Beranda / Fantasi / Legenda Kitab Surgawi / Bab 101 - Bab 110

Semua Bab Legenda Kitab Surgawi: Bab 101 - Bab 110

343 Bab

Wu Shing

En Jio hanya bisa tersenyum sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu, lalu bersikap dengan santay seraya duduk tidak jauh dari tempat Lengkukup berada.Kala itu, En Jio sedikit memutar otaknya untuk tidak salah bersikap, terlebih ia tidak bisa menebak karakter dari Lengkukup, yang mungkin akan menyebabkan anak kecil itu, menjadi marah atau menuduhnya sebagai orang jahat.Sedangkan untuk bersikap berlebihan, tentu tidak bisa ia lakukan begitu saja, sebelum ia mengetahui sikap yang akan diberikan oleh Lengkukup kepada dirinya. "Maaf mangganggu, aku hanya ingin memastikan keadaanmu..." ujar En Jio. "Tidak perlu meminta maaf paman, aku bahkan jauh lebih baik," timpal Lengkukup seraya meraba dadanya sekali lagi. "Ada apa?" tanya En Jio memastikan. "Tidak apa-apa paman, hanya terasa sedikit sakit..." ujar Lengkukup kemudian terkekeh. "Baiklah, aku sudah membaca surat dari Kencana, gurumu...!" ujar En Jio sembari menggigit bibirnya se
Baca selengkapnya

Obat Untuk Lengkukup

Dengan langkah yang tegas, meski ia telah berumur, pria tua itu berjalan mendekati Lengkukup yang sudah terbaring tidak berdaya. Meski ia merupakan ketua juru obat, akan tetapi dirinya dapat dikatakan setara dengan para Tetua yang lain, termasuk dengan En Jio yang merupakan salah satu Tetua desa Suban Dara. Hal itu dapat ia lakukan, karena dirinya merupakan salah satu orang yang paling berjasa di dalam desa, serta sudah banyak nyawa yang ia selamatkan, karena mengetahui berbagai macam jenis obat-obatan. "Hem, lukanya lumayan parah, dia beruntung bisa bertahan selama ini..." ujar Wu Shing. "Siapa yang bertanggung jawab atas semua ini?" tanya pria tua itu seraya menoleh kearah belakang. Pria tua itu sempat menelisik kearah En Jio, akan tetapi ia kemudian memastikan jika yang menyebabkan luka pada tubuh anak kecil itu ialah Heng Juesha. Wu Shing sempat ingin membuka mulut, akan tetapi belum sempat ia mengatakan sesuatu, tiba-tiba H
Baca selengkapnya

Kekhawatiran Heng Juesha

Setelah beberapa saat sedikit bertengkar, dengan sesuatu yang sangat tidak penting, pada akhirnya mereka sama-sama mengeluh dengan diikuti sebuah gerakan dari En Jio serta Wu Shing dan juru obat wanita yang ia bawa, untuk keluar dari tempat itu.Sebelumnya, Wu Shing sedikit memastikan jika Lengkukup akan baik-baik saja, setelah menelan obat pemberiannya, dan selama ia pergi untuk mencari obat yang diperlukan, Heng Juesha dia harapkan supaya menjaga Lengkukup dengan baik.Tidak jauh berbeda dengan Lee Nara, ia juga diperintahkan untuk menjaga keberadaan Lengkukup dan menyiapkan segala sesuatunya, ketika Lengkukup sadarkan diri."Wu, kenapa harus aku?" tanya Heng Juesha seraya menatap Wu Shing penuh arti."Heng, jika bukan dirimu, lantas siapa lagi?" ujar Wu Shing seraya mempercepat langkah.Setelah mendengar hal itu, Heng Juesha hanya biasa terdiam, seraya mengangguk pelan, seolah mengerti dengan ucapan dari pria tua itu.Namun, diriny
Baca selengkapnya

Kembalinya Wu Shing Dalam Pencarian Obat

Pada saat itu, Heng Juesha hanya bisa tersenyum tipis, sebelum akhirnya ia mengangkat alis seolah mengerti dengan ucapan Lee Nara tersebut. Namun, ia sedikit terkejut ketika menyadari Lee Nara bahkan tidak menunjukkan raut wajah ketakutan, ketika melihat Lengkukup yang beberapa saat lalu, sempat membuat dirinya mengeluarkan keringat dingin. Pada akhirnya, Heng Juesha hanya bisa menarik nafas dalam, karena merasa beban berat akan segera menimpa dirinya, terlebih menyangkut keadaan desa, yang mungkin akan segera berubah jika orang-orang mengetahui hal itu. "Cepat atau lambat semua akan terjadi," gumam Heng Juesha. Setelah beberapa saat Heng Juesha kembali melakukan meditasi, sementara Lee Nara melakukan tugasnya sebagai seorang wanita, dari membersihkan tempat itu, serta merawat Lengkukup dan memberikan makan pagi siang dan malam untuk Heng Juesha. Bisa dibilang, tempat itu menyediakan berbagai macam peralatan masak, serta sayur mayur
Baca selengkapnya

Ketegangan Antara Heng Juesha dan En Jio

Lee Nara hanya mengangguk pelan, sebelum ia membalikkan badan dan kembali menemui Lengkukup, untuk segera bersiap pindah dari tempat itu. Setelah beberapa hari berlalu keadaan Lengkukup jauh lebih baik dari pada sebelumnya, sehingga ia bisa melakukan meditasi untuk memulihkan tenaga dalam. Terlebih permata siluman yang tersisa dan sempat berada tangan Tetua En Jio, ia kembalikan kepada Lengkukup, karena merasa Lengkukup akan lebih membutuhkan benda itu ketimbang dirinya. "Leng, apa kau sudah selesai?" tanya Lee Nara memastikan. "Sedikit lagi..." jawab Lengkukup sembari membuka sedikit matanya. "Baiklah, aku akan menunggu," ujar Lee Nara. Ketika itu, Lee Nara hanya bisa duduk sembari memikirkan banyak hal, terutama rasa penasaran dirinya tentang penjara bawah tanah, yang menyimpan begitu banyak misteri. Terlebih, Heng Juesha malah tidak berkata dengan jujur dan berusaha menutupi akan sesuatu, yang tersimpan di dalam penjara
Baca selengkapnya

Balas Dendam

Seketika, suasana menjadi hening karena teriakan Lengkukup dialiri tenaga dalam, sehingga orang yang berada cukup jauhpun dapat mendengarnya dengan jelas. Bahkan Heng Juesha serta En Jio, sempat tertegun karena baru menyadari jika Lengkukup dapat melakukan hal itu, terlebih mereka mengetahui jika yang barusan dilakukan oleh Lengkukup bukan sesuatu yang mudah. Tentu saja En Jio merasa sangat tertarik oleh Lengkukup, karena baru saja melihat sosok anak kecil yang sangat jenius, bahkan bisa dikatakan hal itu merupakan kali pertama baginya. "Heng, kau harus mengalah..." ujar En Jio. "Tentu saja tidak!" jawab Heng Juesha."Jadi kau akan menentangku Heng?" tanya En Jio dengan sedikit menaikkan alis. "Jika memang itu diperlukan aku akan melakukannya..." jawab Heng Juesha. "Tunggu! Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Lengkukup menyela."Tentu saja dirimu nak..." ucap Heng Juesha. Kala itu, Lengkukup hanya bisa terdiam karen
Baca selengkapnya

Sesuatu Yang Mengejutkan

En Jio sempat memastikan kepada Lengkukup, jika dirinya akan membantu dengan sekuat tenaga, bahkan akan mempertaruhkan nyawanya sendiri jika memang diperlukan.Tidak terkecuali Heng Juesha yang jauh lebih dulu memastikan, jika dirinya akan ikut membantu Lengkukup dalam misi itu, akan tetapi masih banyak hal yang harus dilalui sebelum melakukan itu semua.Terlebih Lengkukup dipastikan belum siap untuk mengemban misi berbahaya itu, mengingat kelompok aliran sangat sulit ditaklukan, terlebih para petinggi nya. "Untuk sekarang kita tidak bisa bertindak gegabah, ingat kau masih harus berlatih..." ujar Heng Juesha memastikan. "Aku setuju, sebaiknya kita menunggu beberapa tahun lagi dan memastikan kau sudah benar-benar siap untuk melakukan hal itu," timpal En Jio. "Aku hargai itu semua paman, tetapi aku tidak mungkin bisa menunggu begitu lama," ujar Lengkukup. "Leng, menaklukkan musuh tidak semudah membalikkan telapak tangan, meski kau sudah memil
Baca selengkapnya

Amarah Heng Juesha

Dari arah selatan muncul keributan, yang menyebabkan penduduk desa berteriak historis, terlebih pasukan darah besi yang mulai menjadi waspada sembari menuju kearah sumber keributan. Beberapa orang terlihat sedang terluka, beruntung juru obat serta Wu Shing segera menyelamatkan penduduk yang terluka dengan cepat. Tidak hanya itu, keributan semakin menjadi ketika pasukan darah besi tiba dilokasi, terlebih Wu Shing yang terlihat sedang panik, karena melihat semakin banyak orang yang sedang terluka cukup parah. "Apa yang sedang terjadi?" tanya Heng Juesha. "Aku tidak tahu, tetapi Pasukan mu mengatakan ada penyusup..." jawab Wu Shing. "Penyusup...!" gumam Heng Juesha sembari berlari meninggalkan Wu Shing sendiri. Ketika keributan terjadi, Heng Juesha segera melesat kearah sumber keributan sedang terjadi, disaat itu juga ia sangat terkejut, karena melihat beberapa orang sudah terluka, dan diantaranya terluka cukup parah. Di saat yang hampir sama, ia bertemu
Baca selengkapnya

Lengkukup Pergi Mengejar Penyusup

Beberapa saat yang lalu, Lengkukup serta Lee Nara ikut menjadi waspada, ketika mereka mengetahui desa Suban Dara dimasuki oleh seorang penyusup. Kala itu, Tetua En Jio jauh lebih dulu meninggalkan mereka, sebelum akhirnya mereka menyusul, setelah mendapatkan lencana mereka masing-masing. Lencana tersebut dimaksudkan untuk sebagai tanda pengenal mereka serta untuk membuktikan,jika mereka telah resmi menjadi penduduk desa yang baru. ''Lee, sebaiknya kau tidak ikut denganku," ujar Lengkukup. "Jangan berkata bodoh, tentu saja aku harus ikut," timpal Lee Nara dengan muka yang kusut. Karena merasa hal itu akan menjadi panjang, terlebih jika dirinya tidak segera mengalah, maka bisa jadi Lee Nara akan berserikeras untuk memaksa kehendaknya. Oleh sebab itu, Lengkukup hanya menarik nafas dan menghembuskannya dalam beberapa detik, sebelum akhirnya ia melesat dengan jurus meringankan tubuh miliknya. Kala itu, Lee Nara sempat mengu
Baca selengkapnya

Pencarian Lengkukup

Teriakan seorang penjaga menggema diudara, memerintahkan penjaga yang lain untuk segera membuka pintu gerbang, ketika mendapat perintah dari Tetua En Jio beberapa saat yang lalu. Mereka sempat terkejut, karena mendapati perintah itu, akan tetapi mereka hanya bisa mengikuti perintah yang dikatakan oleh tetua mereka, tanpa bisa menolak sedikitpun. Meski beberapa orang penjaga, sempat mengkritik tentang aksi yang dilakukan oleh tetua mereka itu, terlebih pasukan darah besi yang turut serta dalam pencarian Lengkukup, sempat dianggap terlalu berlebihan. "Kami akan kembali paling lama dalam 2 hari, jika salah satu dari kami tidak ada yang kembali, maka jangan pernah membuka gerbang ini..." ucap En Jio memastikan. En Jio langsung menutup mulutnya setelah ia selesai berbicara, sedangkan penjaga itu hanya bisa mengangguk pelan seakan mengerti dengan perintah Tetua mereka itu. Di satu sisi Heng Juesha tidak sedikitpun memalingkan pandangannya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
35
DMCA.com Protection Status