Beranda / Fantasi / Legenda Kitab Surgawi / Isu Seorang Penjahat

Share

Isu Seorang Penjahat

Penulis: ACANKUN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dalam beberapa tarian nafas, En Jio berhasil tiba dilokasi pertarungan sedang terjadi, sembari menengahi keduanya.

Namun, wanita itu bahkan tidak berniat menghentikan serangan yang akan ia lakukan, sehingga membuat En Jio bergerak dengan cepat kearah belakang, seraya mengunci leher wanita itu dengan satu tangan, sedangkan tangan yang satunya ia gunakan untuk merebut pedang yang ia gunakan.

Berbeda dengan Lengkukup, ia langsung mundur beberapa langkah, ketika En Jio menengahi mereka, terlebih ia menyadari dari kejauhan Heng Juesha mulai mendekat.

"Leng! apa yang terjadi?" tanya Heng Juesha sesaat dirinya tiba.

"Maaf guru Heng, dia yang pertama menyerang..." ujar Lengkukup.

"Apa benar begitu nona?" tanya En Jio sembari menekan leher wanita tersebut.

"Dia seorang penjahat..." timpal wanita itu.

"Oh, dari mana kau tau jika anak itu seorang penjahat?" tanya En Jio memastikan.

Beberapa saat Heng Juesha semakin penasaran, karena w
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Legenda Kitab Surgawi   Kembali

    Beberapa saat yang lalu, keenam pasukan darah besi sempat tertinggal jauh tidak terkecuali dengan Yu Lian, meski dirinya murid tertua dari Heng Juesha, akan tetapi dirinya sendiri belum bisa menggunakan jurus meringankan tubuh. Hal itu, sempat membuat Yu Lian hampir patah semangat, karena sudah sejak lama ia berlatih, akan tetapi belum memiliki yang cukup tinggi, sehingga sempat membuat dirinya mengumpat dalam hati. Tidak jauh berbeda dengan adik seperguruannya, mereka bahkan kalah  jauh dengan Yu Lian, yang nyata belum memiliki kemampuan cukup tinggi, selain menguasai tehnik tubuh besi yang diajarkan Heng Juesha kepada mereka."Kita harus cepat menyusul ketua Heng serta Tetua En," ujar Yu Lian. Meski jauh tertinggal, pada akhirnya mereka melihat keberadaan Heng Juesha serta En Jio dengan dua orang yang tidak jauh darinya. Melihat hal itu mereka mempercepat langkah, dengan cara berlari, akan tetapi pada saat mereka akan tiba, seorang

  • Legenda Kitab Surgawi   Suara Hati Tetua En

    Pada saat itu, Lengkukup sempat terdiam beberapa saat, seolah mengingat sesuatu, akan tetapi tidak lama dari itu dirinya kembali memusatkan perhatian kearah depan. Dengan sikap yang diberikan oleh Lengkukup, En Jio beranggapan jika anak tersebut sama sekali tidak mengenal wanita itu, terlebih ketika membandingkan parasnya, yang sama sekali tidak seumuran dengan Lengkukup. En Jio sempat mendongakkan kepalanya kearah atas, seakan merencanakan sesuatu, akan tetapi tindakannya tersebut malah sedang diawasi oleh Heng Juesha, yang seolah mengerti isi otak Tetua En Jio tersebut. "Kau sama sekali tidak berubah," ucap Heng Juesha. "Heh! apa maksud ucapanmu?" tanya En Jio seraya menaikkan alis. "Berhenti mengelak, dan tidak perlu bersusah payah untuk berbohong..." jawab Heng Juesha. "Itu salah satu hobiku Heng, sebaiknya kau tidak perlu ikut campur," ujar En Jio sembari terkekeh. "En, sikapmu itu pasti akan menurun kepada Lengkukup, tidak terk

  • Legenda Kitab Surgawi   Rayuan Tetua En

    Pada sore hari itu, keadaan desa Suban Dara semakin meriah, karena telah kembalinya 2 orang yang sangat mereka banggakan, terlebih tidak ada korban jiwa dalam pencarian itu. Terlebih, ketika Heng Juesha, ikut tersenyum kepada En Jio yang membuat beberapa wanita merasa ingin pingsan, karena tidak kuat melihat senyuman pria bertubuh kekar itu dan sangat mereka idam-idamkan. Namun, beberapa orang mulai bertakwa-kata dari barisan belakang, tentang keberadaan Lengkukup dan menganggap pencarian itu terlalu berlebihan, mengingat anak itu bahkan belum memiliki jasa apapun terhadap desa. "Kalian semua harus tau, jika anak ini mulai sekarang akan menjadi murid kami berdua..." ucap Heng Juesha memastikan. Ketika Heng Juesha selesai berucap, beberapa orang sempat membuka mulut mereka dengan lebar, karena merasa tidak percaya dengan ucapan ketua darah besi tersebut. Terlebih mereka sangat mengetahui, jika Heng Juesha tidak sembarangan memilih seo

  • Legenda Kitab Surgawi   Istirahat Setelah Perjalanan Panjang

    Beberapa saat berlalu, Lengkukup akhirnya memasuki sebuah rumah yang sudah terlihat rapi, karena sudah dibersihkan oleh Lee Nara beberapa hari yang lalu.Ketika itu, Lengkukup sedikit memperhatikan sekelilingnya, karena merasa sudah sangat lama ia tidak merasakan suasana yang sangat hangat baginya, terlebih ia sendiri menyadari jika baru beberapa kali memasuki sebuah rumah dan rasanya sangat berbeda.Tiba-tiba ia merindukan sesuatu, yang mungkin telah lama ia inginkan, hal itu sempat membuat dirinya ingin meneteskan air mata, akan tetapi tidak mungkin ia lakukan didepan wanita cantik yang sedang bersama dengannya."Kau baik-baik saja?" tanya Lee Nara."Aku tidak apa-apa Nara."jawab Lengkukup."Lantas apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Lee Nara kembali."Bukan sesuatu yang penting," timpal Lengkukup.Kala itu, Lee Nara hanya bisa mengangguk pelan, seolah mengerti dari perkataan Lengkukup , terlebih ia sendiri tidak ingin jika dirinya

  • Legenda Kitab Surgawi   Tertangkap Basah

    Pada saat itu, Lengkukup segera meninggalkan Lee Nara sendirian dan langsung menuju ke tempat tidurnya, karena merasa sedikit malu dengan tindakannya tersebut. Namun, belum sempat Lengkukup menutup pintu tempat tidurnya, Lee Nara kembali memekik kepadanya, karena beberapa saat yang lalu, dirinya sempat membuat berantakan tempat itu. Dengan cepat dirinya menutup pintu, dan segera menguncinya dari dalam, sehingga Lee Nara tidak bisa membukanya, meski sudah beberapa kali ia mencoba. "Tunggu saja besok pagi!" pekik Lee Nara sembari menghentakkan sebelah kakinya. Tetapi Lengkukup hanya diam membisu, dan tidak memberi respon apapun kepada Lee Nara, terlebih ia tidak ingin jika kepalanya terkena pukulan wanita itu kembali. Dalam keadaan lelah, Lengkukup mengambil sikap duduk bersila untuk melakukan meditasi dan berharap bisa memulihkan tenaga nya, yang sempat berkurang ketika berhadapan dengan seorang wanita beberapa hari yang lalu.

  • Legenda Kitab Surgawi   Jawaban Atas Semua Pikiran Buruk

    Dalam keadaan panik En Jio berusaha menenangkan diri dengan beberapa kali menarik nafas, sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Hal itu dia lakukan, tidak lain karena sedang memikirkan alasan, untuk diberikan kepada Lengkukup yang tengah memergoki tingkah dirinya. Meski tidak sulit baginya untuk mengelak dan memberi alasan yang logis, akan tetapi didepan murid pertamanya itu, tidak mungkin ia lakukan hanya dengan berpura-pura bodoh seolah tidak terjadi apapun. "Leng, ada apa malam-malam begini kau datang kemari?" tanya En Jio lembut sembari menepuk pundak anak kecil itu, berharap ia akan lupad dengan tindakannya barusan. "Maaf karena telah mengganggu kesenangan yang guru lakukan barusan, akan tetapi aku hanya ingin bertanya sesuatu dan aku rasa ini bukan saat yang tepat," jawab Lengkukup menjelaskan. "Tidak perlu meminta maaf, lagipula sudah terlanjur kau mengetahuinya, aku bisa menjelaskan hal itu nanti, sesudah menjawab pertanyaan dir

  • Legenda Kitab Surgawi   Intimidasi

    Tidak membutuhkan waktu yang lama, bahkan dalam beberapa tarikan nafas saja, ia telah sampai di kediaman yang mereka tinggali bersama dengan Lee Nara, tanpa sepengetahuan oleh siapapun.Merasa telah aman, dan menganggap aksinya pada malam hari itu tidak diketahui oleh orang lain, Lengkukup berjalan dengan santai menuju halaman rumah, akan tetapi tiba-tiba ia merasakan sesuatu tengah menatapnya dari kejauhan, sehingga membuat ia menoleh kesegala arah. Namun, yang ia dapati justru beberapa pemuda tengah berjalan kearahnya, bahkan dengan sedikit berlari, seolah tidak ingin melewatkan momen itu. "Rupanya kau yang dibicarakan oleh banyak orang, pendatang baru!" ujar salah seorang pemuda bertubuh tegap dan memiliki wajah yang cukup rupawan. "Maaf! Aku tidak mengenal kalian, sebaiknya kalian pulang kerumah dan beristirahatlah..." timpal Lengkukup. "Besar mulut sekali kau ini, kau tidak tau sedang berhadapan dengan siapa?" tanya pemuda itu. "Aku t

  • Legenda Kitab Surgawi   Hen Swe Putra Dari Heng Juesha

    Pada saat itu, Hen Swe sama sekali tidak siap untuk menerima serangan yang sedang mengarah kepadanya, sehingga ia memutuskan untuk menghalau serangan itu dengan tinju besi miliknya. Namun, serangan yang Lengkukup berikan kepadanya tidak pernah ia duga akan sekuat itu, terlebih lagi akan melihat sesuatu yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Sebuah pedang angin melesat dengan cepat kearah nya, sehingga dalam hitungan detik pedang angin itu telah berada didepan mata dan bertepatan dengan datangnya pedang angin yang melaju dengan cepat tersebut, dirinya menangis dengan kedua tangan. "Bertahanlah!" pekik Lengkukup. Merasa jika pemuda itu tidak bisa menahan serangannya, Lengkukup dengan instingnya langsung menyusul keberadaan Hen Swe seraya menarik pemuda itu, lalu menghalau jurus nya sendiri dengan cara melemparkannya kearah atas. Sebuah ledakan diudara terjadi begitu saja dan menimbulkan suara yang keras, sehingga membangunkan banyak or

Bab terbaru

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 344: Cahaya di Tengah Kegelapan

    Ling terdiam dalam keheningan, tatapannya masih terpaku pada tempat di mana sosok berjubah putih itu menghilang. Lengkukup dan En Jio berdiri di sisinya, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Namun, pertanyaan yang menggantung di udara tidak segera menemukan jawaban."Siapa dia?" En Jio akhirnya memecah kesunyian, suaranya bergetar lemah. "Penjaga Kuil Tianlong? Aku tidak pernah mendengar tentang sosok seperti itu..."Lengkukup, yang biasanya tenang dan penuh perhitungan, hanya menggelengkan kepala. "Dia muncul tepat saat kita membutuhkannya. Entah siapa atau apa tujuannya, kita sebaiknya bersyukur."Ling menghela napas panjang, tubuhnya masih lelah setelah serangan besar yang hampir menghabisi kekuatannya. "Kita harus segera pergi dari sini. Tempat ini penuh dengan kegelapan, dan aku merasakan sesuatu yang tidak beres."Mereka bertiga mengangkat diri, meskipun tubuh mereka masih t

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 343: Perlawanan Terakhir di Kaki Gunung Tianfeng

    Sima Yan berdiri tegak di hadapan Ling, Lengkukup, dan En Jio. Aura kegelapan yang memancar dari tubuhnya membuat udara di sekitar mereka terasa berat. Pedangnya yang besar dan hitam berkilauan dengan cahaya merah yang jahat, menandakan kekuatan yang luar biasa.Ling mengepalkan tangannya lebih kuat di sekitar gagang pedangnya. Napasnya terasa berat, dan dadanya bergemuruh dengan adrenalin. Dia tahu ini bukan hanya pertarungan melawan seorang musuh yang kuat, tapi juga perjuangan untuk tetap hidup."Kita tidak bisa membiarkan dia menang!" desis Ling dengan penuh semangat, meski dia tahu dalam hatinya bahwa mereka mungkin tidak akan bertahan dari pertarungan ini.Lengkukup berdiri di sampingnya, menatap dingin ke arah Sima Yan. "Kita bertarung sampai napas terakhir. Tidak ada pilihan lain."En Jio, yang masih terluka, mengangguk dengan susah payah. Meskipun kondisinya jauh dari ideal, dia tahu tidak ada waktu untuk mundur.

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 342: Bayangan di Balik Gunung Tianfeng

    Ketika mereka keluar dari gua, lembah yang dulunya gelap sekarang diterangi cahaya redup matahari yang mulai tenggelam. Udara terasa lebih berat, seolah sesuatu yang jahat menyelimuti mereka dari kejauhan. Langit di atas Gunung Tianfeng mulai berubah menjadi merah darah, pertanda bahwa bahaya semakin dekat.

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 341: Pertempuran di Lembah Kematian

    Suasana di dalam ruangan besar itu mendadak tegang. Pria berjubah hitam yang berdiri di hadapan mereka tampak mengintimidasi, dengan senyum penuh kebencian yang menyiratkan keyakinan mutlak pada kekuatannya. Cahaya dari kristal elemen hijau memantul di zirah hitamnya, mempertegas aura kegelapan yang menyelimuti tubuhnya."Aku adalah pengawal elemen ini," ucap pria itu dengan suara rendah yang bergetar. "Namaku Hei Long, dan kalian tak akan bisa melewati gerbang kehidupan ini."Ling menatap pria itu dengan tajam, mempersiapkan diri. "Kalau begitu, kita tak punya pilihan lain selain melawanmu."Lengkukup dan En Jio mengambil posisi di sebelah Ling. Meskipun mereka tahu bahwa Hei Long adalah lawan yang kuat, mereka tidak punya waktu untuk ragu. Kristal elemen hijau itu adalah kunci untuk melengkapi kekuatan Kitab Dewa Naga, dan mereka harus mendapatkannya, apa pun risikonya."Serahkan saja elemen itu

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 340: Perjalanan Menuju Lembah Kematian

    Malam mulai menyelimuti perbukitan, namun Ling, Lengkukup, dan En Jio terus melangkah. Suasana semakin mencekam saat kabut tipis mulai muncul, menyelimuti jalanan setapak yang semakin sempit. Hutan lebat di kiri dan kanan mereka seolah menjadi dinding kegelapan yang tak tertembus. Hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar di tengah keheningan itu."Kita semakin dekat," kata Lengkukup, matanya terus mengawasi setiap gerakan di sekitar. "Aku bisa merasakan kehadiran sesuatu yang tidak biasa di sini."Ling mengangguk setuju. Dari kitab Dewa Naga yang berada dalam genggamannya, ia bisa merasakan energi yang semakin kuat. "Lembah itu tak jauh lagi. Energi dari elemen berikutnya sangat jelas terpancar dari sana."En Jio, yang biasanya penuh semangat, kali ini tampak lebih tenang. "Apa kalian sudah siap? Kalau pasukan hitam benar-benar menunggu di sana, ini akan menjadi pertempuran yang sulit."

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 339: Kabar di Balik Perbukitan

    Setelah berhasil mengalahkan Pengawal Bayangan dan mengamankan elemen es, Ling, Lengkukup, dan En Jio melanjutkan perjalanan mereka menuju perbukitan yang lebih rendah, meninggalkan puncak es yang mencekam di belakang. Udara di sini lebih hangat, tapi suasana tegang masih melingkupi mereka. Masing-masing terdiam, merenungkan pertempuran yang baru saja mereka lalui.“Kita sekarang memiliki dua elemen,” kata Lengkukup, memecah keheningan. “Tapi musuh kita pasti semakin sadar dengan keberadaan kita.”Ling mengangguk. “Kita harus bergerak cepat. Mereka tidak akan tinggal diam dan membiarkan kita mengambil semua elemen begitu saja.”En Jio, yang biasanya ceria, kali ini terlihat lebih serius. “Kalau mereka sudah mengirim Pengawal Bayangan, berarti kekuatan besar sedang memantau kita. Kita harus siap menghadapi mereka, kapan pun mereka menyerang.”

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 338: Bayangan di Balik Puncak Es

    Setelah berhasil mendapatkan elemen es dari Puncak Es, Ling, Lengkukup, dan En Jio tidak bisa beristirahat lama. Meski mereka baru saja mengalahkan serigala es yang menjaga elemen tersebut, perasaan cemas tidak pernah benar-benar pergi. Keheningan yang melingkupi pegunungan bersalju seolah menyembunyikan ancaman yang belum terungkap.“Ling,” kata Lengkukup tiba-tiba, matanya tajam menatap ke kejauhan. “Kita sedang diawasi.”Ling yang sedang mengatur napas setelah pertempuran, langsung siaga. Dia mengeluarkan pedangnya dengan gerakan cepat, memfokuskan seluruh indranya untuk mendeteksi ancaman yang disampaikan Lengkukup. Seiring angin dingin yang menusuk, bayangan mulai terlihat di balik kabut tebal.En Jio, yang sebelumnya sedang bercanda untuk menghilangkan ketegangan, kini mengalihkan pandangannya dengan wajah serius. “Sepertinya, penjaga elemen es bukan satu-satunya yang harus kita hadapi.”Dari kabut yang semakin pekat, muncul sosok-sosok berpakaian hitam. Mereka bergerak dengan k

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 337: Perjalanan ke Puncak Es

    Setelah berhasil mendapatkan elemen api dari Gunung Berapi Hitam, Ling, Lengkukup, dan En Jio tidak memiliki banyak waktu untuk merayakan keberhasilan mereka. Tantangan berikutnya, elemen es, menanti mereka di ujung dunia yang berlawanan, di Puncak Es yang dilapisi salju abadi.“Kita tidak bisa berlama-lama di sini,” ujar Ling, napasnya masih terengah-engah setelah pertarungan yang menegangkan. “Puncak Es jauh, dan kita tidak tahu apa yang menanti kita di sana.”Lengkukup menyetujui, mengangkat elemen api dengan hati-hati. Cahaya merah yang menyala dari elemen itu berdenyut lembut, memberikan rasa hangat yang kontras dengan suhu yang akan mereka hadapi di perjalanan berikutnya.“Kau benar, Ling,” katanya. “Kita harus segera bergerak. Semakin lama kita menunda, semakin besar kemungkinan musuh kita mengetahui keberadaan elemen ini.”En Jio, yang telah berhasil mengalihkan perhatian naga api, berjalan mendekat. Dia tersenyum puas, meskipun wajahnya dipenuhi keringat. “Aku tidak sabar unt

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 336: Menuju Gunung Berapi Hitam

    Dengan hati yang penuh semangat dan ketegangan yang meningkat, Ling, Lengkukup, dan En Jio meninggalkan pasar malam. Mereka tahu bahwa perjalanan ini akan menjadi salah satu yang paling menantang yang pernah mereka hadapi. Mereka harus mendapatkan dua elemen yang berlawanan, dan langkah pertama adalah menuju Gunung Berapi Hitam.Di jalan, Ling merenungkan kata-kata lelaki tua itu. Kekuatan tidak hanya datang dari kemampuan fisik, tetapi juga dari keputusan yang mereka buat. Perjalanan ini bukan hanya tentang mencari kunci, tetapi juga tentang menemukan diri mereka sendiri dan menguji batasan mereka.Sesampainya di tepi hutan, mereka berhenti sejenak. Ling bisa merasakan perubahan udara, dari segar menjadi panas dan berbau sulfur. “Kita sudah dekat dengan gunung,” ujarnya.“Kau yakin kita siap menghadapi makhluk yang menjaga elemen api?” Lengkukup bertanya, merasakan ketegangan di udara.“Kita harus percaya satu sama lain,” jawab Ling. “Kita sudah melalui banyak hal bersama. Ini hanya

DMCA.com Protection Status