Share

Balas Dendam

Penulis: ACANKUN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Seketika, suasana menjadi hening karena teriakan Lengkukup dialiri tenaga dalam, sehingga orang yang berada cukup jauhpun dapat mendengarnya dengan jelas.

Bahkan Heng Juesha serta En Jio, sempat tertegun karena baru menyadari jika Lengkukup dapat melakukan hal itu, terlebih mereka mengetahui jika yang barusan dilakukan oleh Lengkukup bukan sesuatu yang mudah.

Tentu saja En Jio merasa sangat tertarik oleh Lengkukup, karena baru saja melihat sosok anak kecil yang sangat jenius, bahkan bisa dikatakan hal itu merupakan kali pertama baginya.

"Heng, kau harus mengalah..." ujar En Jio.

"Tentu saja tidak!" jawab Heng Juesha.

"Jadi kau akan menentangku Heng?" tanya En Jio dengan sedikit menaikkan alis.

"Jika memang itu diperlukan aku akan melakukannya..." jawab Heng Juesha.

"Tunggu! Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Lengkukup menyela.

"Tentu saja dirimu nak..." ucap Heng Juesha.

Kala itu, Lengkukup hanya bisa terdiam karen
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Legenda Kitab Surgawi   Sesuatu Yang Mengejutkan

    En Jio sempat memastikan kepada Lengkukup, jika dirinya akan membantu dengan sekuat tenaga, bahkan akan mempertaruhkan nyawanya sendiri jika memang diperlukan.Tidak terkecuali Heng Juesha yang jauh lebih dulu memastikan, jika dirinya akan ikut membantu Lengkukup dalam misi itu, akan tetapi masih banyak hal yang harus dilalui sebelum melakukan itu semua.Terlebih Lengkukup dipastikan belum siap untuk mengemban misi berbahaya itu, mengingat kelompok aliran sangat sulit ditaklukan, terlebih para petinggi nya. "Untuk sekarang kita tidak bisa bertindak gegabah, ingat kau masih harus berlatih..." ujar Heng Juesha memastikan. "Aku setuju, sebaiknya kita menunggu beberapa tahun lagi dan memastikan kau sudah benar-benar siap untuk melakukan hal itu," timpal En Jio. "Aku hargai itu semua paman, tetapi aku tidak mungkin bisa menunggu begitu lama," ujar Lengkukup. "Leng, menaklukkan musuh tidak semudah membalikkan telapak tangan, meski kau sudah memil

  • Legenda Kitab Surgawi   Amarah Heng Juesha

    Dari arah selatan muncul keributan, yang menyebabkan penduduk desa berteriak historis, terlebih pasukan darah besi yang mulai menjadi waspada sembari menuju kearah sumber keributan. Beberapa orang terlihat sedang terluka, beruntung juru obat serta Wu Shing segera menyelamatkan penduduk yang terluka dengan cepat. Tidak hanya itu, keributan semakin menjadi ketika pasukan darah besi tiba dilokasi, terlebih Wu Shing yang terlihat sedang panik, karena melihat semakin banyak orang yang sedang terluka cukup parah. "Apa yang sedang terjadi?" tanya Heng Juesha. "Aku tidak tahu, tetapi Pasukan mu mengatakan ada penyusup..." jawab Wu Shing. "Penyusup...!" gumam Heng Juesha sembari berlari meninggalkan Wu Shing sendiri. Ketika keributan terjadi, Heng Juesha segera melesat kearah sumber keributan sedang terjadi, disaat itu juga ia sangat terkejut, karena melihat beberapa orang sudah terluka, dan diantaranya terluka cukup parah. Di saat yang hampir sama, ia bertemu

  • Legenda Kitab Surgawi   Lengkukup Pergi Mengejar Penyusup

    Beberapa saat yang lalu, Lengkukup serta Lee Nara ikut menjadi waspada, ketika mereka mengetahui desa Suban Dara dimasuki oleh seorang penyusup. Kala itu, Tetua En Jio jauh lebih dulu meninggalkan mereka, sebelum akhirnya mereka menyusul, setelah mendapatkan lencana mereka masing-masing. Lencana tersebut dimaksudkan untuk sebagai tanda pengenal mereka serta untuk membuktikan,jika mereka telah resmi menjadi penduduk desa yang baru. ''Lee, sebaiknya kau tidak ikut denganku," ujar Lengkukup. "Jangan berkata bodoh, tentu saja aku harus ikut," timpal Lee Nara dengan muka yang kusut. Karena merasa hal itu akan menjadi panjang, terlebih jika dirinya tidak segera mengalah, maka bisa jadi Lee Nara akan berserikeras untuk memaksa kehendaknya. Oleh sebab itu, Lengkukup hanya menarik nafas dan menghembuskannya dalam beberapa detik, sebelum akhirnya ia melesat dengan jurus meringankan tubuh miliknya. Kala itu, Lee Nara sempat mengu

  • Legenda Kitab Surgawi   Pencarian Lengkukup

    Teriakan seorang penjaga menggema diudara, memerintahkan penjaga yang lain untuk segera membuka pintu gerbang, ketika mendapat perintah dari Tetua En Jio beberapa saat yang lalu. Mereka sempat terkejut, karena mendapati perintah itu, akan tetapi mereka hanya bisa mengikuti perintah yang dikatakan oleh tetua mereka, tanpa bisa menolak sedikitpun. Meski beberapa orang penjaga, sempat mengkritik tentang aksi yang dilakukan oleh tetua mereka itu, terlebih pasukan darah besi yang turut serta dalam pencarian Lengkukup, sempat dianggap terlalu berlebihan. "Kami akan kembali paling lama dalam 2 hari, jika salah satu dari kami tidak ada yang kembali, maka jangan pernah membuka gerbang ini..." ucap En Jio memastikan. En Jio langsung menutup mulutnya setelah ia selesai berbicara, sedangkan penjaga itu hanya bisa mengangguk pelan seakan mengerti dengan perintah Tetua mereka itu. Di satu sisi Heng Juesha tidak sedikitpun memalingkan pandangannya

  • Legenda Kitab Surgawi   Bertemu Dengan Sosok Wan An

    Ketika itu, Heng Juesha sempat menepuk jidatnya sendiri, karena baru saja mendengar En Jio yang mulai merayu wanita tersebut. Dirinya sendiri juga bisa menilai, jika wanita itu merupakan wanita yang cantik, tidak kalah dengan kecantikan Lee Nara, akan tetapi ia sedikit menepis pikirannya sendiri, karena takut jika akan menimbulkan rasa cinta terhadap seorang wanita kembali. Setelah kematian istrinya, akibat meliharkan anak pertama mereka, Heng Juesha lebih memilih menutup diri, dari seorang perempuan dan lebih berfokus kepada pasukan darah besi, sedangkan anaknya, ia titipkan kepada seorang wanita tua, yang tidak lain ialah mertuanya sendiri. "En, kau harus memikirkan istri-istrimu!" ujar Heng Juesha dengan nada yang sedikit tinggi. "Tenanglah Heng! mereka bahkan tidak peduli jika aku harus menikah lagi atau tidak, selagi aku memberikan mereka uang yang banyak, mereka akan diam..." timpal En Jio sembari tertawa dengan lantang. "Bukan begitu no

  • Legenda Kitab Surgawi   Menghadapi Musuh Yang Menyergap

    Ketika pria bertubuh kurus itu selesai berucap, Heng Juesha serta pasukan darah besi hanya bisa bisa tertawa dengan lantang, tetapi tidak dengan En Jio.Dirinya sedikit menggerutu, karena menganggap puluhan orang itu telah salah memilih mangsa, dari perawakan nya, En Jio dapat memastikan, jika kelompok tersebut merupakan anggota Bandit Gunung yang menyebar kedataran tinggi.Sebelumnya, mereka sempat menjadi waspada, karena belum mengetahui jumlah serta asal dari kelompok tersebut, akan tetapi ketika mengetahuinya, reaksi yang mereka berikan justru berubah 180 derajat."Apa yang kalian tertawakan?" tanya pria tersebut."Tetua En, ketua Heng biar aku yang mengurus mereka semua..." ujar Yu Lian mendahului."Yu, kau memang hebat, tetapi dengan jumlah mereka yang banyak, kau akan kesulitan, sebaiknya kalian menyerang mereka bersamaan," timpal Heng Juesha."Benar yang dikata ketua Heng, senior Yu, sebaiknya kita seger

  • Legenda Kitab Surgawi   Akhir Dari Pencarian

    Namun, belum sempat mereka bercengkrama lebih jauh, Yu Lian serta kelima Juniornya kembali kehadapan Heng Juesha serta En Jio dengan senyum memenuhi wajah mereka. Hal itu merupakan kemenangan yang manis, karena tidak satupun dari mereka yang mendapat luka yang cukup berarti, sehingga membuat mereka berbangga hati karenanya. Tidak jauh berbeda dengan En Jio serta Heng Juesha, yang sudah sejak awal menduga kemenangan itu pasti mereka dapatkan dengan mudah, terlebih kedua sosok tersebut, seolah tidak peduli dengan aroma amis darah yang mulai menyebar diudara. "Apa yang harus kita lakukan terhadap mayat-mayat tersebut En?" "Bakar! itu akan jauh lebih mudah," jawab En Jio. "Aku setuju! besok kita akan membakarnya..." ujar Heng Juesha. "Tidak perlu menunggu besok, lakukan sekarang juga! terlebih kita akan melanjutkan perjalanan sampai pagi hari..." timpal En Jio. Beberapa orang pasukan darah besi sempat membuka matanya lebar, karena

  • Legenda Kitab Surgawi   Isu Seorang Penjahat

    Dalam beberapa tarian nafas, En Jio berhasil tiba dilokasi pertarungan sedang terjadi, sembari menengahi keduanya. Namun, wanita itu bahkan tidak berniat menghentikan serangan yang akan ia lakukan, sehingga membuat En Jio bergerak dengan cepat kearah belakang, seraya mengunci leher wanita itu dengan satu tangan, sedangkan tangan yang satunya ia gunakan untuk merebut pedang yang ia gunakan. Berbeda dengan Lengkukup, ia langsung mundur beberapa langkah, ketika En Jio menengahi mereka, terlebih ia menyadari dari kejauhan Heng Juesha mulai mendekat. "Leng! apa yang terjadi?" tanya Heng Juesha sesaat dirinya tiba. "Maaf guru Heng, dia yang pertama menyerang..." ujar Lengkukup. "Apa benar begitu nona?" tanya En Jio sembari menekan leher wanita tersebut. "Dia seorang penjahat..." timpal wanita itu. "Oh, dari mana kau tau jika anak itu seorang penjahat?" tanya En Jio memastikan. Beberapa saat Heng Juesha semakin penasaran, karena w

Bab terbaru

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 344: Cahaya di Tengah Kegelapan

    Ling terdiam dalam keheningan, tatapannya masih terpaku pada tempat di mana sosok berjubah putih itu menghilang. Lengkukup dan En Jio berdiri di sisinya, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Namun, pertanyaan yang menggantung di udara tidak segera menemukan jawaban."Siapa dia?" En Jio akhirnya memecah kesunyian, suaranya bergetar lemah. "Penjaga Kuil Tianlong? Aku tidak pernah mendengar tentang sosok seperti itu..."Lengkukup, yang biasanya tenang dan penuh perhitungan, hanya menggelengkan kepala. "Dia muncul tepat saat kita membutuhkannya. Entah siapa atau apa tujuannya, kita sebaiknya bersyukur."Ling menghela napas panjang, tubuhnya masih lelah setelah serangan besar yang hampir menghabisi kekuatannya. "Kita harus segera pergi dari sini. Tempat ini penuh dengan kegelapan, dan aku merasakan sesuatu yang tidak beres."Mereka bertiga mengangkat diri, meskipun tubuh mereka masih t

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 343: Perlawanan Terakhir di Kaki Gunung Tianfeng

    Sima Yan berdiri tegak di hadapan Ling, Lengkukup, dan En Jio. Aura kegelapan yang memancar dari tubuhnya membuat udara di sekitar mereka terasa berat. Pedangnya yang besar dan hitam berkilauan dengan cahaya merah yang jahat, menandakan kekuatan yang luar biasa.Ling mengepalkan tangannya lebih kuat di sekitar gagang pedangnya. Napasnya terasa berat, dan dadanya bergemuruh dengan adrenalin. Dia tahu ini bukan hanya pertarungan melawan seorang musuh yang kuat, tapi juga perjuangan untuk tetap hidup."Kita tidak bisa membiarkan dia menang!" desis Ling dengan penuh semangat, meski dia tahu dalam hatinya bahwa mereka mungkin tidak akan bertahan dari pertarungan ini.Lengkukup berdiri di sampingnya, menatap dingin ke arah Sima Yan. "Kita bertarung sampai napas terakhir. Tidak ada pilihan lain."En Jio, yang masih terluka, mengangguk dengan susah payah. Meskipun kondisinya jauh dari ideal, dia tahu tidak ada waktu untuk mundur.

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 342: Bayangan di Balik Gunung Tianfeng

    Ketika mereka keluar dari gua, lembah yang dulunya gelap sekarang diterangi cahaya redup matahari yang mulai tenggelam. Udara terasa lebih berat, seolah sesuatu yang jahat menyelimuti mereka dari kejauhan. Langit di atas Gunung Tianfeng mulai berubah menjadi merah darah, pertanda bahwa bahaya semakin dekat.

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 341: Pertempuran di Lembah Kematian

    Suasana di dalam ruangan besar itu mendadak tegang. Pria berjubah hitam yang berdiri di hadapan mereka tampak mengintimidasi, dengan senyum penuh kebencian yang menyiratkan keyakinan mutlak pada kekuatannya. Cahaya dari kristal elemen hijau memantul di zirah hitamnya, mempertegas aura kegelapan yang menyelimuti tubuhnya."Aku adalah pengawal elemen ini," ucap pria itu dengan suara rendah yang bergetar. "Namaku Hei Long, dan kalian tak akan bisa melewati gerbang kehidupan ini."Ling menatap pria itu dengan tajam, mempersiapkan diri. "Kalau begitu, kita tak punya pilihan lain selain melawanmu."Lengkukup dan En Jio mengambil posisi di sebelah Ling. Meskipun mereka tahu bahwa Hei Long adalah lawan yang kuat, mereka tidak punya waktu untuk ragu. Kristal elemen hijau itu adalah kunci untuk melengkapi kekuatan Kitab Dewa Naga, dan mereka harus mendapatkannya, apa pun risikonya."Serahkan saja elemen itu

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 340: Perjalanan Menuju Lembah Kematian

    Malam mulai menyelimuti perbukitan, namun Ling, Lengkukup, dan En Jio terus melangkah. Suasana semakin mencekam saat kabut tipis mulai muncul, menyelimuti jalanan setapak yang semakin sempit. Hutan lebat di kiri dan kanan mereka seolah menjadi dinding kegelapan yang tak tertembus. Hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar di tengah keheningan itu."Kita semakin dekat," kata Lengkukup, matanya terus mengawasi setiap gerakan di sekitar. "Aku bisa merasakan kehadiran sesuatu yang tidak biasa di sini."Ling mengangguk setuju. Dari kitab Dewa Naga yang berada dalam genggamannya, ia bisa merasakan energi yang semakin kuat. "Lembah itu tak jauh lagi. Energi dari elemen berikutnya sangat jelas terpancar dari sana."En Jio, yang biasanya penuh semangat, kali ini tampak lebih tenang. "Apa kalian sudah siap? Kalau pasukan hitam benar-benar menunggu di sana, ini akan menjadi pertempuran yang sulit."

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 339: Kabar di Balik Perbukitan

    Setelah berhasil mengalahkan Pengawal Bayangan dan mengamankan elemen es, Ling, Lengkukup, dan En Jio melanjutkan perjalanan mereka menuju perbukitan yang lebih rendah, meninggalkan puncak es yang mencekam di belakang. Udara di sini lebih hangat, tapi suasana tegang masih melingkupi mereka. Masing-masing terdiam, merenungkan pertempuran yang baru saja mereka lalui.“Kita sekarang memiliki dua elemen,” kata Lengkukup, memecah keheningan. “Tapi musuh kita pasti semakin sadar dengan keberadaan kita.”Ling mengangguk. “Kita harus bergerak cepat. Mereka tidak akan tinggal diam dan membiarkan kita mengambil semua elemen begitu saja.”En Jio, yang biasanya ceria, kali ini terlihat lebih serius. “Kalau mereka sudah mengirim Pengawal Bayangan, berarti kekuatan besar sedang memantau kita. Kita harus siap menghadapi mereka, kapan pun mereka menyerang.”

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 338: Bayangan di Balik Puncak Es

    Setelah berhasil mendapatkan elemen es dari Puncak Es, Ling, Lengkukup, dan En Jio tidak bisa beristirahat lama. Meski mereka baru saja mengalahkan serigala es yang menjaga elemen tersebut, perasaan cemas tidak pernah benar-benar pergi. Keheningan yang melingkupi pegunungan bersalju seolah menyembunyikan ancaman yang belum terungkap.“Ling,” kata Lengkukup tiba-tiba, matanya tajam menatap ke kejauhan. “Kita sedang diawasi.”Ling yang sedang mengatur napas setelah pertempuran, langsung siaga. Dia mengeluarkan pedangnya dengan gerakan cepat, memfokuskan seluruh indranya untuk mendeteksi ancaman yang disampaikan Lengkukup. Seiring angin dingin yang menusuk, bayangan mulai terlihat di balik kabut tebal.En Jio, yang sebelumnya sedang bercanda untuk menghilangkan ketegangan, kini mengalihkan pandangannya dengan wajah serius. “Sepertinya, penjaga elemen es bukan satu-satunya yang harus kita hadapi.”Dari kabut yang semakin pekat, muncul sosok-sosok berpakaian hitam. Mereka bergerak dengan k

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 337: Perjalanan ke Puncak Es

    Setelah berhasil mendapatkan elemen api dari Gunung Berapi Hitam, Ling, Lengkukup, dan En Jio tidak memiliki banyak waktu untuk merayakan keberhasilan mereka. Tantangan berikutnya, elemen es, menanti mereka di ujung dunia yang berlawanan, di Puncak Es yang dilapisi salju abadi.“Kita tidak bisa berlama-lama di sini,” ujar Ling, napasnya masih terengah-engah setelah pertarungan yang menegangkan. “Puncak Es jauh, dan kita tidak tahu apa yang menanti kita di sana.”Lengkukup menyetujui, mengangkat elemen api dengan hati-hati. Cahaya merah yang menyala dari elemen itu berdenyut lembut, memberikan rasa hangat yang kontras dengan suhu yang akan mereka hadapi di perjalanan berikutnya.“Kau benar, Ling,” katanya. “Kita harus segera bergerak. Semakin lama kita menunda, semakin besar kemungkinan musuh kita mengetahui keberadaan elemen ini.”En Jio, yang telah berhasil mengalihkan perhatian naga api, berjalan mendekat. Dia tersenyum puas, meskipun wajahnya dipenuhi keringat. “Aku tidak sabar unt

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 336: Menuju Gunung Berapi Hitam

    Dengan hati yang penuh semangat dan ketegangan yang meningkat, Ling, Lengkukup, dan En Jio meninggalkan pasar malam. Mereka tahu bahwa perjalanan ini akan menjadi salah satu yang paling menantang yang pernah mereka hadapi. Mereka harus mendapatkan dua elemen yang berlawanan, dan langkah pertama adalah menuju Gunung Berapi Hitam.Di jalan, Ling merenungkan kata-kata lelaki tua itu. Kekuatan tidak hanya datang dari kemampuan fisik, tetapi juga dari keputusan yang mereka buat. Perjalanan ini bukan hanya tentang mencari kunci, tetapi juga tentang menemukan diri mereka sendiri dan menguji batasan mereka.Sesampainya di tepi hutan, mereka berhenti sejenak. Ling bisa merasakan perubahan udara, dari segar menjadi panas dan berbau sulfur. “Kita sudah dekat dengan gunung,” ujarnya.“Kau yakin kita siap menghadapi makhluk yang menjaga elemen api?” Lengkukup bertanya, merasakan ketegangan di udara.“Kita harus percaya satu sama lain,” jawab Ling. “Kita sudah melalui banyak hal bersama. Ini hanya

DMCA.com Protection Status