajah."Apa yang harus kita lakukan senior Yu?" tanya salah satu juniornya."Kita lakukan sebisanya, tidak ada yang bisa menahan jurus cakar Naga selain ketua Heng!" jawab Yu Lian sembari merapatkan diri kearah juniornya. En Jio yang memiliki julukan Sang Naga didalam desa, membuat namanya begitu tinggi serta sangat dikenal oleh banyak orang, akan tetapi meski kekuatannya melebihi Guan Ping sekalipun, pada kenyataannya En Jio
Baca selengkapnya

Sayembara 19 Kekesalan Heng Juesha

Ketika itu, Yu Lian yang menghadapi En Jio seorang diri, hampir saja kehilangan nyawa akibat terkena jurus cakar naga yang dilakukan oleh En Jio. Beruntung ia sempat mengatasinya dengan jurus tubuh besi, sehingga dampak yang dia dapat tidak begitu parah, tetapi sayangnya, Yu Liang telah mengorbankan seluruh tenaga dalam yang dia miliki, untuk menghalau satu jurus cakar naga En Jio yang hendak merenggut nyawanya. Namun disaat yang hampir sama, ketika keberuntungan hampir tidak berpihak kepada Yu Lian, disaat itu juga Heng Juesha berdiri diantara dirinya dan En Jio yang hendak menyerang Yu Lian kembali. "Aku akan mengurus sisanya, terimakasih Yu!" ujar ketua darah besi itu. "Ketua Heng... !" sahut Yu Lian Berlinang air mata. Tidak ada kesedihan bagi Yu Lian dari pada itu, karena dia menyadari betapa lemah dirinya, sampai-sampai untuk menahan serangan yang dilakukan oleh En Jio untuk beberapa saat saja, dirinya tidak mampu. Terlebih lagi para juniornya, mereka tidak bisa dibandingk
Baca selengkapnya

Sayembara 20 Pemulihan

Mendengar ucapan yang keluar dari mulut En Jio, sempat tidak membuat Heng Juesha merasa tenang, dirinya yang masih merasa kesal, bahkan hendak melampiaskan amarahnya dengan memukuli En Jio kembali. Namun disaat yang sama, En Jio kembali memasang muka yang cukup manis, sehingga membuat Heng Juesha merasa tidak tega untuk melakukannya lagi. Di saat itu juga Heng Juesha mendekati En Jio lalu mengulurkan tangan kearah muka sahabatnya itu, yang membuat En Jio kembali tersenyum tipis seraya meraih tangan Heng Juesha. "Maafkan aku Heng! aku pasti telah mengacaukan semuanya," ujar En Jio. "Apa ada yang terluka?" tanya nya. "Kau bisa melihatnya sendiri nanti, sebaiknya kita menemui mereka," jawab Heng Juesha singkat. Dengan sedikit tertatih, En Jio melangkah dengan sedikit dibantu oleh Heng Juesha, akan tetapi ia tiba-tiba melepaskan tangan sahabatnya itu, lalu meminta untuk dibiarkan berjalan sendiri. Meski awalnya, Heng Juesha tidak berniat untuk melepaskan tangannya, akan tetapi karen
Baca selengkapnya

Sayembara 21 Babak Kedua

Waktu berlalu begitu cepat, tanpa terasa sinar mentari mulai menyingsing dari upuk Timur, menembus belahan hutan lalu perlahan naik keatas, dengan diikuti kicau burung yang senantiasa menemaninya. Pagi hari didesa Suban Dara terlihat sangat ramai, karena mereka telah mengetahui informasi yang sangat penting, yaitu tentang kekecauan akibat ulah tetua mereka sendiri. Mendengar berita tersebut, membuat penduduk desa berbondong-bondong untuk melihat keadaannya didepan markas darah besi, dari semua orang yang telah menelihat keadaan pasukan darah besi serta En Jio, ada yang beranggapan jika hal itu sudah biasa, akan tetapi ada juga yang menolak dan tidak setuju dengan pendapat yang lain. "Aku masih tidak habis pikir kenapa pria itu bisa menjadi tetua kita!" ujar salah satu orang. "Jaga ucapanmu! meski begitu dia merupakan tetua kita," sahut yang lain. Meski beberapa orang sempat menaruh rasa benci dari sikap En Jio, akan tetapi tidak sedikit yang mendukukungnya dan membenarkan aksi y
Baca selengkapnya

Sayembara 22 Kekalahan Fu

Pada saat itu puluhan bahkan ratusan pasang mata tertuju kepada Ling, yang sedang berdiri didepan salah satu lawannya yang berasa dari desa Nahui, Fu yang merupakan salah satu pemenang dengan mengalahkan ketiga lawannya secara berturut-turut. Tetapi hal itu bahkan tidak membuat orang-orang tertarik dengan pemuda itu, melainkan dirinya dianggap sebagai orang yang sedang memamerkan kekuatannya, sehingga membuatnya tidak begitu disukai. Namun berbeda dengan Ling, meski dirinya tidak nampak menggunakan semua kemampuannya, akan tetapi semua orang telah menilai, jika anak kecil itu memiliki kemampuan diluar akal sehat mereka. "Berjuanglah Ling!" pekik beberapa orang hampir bersamaan. Di saat gong berbunyi, yang menandakan partandingan dimulai, disaat itu juga Fu langsung menyerang Ling dengan begitu cepat, bahkan semua mata langsung tertuju kearah yang sama, mengikuti pergerakannya. Namun, serangan yang Fu lakukan tidak begitu berarti ketika Ling dapat menghindarinya dengan cukup mudah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
35
DMCA.com Protection Status