Beranda / Fantasi / Legenda Kitab Surgawi / Bab 161 - Bab 170

Semua Bab Legenda Kitab Surgawi: Bab 161 - Bab 170

343 Bab

Sayembara 33 Senjata Yang Tersembunyi

Semua orang yang sempat iri terhadap Ling, kini mulai menunjukkan rasa prihatin yang mendalam dan membuat mereka berharap jika Ling dapat memenangkan pertandingan itu.Disalah satu barisan, Heng Juesha terlihat sangat antusias, ketika menyaksikan langsung pertandingan muridnya.Dirinya bahkan tidak pernah menyangka, jika Ling akan menjadi salah satu peserta terkuat, dengan aksinya yang begitu memukau."Berjuanglah Ling!" gumam Heng.Pandangan Heng Juesha tertuju keatas arena pertandingan, dimana kedua pemuda sedang saling bertahap muka, dengan tatapan yang begitu dingin. Terlihat Ling yang begitu santai, seolah memiliki begitu banyak celah untuk diserang, sedangkan Zhang terlihat cukup waspada, meski dirinya sedang melipat kedua tangan dibelakang. Namun sesaat setelah gong kembali berbunyi, keduanya bahkan langsung melesat, sembari menyerang satu sama lain. "Lumayan!" ujar Zhang. "Rupanya kau cukup besar mulut," timpal Ling. Keduanya, sempat terhenti ketika tinju mereka beradu,
Baca selengkapnya

Sayembara 34 Senjata Pusaka

Disaat itu, Zhang mengambil serulingnya hanya dengan sedikit gerakan tangan, dan dengan cepat menempelkannya kebibir. Lantunan suara seruling yang begitu indah mulai menjalar keseluruh saraf, bagi semua orang yang mendengar, termasuk Ling yang menjadi sasaran utama. Mendengar Lantunan nada yang sangat indah, membuat orang yang mendengarnya merasakan kesedihan yang begitu mendalam, sehingga tidak terasa butiran air mata mulai berjatuhan. "Kau tidak akan mungkin bisa menang melawanku," ujar Zhang sembari tersenyum dengan manis. "Kini rasakan penderitaan dan kesengsaraan karena telah memaksaku melakukan hal ini," tambahnya dengan kembali memainkan nada yang begitu indah. Zhang yang melihat Ling tidak berkutik, ketika ia melakukan sebuah jurus yang dipadukan dengan seruling miliknya, membuat dia merasa diatas angin. Dengan sedikit menyalurkan tenaga dalam, Zhang mampu menghipnotis semua orang, dan menjadikan mereka layaknya seorang budak. Namun hal itu tidak berpengaruh terhadap E
Baca selengkapnya

Sayembara 35 Keributan

Sesuatu yang tidak pernah diduga oleh Zhang tampak begitu jelas, karena baru saja menyadari ada dua jiwa didalam satu tubuh dengan darah yang bercampur. Disaat itu, iblis Manggala sempat terlihat oleh Zhang dalam beberapa detik, ketika dirinya menggunakan darah Ling sebagai senjata untuk membuatnya bertekuk lutut. Namun karena mengetahui ada sesuatu yang aneh, Zhang berhenti untuk beberapa saat, sebelum dirinya kembali memainkan serulingnya. "Apa pun itu aku tidak perduli, yang jelas aku harus cepat mengalahkan mu!" ujar Zhang. "Rasakan ini Ling!" tambahnya dengan memainkan nada-nada yang membuat Ling nampak kesakitan. Disisi lain, En Jio sempat merasa panik karena menyadari, jika Ling tampak sedang tidak baik-baik saja, sehingga membuatnya bereaksi dengan cara berdiri. Namun beberapa tetua malah terlihat begitu senang, ketika melihat Ling berada diposisi bahaya, seolah sedang mendukung Zhang untuk menang. Hal itu, membuat En Jio tampak tidak begitu senang, sehingga dirinya den
Baca selengkapnya

Sayembara 36 Kekacauan

Mendengar semua keributan yang terjadi, membuat beberapa tetua dari desa lain, menjadi panik, termasuk En Jio sendiri yang merasakan hal yang sama. Sedangkan pasukan darah besi sudah berada diluar, ketika mendengar kabar adanya kelompok aliran hitam yang datang menyerang. Sementara kekacauan semakin menjadi, dengan diikuti teriakan ratusan orang, tidak terkecuali para penjaga, yang mulai ketar ketir berhadapan dengan kelompok aliran hitam yang menyerbu secara brutal. "Atasi mereka! bunuh dengan cepat dan jangan beri ampun!" ujar Heng Juesha. Yu Lian hanya bisa mengangguk satu kali, sebelum ia memisahkan diri dari para juniornya dan hanya membawa satu diantara mereka yang dengan cepat melesat kearah sumber keributan. Sementara beberapa yang lain, membaginya menjadi dua kelompok yang masing-masing memiliki tiga anggota dan langsung menuju kearah yang berlawanan. Tidak terkecuali Heng Juesha yang sudah membunuh beberapa anggota kelompok aliran hitam, ketika sedang berusaha menyeran
Baca selengkapnya

Sayembara 37 Pembunuhan

Saat itu Heng Juesha sempat memikirkan keadaan Ling dan semua orang yang berada didalam aula pertandingan, berharap keadaan disana jauh lebih baik. Meski disaat dirinya keluar dari tempat itu sedang tidak terjadi apa-apa, akan tetapi untuk saat ini, Heng Juesha tidak dapat memastikan, jika keadaan masih sama dengan beberapa menit yang lalu. Sungguh Heng tidak pernah menyangka, jika akan mendapat situasi seperti saat ini, terlebih dengan pemandangan yang sangat tidak enak dilihat mata, dengan aroma amis darah memenuhi seluruh penjuru. "Semua kuserahkan padamu En!" gumam Heng. Heng tidak memiliki banyak waktu untuk berfikir, sehingga ia memutuskan untuk menghabisi kelompok aliran hitam sebanyak mungkin, sebelum memakan lebih banyak korban jiwa. Melihat semua musuh yang berada didepannya, Heng melesat sangat cepat sembari mengepalkan tangan dengan jurus tinju besi. Hanya dalam sekali tarikkan nafas, Heng telah membunuh dua orang sekaligus, akan tetapi Heng tidak berniat untuk berhe
Baca selengkapnya

Sayembara 38 Serangan Mematikan

Dalam keadaan yang begitu marah, Heng langsung melesat kearah pria tersebut, sembari mengepalkan tangan berusaha memberikan sebuah pukulan maut.Sedangkan pria itu yang menyadari dalam keadaan berbahaya, hendak mengambil anak kecil yang berada tidak jauh darinya, dan berusaha secepat mungkin untuk menjadikan anak itu, sebagai sandera kembali.Namun belum sempat kakinya bergerak terlalu jauh, Heng yang sudah terlanjur mengalir tinjunya denga jurus tinju besi, langsung melepaskan sebuah pukulan tepat kearah muka."Kabur...!""Selamatkan diri kalian!"Dalam sekali tarikkan nafas Heng menghancurkan kepala pria itu dan membuat anggota kelompok aliran hitam yang lain merasa ketakutan. Sehingga mereka memutuskan untuk melarikan diri, sedangkan puluhan kelompok aliran hitam yang lain, berusaha mencari peruntungan dengan memasuki rumah warga.Menyadari kondisi yang belum stabil, Heng berniat mengejar mereka, akan tetapi ada satu hal yang harus dia urus, membawa anak kecil itu menjauh dan menc
Baca selengkapnya

Sayembara 39 Tersudut

Disisi lain, Ling masih berhadapan dengan Zhang, meski keadaan mulai memburuk, ditambah keributan yang terjadi, akibat ulah orang-orang yang ingin keluar. Tidak hanya itu, para tetua dari desa lain, serta semua peserta yang sempat gugur dalam pertandingan, telah dikumpulkan untuk segera pergi meninggalkan tempat itu.Namun perhatian mereka kini tertuju kepada kedua orang yang masih saja bertarung, meski kondisi tidak memungkinkan lagi untuk melanjutkan pertandingan tersebut. "Mereka masih saja bertarung meski kondisi sudah sangat buruk seperti ini!" ujar salah satu orang. "Zhang tampak sedang terluka, sedangkan Ling masih baik-baik saja, siapa yang akan menang?" sahut yang lain. "Sebaiknya kita mundur dan melihat keduanya bertarung, selagi menunggu para tetua membuka jalan untuk kita..." timpal yang lain. Kembali kedalam arena, Zhang terlihat sedang terluka cukup parah, bahkan ia sempat membersihkan bekas luka yang menggores wajahnya. Keadaan itu, membuat Zhang berdecak sembari
Baca selengkapnya

Sayembara 40 Penyelamatan

Disaat itu, Zhang sempat menelan ludah, karena tidak menyangka, jika bocah itu akan menghilang dari pandangan dan secara tiba-tiba berada disisinya.Bahkan Ling tidak memberikan dirinya kesempatan untuk berfikir, lalu secepat kilat ia melakukan sebuah pukulan tepat kearah muka.Namun disaat yang sama, Zhang berkelit lalu menangkap tinju itu, menggunakan tangannya dan dengan cepat ia membalas dengan sebuah pukulan."Percuma!" pekik Zhang.Ling yang baru saja menggunakan jurus bintang menembus bulan, sempat merasa tertekan, karena ia membatasi pergerakannya, supaya tidak terlihat oleh tetua dari desa lain.Namun keraguannya, tidak berlanjut begitu lama, ketika menyadari semua tetua dari desa lain, sedang sibuk membujuk Guan Ping supaya mau memberikan jalan kepada mereka.Tidak hanya itu, ketika keadaan semakin parah dan begitu kacau, hampir semua orang mengikuti para tetua untuk membujuk Guan Ping, berharap pria itu mau menuruti permintaan mereka."Kesempatan bagus, aku tidak akan menyi
Baca selengkapnya

Jalan Keluar

Meski mereka tidak percaya dengan sikap Guan Ping yang berubah begitu cepat, akan tetapi mereka sangat merasa beruntung, karena tidak harus menggunakan kekerasan yang tidak berarti.Namun mereka menduga, jika semua itu bisa terjadi, karena En Jio yang memberikan perintah, seakan dia lah pemimpin yang sesungguhnya.Tetapi itu bukanlah sebuah masalah, melainkan sebuah keajaiban, karena tidak akan lama lagi, mereka akan segera keluar dari tempat itu, tanpa berusaha payah."Cepat ikut aku!" ujar Guan Ping.Suara Guan Ping, terdengar sedikit berat seolah tidak ingin melanjutkan kakinya, akan tetapi karena tidak memiliki banyak pilihan, dirinya terpaksa melakukan hal itu.Dengan kaki yang sedikit bergetar, Guan Ping berhasil nembuka gerbang, akan tetapi disaat yang sama, beberapa orang hendak mendobrak dari luar, berusaha masuk kedalam. Namun belum sempat gerbang terbuka dengan lebar, En Jio melesat melewati Guan Ping, lalu membunuh beberapa orang dari kelompok aliran hitam. "Cepat pergil
Baca selengkapnya

Sebuah pilihan

En Jio yang saat itu memutuskan untuk menyelamatkan orang-orang dari desa lain, sempat mendapat penolakan dari Guan Ping, karena sikap mereka yang begitu angkuh.Namun karena tidak memiliki banyak pilihan, Guan Ping hanya bisa mengangguk pelan, seolah menerima keputusan yang telah En Jio pilih.Disaat yang sama pula, semua orang yang berasal dari desa lain, merasa sangat terolong, atas sikap yang diberikan En Jio kepada mereka, sehingga membuat mereka bisa bernafas dengan lega."Tidak ku sangka En, akan bisa menerima keputusan kita," ujar salah satu dari mereka.Mendengar ucapan itu, beberapa diantaranya sempat mengiyakan, sedangkan sisanya, lebih memilih untuk berfokus pada jalan yang mereka tuju.Tidak begitu lama, mereka akhirnya tiba disalah satu rumah kecil, yang tempat nya sangat sepi, jauh dari pemukiman warga.Mereka pada akhirnya memasuki rumah itu, satu persatu, sehingga membuat keadaan didalamnya menjadi sangat sempit."Sempit sekali!" ujar salah satu diantara mereka."Tena
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
35
DMCA.com Protection Status