Home / Fiksi Remaja / Dia-lo-gue / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Dia-lo-gue: Chapter 21 - Chapter 30

78 Chapters

PART XXI

Cuaca malam semakin dingin. Sayup-sayup aku mendengar suara orang mengaji dari tempat ibadah yang letaknya tidak jauh dari rumahku. Menandakan tidak lama lagi fajar akan segera menyingsing.Aku mengakhiri lamunanku tentang Jace dan hendak kembali masuk ke dalam rumah melalui pintu samping ketika sebuah taksi berhenti di depan gerbang rumahku.Aku mengintip dari teras samping. Rimbunnya pohon mangga menyembunyikan posisiku sehingga tidak terlihat dari jalan di depan rumah. Ibuku turun dari taksi itu.Dia terlihat mengobrol pada seseorang yang masih berada di dalam taksi. Tidak jelas siapa yang ada di dalam taksi itu. Ibuku tertawa sebentar lalu menggenggam tangan yang sedikit menjulur keluar melalu kaca yang terbuka. Kemudian ibuku melambaikan tangannya sebelum taksi kembali melanjutkan perjalanannya.Keningku berkerut ketika menyadari ukuran tangan yang terjulur itu terlalu besar untuk ukuran tangan seorang wanita. Dia juga memakai jam tangan besar yang b
last updateLast Updated : 2022-01-07
Read more

PART XXII

‘Gue butuh bicara. Gue tunggu kabar dari lo - JA.’ Secarik kertas terselip di antara buku tugasku. Aku tidak tahu lagi nama siswa yang punya inisial JA selain Jace Ashad. Aku merobek kertas itu menjadi potongan kecil dengan berlebihan. Lalu kembali menekuri tugas kimia yang baru saja diberikan Bu Tika tadi. Sekelebat bayangan wajah Jace muncul lagi di mataku. Tatapan kecewa dan terluka terpampang jelas di matanya saat aku menamparnya waktu itu. Dia tidak mengucapkan sepatah katapun sampai aku meninggalkannya sendiri. Berhari-hari setelahnya, aku menghindar dan bersembunyi dari Jace. Tidak begitu sulit untuk bersembunyi darinya, karena dia juga sepertinya tidak berusaha mencariku kembali. Bahkan ketika kami tidak sengaja bertemu di gerbang sekolah, dia hanya melihatku dan membiarkanku melewatinya. Tiga hari setelahnya aku mendengar Jace dan Sheryl putus. Hal itu membuat gosip tentangku semakin panas dan liar. Aku semakin terkucil dan Jace sema
last updateLast Updated : 2022-01-07
Read more

PART XXIII

Seseorang menyentuh pundakku. Membangunkanku dari semua khayalan yang tadi merampas hampir setengah jam waktuku. “Sha?” Aku terkejut melihat cewek yang sebulan ini tidak mau bicara padaku malah datang menghampiriku di sini. “Hai, Kat.” Shafira duduk di sampingku. Dia membawa dua gelas teh manis di tangannya. Satu gelas di dorong ke depan wajahku. Melihat wajah Shafira, aku seperti diingatkan oleh sesuatu yang menyakitkan. Sesuatu yang membuatku sadar bahwa sebenarnya aku lelah. Memperjuangankan segala hal yang telah meninggalkanku. Aku terlalu sibuk untuk merasa bersalah. Sibuk memikirkan bagaimana caranya meminta maaf pada teman-teman yang menjauhiku. Juga pada semua yang bergunjing di belakangku. Dadaku penuh dengan amarah pada diri sendiri. Sampai tidak sadar, kalau ada sisa hati yang masih berharap. Andai saja aku masih bisa memuja laki-laki yang aku suka itu dalam diam. Seperti yang biasa aku lakukan dulu. Sesederhana itu harapanku. Aku h
last updateLast Updated : 2022-01-08
Read more

PART XXIV

Jace belum bersuara juga saat mie ayam di mangkukku sudah hampir habis. Dari balik bulu mataku, aku bisa lihat dia memandangku dengan ekspresi yang tidak terbaca. Namun, aku terus mengalihkan perhatianku pada hal lain. Salah satunya pada pengamen yang baru saja selesai menyanyikan lagu milik grup band Padi yang berjudul sobat. Aku menduga, si pengamen itu sengaja menyanyikan lagu yang isinya tentang jatuh cinta pada kekasih sahabat sendiri karena dia dikirim oleh Sheryl ke sini. Jangan-jangan Sheryl ada di sekitar sini? Aku menoleh ke kanan dan kiriku. Memastikan benar-benar tidak ada Sheryl di tempat kami makan mie ayam super pedas ini. Lalu aku menggeleng pelan demi mengusir pikiran konyol tentang Sheryl yang diam-diam mengirim pengamen ke padaku. “Udah?” tanya Jace mengalihkan perhatianku dari mangkuk mie bergambar ayam jantan di depanku. Jace bergerak dengan gelisah. Dia tidak ikut makan mie ayam. Dia hanya memesan es jeruk dan sesekali mengobrol
last updateLast Updated : 2022-01-08
Read more

PART XXV

“Zoey?” Astaga! Kontak darurat. Aku lupa sudah menekan tombol itu dan membuat Zoey meluncur kemari. Wajah tegang zoey menyambutku dari balik kaca mobil. Dia memandangku dengan penuh kecemasan ketika menemukanku di dalam mobil bersama Jace. Lalu dia melihat ke belakangku dan seketika ekspresinya berubah. Rahangnya mengeras dengan sorot mata yang murka. “Turun, Lo!” bentaknya dari luar sambil mengacungkan telunjuknya ke arah laki-laki di belakangku. Aku menoleh ke arah Jace yang juga tampak terkejut. Dia menatapku sesaat sebelum akhirnya menekan tombol untuk membuka kunci pintu di sampingnya. Klek. Kunci terbuka. “Kat? Lo baik baik aja?” berondongnya padaku ketika pintu mobil terbuka. “Gue baik-baik aja.” Aku turun dari mobil dan mencoba menenangkan Zoey. Dia menatapku dari atas sampai bawah. Lalu kembali memastikan dengan meraih kedua lengan atasku. Zoey berhenti mengecek keadaanku dan mengalihkan padangannya pada laki-l
last updateLast Updated : 2022-01-09
Read more

PART XXVI

“Katy!” Aku mendengkus mendengar teriakan ibuku dari lantai bawah. Kenapa dia harus berteriak dan membuat aku terbangun di minggu pagi yang hening ini? “Katy, turun dulu, Nak.” Panggilnya lagi. Aku membuka mataku dengan berat. “Iya.” Dengan sangat malas, aku bangkit dari kasurku. Merapihkan rambut dan menuju wastefel di kamar mandi samping kamarku. Setelah kesadaranku telah sepenuhnya pulih, aku berjalan gontai menuruni tangga. Aku hendak menghampiri ibuku di dapur ketika tiba-tiba melihat ada yang sedang menyeruput kopi di meja makan. “Papa!” Aku berseru dan buru-buru menghampirinya. Senang bisa melihatnya lagi setelah satu bulan dia dinas di Riau. “Apa kabar, Nak?” sapanya sambil merentangkan tangan menyambutku. Aku berhambur padanya dan memeluknya penuh rasa rindu. “Baik, Pah. Kapan sampai rumah?” Aku duduk di samping ayahku yang sedang memakan keripik talas kesukaannya. “Tadi subuh. Papa dapat penerbangan paling ter
last updateLast Updated : 2022-01-09
Read more

PART XXVII

Pagi hari di hari Senin, aku melenggang menuju kursiku di jajaran paling kanan. Lalu duduk dengan manis sebelum menyiapkan berbagai alat tulis dan buku yang akan aku pakai pagi ini. Tidak banyak yang bisa aku sapa di kelas ini kecuali Yosef. Cowok yang semenjak melihatku masuk ke dalam kelas langsung menyerbuku dengan beberapa pertanyaan.“Katy, lo beneran di bawa kabur?” Aku menoleh ke arahnya sambil mengerutkan kening.Beberapa orang yang kebetulan mendengar pertanyaan Yosef juga ikut melirik penasaran padaku.“Lo kata siapa?” tanyaku dengan suara pelan.“Zoey yang cerita. Coba bayangin kalo Zoey enggak datang dan menyelamatkan lo. Mungkin lo udah apa-apain sama Jace di tol.”Aku menaikan kedua alisku dan buru-buru memberikan klarifikasi sebelum cowok ini menyebarkan cerita yang tidak benar. “Heh, jangan sembarangan, deh. Enggak gitu ceritanya.” Entah kenapa aku merasa perlu membela Jace kali ini.
last updateLast Updated : 2022-01-10
Read more

PART XXVIII

Aku berdiri cukup lama di bawah pohon beringin angker ini sambil menahan kecewa setelah kepergian Jace tadi. Bekas luka tusuk di perutnya saja bahkan belum hilang. Kini dia malah menyambut luka baru yang mungkin akan menghiasi bagian tubuhnya yang lain. Membayangkannya saja, rasanya menyesakan dan menbuatku ingin menangisSetelah merasa mataku tidak akan mengeluarkan butiran beningnya, aku segera memutuskan untuk mencari bantuan.Aku berlari ke kantin. Tempat di mana anak klub basket biasa berkumpul. Sesuai dugaanku, aku menemukan cowok yang sedang aku cari di sana.“Rully,” panggilku pada cowok kurus berambut keriting yang sedang bercanda dengan teman-temannya.Diantara anak-anak klub basket yang lain, aku paling sering melihat Jace bersama Rully. Jadi  mungkin dia mau membantuku untuk menyelamatkan temannya dari bahaya kali ini.“Lo tahu markasnya Niko?” tanyaku ketika Rully sudah di depanku.Dia mengerutkan ke
last updateLast Updated : 2022-01-10
Read more

PART XXIX

Aku pernah mendengar seseorang berucap begini, ‘Jangan terlalu sibuk menangkis serangan, terkadang kita tidak sadar, kita bisa saja terjatuh tanpa diserang.’Seperti saat ini, ketika aku sedang duduk dengan canggung di samping cowok tinggi yang dari tadi mengulum senyumnya.“Apa, sih?” tanyaku salah tingkah.Cowok itu mencondongkan badannya ke arahku lalu meniup pelan sejuntai anak rambut yang menghalangi mataku. “Setelah kebanyakan nolak, akhirnya lo sendiri yang menawarkan diri jadi pacar gue.”Senyumnya semakin lebar, lalu terdengar kekehan yang seolah meledek. Menertawakanku yang tidak teguh pada pendirianku sendiri.Aku mengerucutkan bibir. Meneguk es kelapa di depanku lalu menghadap padanya. “Lo yakin enggak akan gabung lagi sama mereka?”“Tinju gue tadi jawabannya.” Dia mengacungkan kepalan tangan yang dihiasi luka yang masih segar.Aku meringis melihat luka i
last updateLast Updated : 2022-01-11
Read more

PART XXX

Kabar tentang aku yang berpacaran dengan Jace cepat menyebar di sekolah. Menurut rumor yang beredar, kabar itu dihembuskan oleh salah satu anak pemandu sorak yang menyatakan cintanya pada Jace. Katanya, Jace menolak cewek itu dan menyebutkan namaku sebagai alasannya. Di satu sisi, aku merasa bangga dan senang jika kabar tentang Jace menolak cewek pemandu sorak yang sudah pasti cantik itu benar. Namun, aku juga merasa itu akan menjadi bumerang untukku. Aku akan semakin sulit membuat Sheryl kembali menjadi temanku lagi. Sore hari ketika kami hendak pulang sekolah, aku memberanikan diri untuk menemui Sheryl di koridor. Dia sedang berjalan menuju gerbang sekolah sambil bercanda dengan Briya. Setelah beberapa kali menarik napas dalam-dalam, aku memutuskan untuk memanggilnya. “Hai,” sapaku sambil tersenyum pada ke dua cewek di depanku. Mereka berdua menoleh dan langsung berhenti tertawa ketika melihatku berdiri dengan kikuk. “Hei, Kat.” Briya membal
last updateLast Updated : 2022-01-12
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status