Share

PART XXI

Penulis: Anna Kuhas
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-07 14:34:56

Cuaca malam semakin dingin. Sayup-sayup aku mendengar suara orang mengaji dari tempat ibadah yang letaknya tidak jauh dari rumahku. Menandakan tidak lama lagi fajar akan segera menyingsing.

Aku mengakhiri lamunanku tentang Jace dan hendak kembali masuk ke dalam rumah melalui pintu samping ketika sebuah taksi berhenti di depan gerbang rumahku.

Aku mengintip dari teras samping. Rimbunnya pohon mangga menyembunyikan posisiku sehingga tidak terlihat dari jalan di depan rumah. Ibuku turun dari taksi itu.

Dia terlihat mengobrol pada seseorang yang masih berada di dalam taksi. Tidak jelas siapa yang ada di dalam taksi itu. Ibuku tertawa sebentar lalu menggenggam tangan yang sedikit menjulur keluar melalu kaca yang terbuka. Kemudian ibuku melambaikan tangannya sebelum taksi kembali melanjutkan perjalanannya.

Keningku berkerut ketika menyadari ukuran tangan yang terjulur itu terlalu besar untuk ukuran tangan seorang wanita. Dia juga memakai jam tangan besar yang b

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dia-lo-gue   PART XXII

    ‘Gue butuh bicara. Gue tunggu kabar dari lo - JA.’ Secarik kertas terselip di antara buku tugasku. Aku tidak tahu lagi nama siswa yang punya inisial JA selain Jace Ashad. Aku merobek kertas itu menjadi potongan kecil dengan berlebihan. Lalu kembali menekuri tugas kimia yang baru saja diberikan Bu Tika tadi. Sekelebat bayangan wajah Jace muncul lagi di mataku. Tatapan kecewa dan terluka terpampang jelas di matanya saat aku menamparnya waktu itu. Dia tidak mengucapkan sepatah katapun sampai aku meninggalkannya sendiri. Berhari-hari setelahnya, aku menghindar dan bersembunyi dari Jace. Tidak begitu sulit untuk bersembunyi darinya, karena dia juga sepertinya tidak berusaha mencariku kembali. Bahkan ketika kami tidak sengaja bertemu di gerbang sekolah, dia hanya melihatku dan membiarkanku melewatinya. Tiga hari setelahnya aku mendengar Jace dan Sheryl putus. Hal itu membuat gosip tentangku semakin panas dan liar. Aku semakin terkucil dan Jace sema

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-07
  • Dia-lo-gue   PART XXIII

    Seseorang menyentuh pundakku. Membangunkanku dari semua khayalan yang tadi merampas hampir setengah jam waktuku. “Sha?” Aku terkejut melihat cewek yang sebulan ini tidak mau bicara padaku malah datang menghampiriku di sini. “Hai, Kat.” Shafira duduk di sampingku. Dia membawa dua gelas teh manis di tangannya. Satu gelas di dorong ke depan wajahku. Melihat wajah Shafira, aku seperti diingatkan oleh sesuatu yang menyakitkan. Sesuatu yang membuatku sadar bahwa sebenarnya aku lelah. Memperjuangankan segala hal yang telah meninggalkanku. Aku terlalu sibuk untuk merasa bersalah. Sibuk memikirkan bagaimana caranya meminta maaf pada teman-teman yang menjauhiku. Juga pada semua yang bergunjing di belakangku. Dadaku penuh dengan amarah pada diri sendiri. Sampai tidak sadar, kalau ada sisa hati yang masih berharap. Andai saja aku masih bisa memuja laki-laki yang aku suka itu dalam diam. Seperti yang biasa aku lakukan dulu. Sesederhana itu harapanku. Aku h

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-08
  • Dia-lo-gue   PART XXIV

    Jace belum bersuara juga saat mie ayam di mangkukku sudah hampir habis. Dari balik bulu mataku, aku bisa lihat dia memandangku dengan ekspresi yang tidak terbaca. Namun, aku terus mengalihkan perhatianku pada hal lain. Salah satunya pada pengamen yang baru saja selesai menyanyikan lagu milik grup band Padi yang berjudul sobat. Aku menduga, si pengamen itu sengaja menyanyikan lagu yang isinya tentang jatuh cinta pada kekasih sahabat sendiri karena dia dikirim oleh Sheryl ke sini. Jangan-jangan Sheryl ada di sekitar sini? Aku menoleh ke kanan dan kiriku. Memastikan benar-benar tidak ada Sheryl di tempat kami makan mie ayam super pedas ini. Lalu aku menggeleng pelan demi mengusir pikiran konyol tentang Sheryl yang diam-diam mengirim pengamen ke padaku. “Udah?” tanya Jace mengalihkan perhatianku dari mangkuk mie bergambar ayam jantan di depanku. Jace bergerak dengan gelisah. Dia tidak ikut makan mie ayam. Dia hanya memesan es jeruk dan sesekali mengobrol

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-08
  • Dia-lo-gue   PART XXV

    “Zoey?” Astaga! Kontak darurat. Aku lupa sudah menekan tombol itu dan membuat Zoey meluncur kemari. Wajah tegang zoey menyambutku dari balik kaca mobil. Dia memandangku dengan penuh kecemasan ketika menemukanku di dalam mobil bersama Jace. Lalu dia melihat ke belakangku dan seketika ekspresinya berubah. Rahangnya mengeras dengan sorot mata yang murka. “Turun, Lo!” bentaknya dari luar sambil mengacungkan telunjuknya ke arah laki-laki di belakangku. Aku menoleh ke arah Jace yang juga tampak terkejut. Dia menatapku sesaat sebelum akhirnya menekan tombol untuk membuka kunci pintu di sampingnya. Klek. Kunci terbuka. “Kat? Lo baik baik aja?” berondongnya padaku ketika pintu mobil terbuka. “Gue baik-baik aja.” Aku turun dari mobil dan mencoba menenangkan Zoey. Dia menatapku dari atas sampai bawah. Lalu kembali memastikan dengan meraih kedua lengan atasku. Zoey berhenti mengecek keadaanku dan mengalihkan padangannya pada laki-l

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-09
  • Dia-lo-gue   PART XXVI

    “Katy!” Aku mendengkus mendengar teriakan ibuku dari lantai bawah. Kenapa dia harus berteriak dan membuat aku terbangun di minggu pagi yang hening ini? “Katy, turun dulu, Nak.” Panggilnya lagi. Aku membuka mataku dengan berat. “Iya.” Dengan sangat malas, aku bangkit dari kasurku. Merapihkan rambut dan menuju wastefel di kamar mandi samping kamarku. Setelah kesadaranku telah sepenuhnya pulih, aku berjalan gontai menuruni tangga. Aku hendak menghampiri ibuku di dapur ketika tiba-tiba melihat ada yang sedang menyeruput kopi di meja makan. “Papa!” Aku berseru dan buru-buru menghampirinya. Senang bisa melihatnya lagi setelah satu bulan dia dinas di Riau. “Apa kabar, Nak?” sapanya sambil merentangkan tangan menyambutku. Aku berhambur padanya dan memeluknya penuh rasa rindu. “Baik, Pah. Kapan sampai rumah?” Aku duduk di samping ayahku yang sedang memakan keripik talas kesukaannya. “Tadi subuh. Papa dapat penerbangan paling ter

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-09
  • Dia-lo-gue   PART XXVII

    Pagi hari di hari Senin, aku melenggang menuju kursiku di jajaran paling kanan. Lalu duduk dengan manis sebelum menyiapkan berbagai alat tulis dan buku yang akan aku pakai pagi ini. Tidak banyak yang bisa aku sapa di kelas ini kecuali Yosef. Cowok yang semenjak melihatku masuk ke dalam kelas langsung menyerbuku dengan beberapa pertanyaan.“Katy, lo beneran di bawa kabur?” Aku menoleh ke arahnya sambil mengerutkan kening.Beberapa orang yang kebetulan mendengar pertanyaan Yosef juga ikut melirik penasaran padaku.“Lo kata siapa?” tanyaku dengan suara pelan.“Zoey yang cerita. Coba bayangin kalo Zoey enggak datang dan menyelamatkan lo. Mungkin lo udah apa-apain sama Jace di tol.”Aku menaikan kedua alisku dan buru-buru memberikan klarifikasi sebelum cowok ini menyebarkan cerita yang tidak benar. “Heh, jangan sembarangan, deh. Enggak gitu ceritanya.” Entah kenapa aku merasa perlu membela Jace kali ini.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-10
  • Dia-lo-gue   PART XXVIII

    Aku berdiri cukup lama di bawah pohon beringin angker ini sambil menahan kecewa setelah kepergian Jace tadi. Bekas luka tusuk di perutnya saja bahkan belum hilang. Kini dia malah menyambut luka baru yang mungkin akan menghiasi bagian tubuhnya yang lain. Membayangkannya saja, rasanya menyesakan dan menbuatku ingin menangisSetelah merasa mataku tidak akan mengeluarkan butiran beningnya, aku segera memutuskan untuk mencari bantuan.Aku berlari ke kantin. Tempat di mana anak klub basket biasa berkumpul. Sesuai dugaanku, aku menemukan cowok yang sedang aku cari di sana.“Rully,” panggilku pada cowok kurus berambut keriting yang sedang bercanda dengan teman-temannya.Diantara anak-anak klub basket yang lain, aku paling sering melihat Jace bersama Rully. Jadi mungkin dia mau membantuku untuk menyelamatkan temannya dari bahaya kali ini.“Lo tahu markasnya Niko?” tanyaku ketika Rully sudah di depanku.Dia mengerutkan ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-10
  • Dia-lo-gue   PART XXIX

    Aku pernah mendengar seseorang berucap begini, ‘Jangan terlalu sibuk menangkis serangan, terkadang kita tidak sadar, kita bisa saja terjatuh tanpa diserang.’Seperti saat ini, ketika aku sedang duduk dengan canggung di samping cowok tinggi yang dari tadi mengulum senyumnya.“Apa, sih?” tanyaku salah tingkah.Cowok itu mencondongkan badannya ke arahku lalu meniup pelan sejuntai anak rambut yang menghalangi mataku. “Setelah kebanyakan nolak, akhirnya lo sendiri yang menawarkan diri jadi pacar gue.”Senyumnya semakin lebar, lalu terdengar kekehan yang seolah meledek. Menertawakanku yang tidak teguh pada pendirianku sendiri.Aku mengerucutkan bibir. Meneguk es kelapa di depanku lalu menghadap padanya. “Lo yakin enggak akan gabung lagi sama mereka?”“Tinju gue tadi jawabannya.” Dia mengacungkan kepalan tangan yang dihiasi luka yang masih segar.Aku meringis melihat luka i

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-11

Bab terbaru

  • Dia-lo-gue   PART 83 (BAJUMU DI BADANKU)

    Bunyi bip terdengar seiring kartu akses apartemen yang aku tempelkan di sensor lift terbaca oleh sistem. Kemudian kotak besi itu bergerak naik membawaku ke lantai yang mau aku tuju. Ketukan sepatu terdengar menggema di sepanjang koridor yang sepi, membuatku mempercepat langkah menuju unit apartemen milik Jace.Keadaan apartemen yang gelap menyambut kedatanganku, menandakan si pemilik hunian ini sedang tidak berada di sini. Dengan langkah pelan, aku menyusuri ruangan untuk menyalakan semua lampu.Lampu terakhir yang aku nyalakan adalah kamar Jace. Kemudian menghidupkan pendingin udara dan membuka tirai yang sebelumnya menutupi pemandangan kota yang indah. Aku paling suka pemandangan dari sini. Lampu kota yang gemerlap selalu bisa membuatku lebih tenang.Sambil duduk di bench panjang yang empuk. Aku keluarkan handphone dan mengetikan sebuah pesan untuk Jace.Saya: “Aku di apartemenmu.”Aku tidak berharap dia cepat membalas pesanku tadi, tapi ternyata Jace langsung membalasnya.Jace: “Ka

  • Dia-lo-gue   PART 82 (ALUR KERJA)

    “Teman-teman, ini anggota baru klub kita. Titipan Pak Tedy. Ada yang mau tanya-tanya?”Kalimat yang terdengar setengah hati keluar dari mulut Hiro membuatku ragu untuk memperkenalkan diri. Padahal, rekan-rekannya sudah antusias melingkariku dan Hiro dari semenjak aku masuk ke ruangan ini.“Namanya siapa, teh?” tanya seorang cowok dengan kacamata tebal yang duduk barisan paling kiri.Aku melirik ragu pada Hiro. Maksudnya, mau bertanya apakah aku sudah diijinkan untuk membuka mulut?“Jawab. Kenapa malah liat gue?” ketusnya membuatku gemas ingin menjambak rambut gondrongnya itu.Aku berdehem beberapa kali sebelum membuka suara, “Saya Kaitlyn, dari jurusan Matematika. Panggil aja Katy.”“Hai, Katy. Selamat datang di klub Teknik Digital,” sapa seorang cewek mungil dari barisan paling depan. Padahal aku merasa tidak cukup tinggi dibanding teman-temanku, tetapi ternyata cewek di depanku ini lebih pendek lagi dariku.Mataku mulai memindai sekeliling. Perkiraan, ada sekitar dua puluh orang yan

  • Dia-lo-gue   PART 81 (JACE DAN UANG)

    Aku mendengar suara Jace dari arah kamar ketika pintu depan sudah aku tutup rapat. Pelan-pelan aku melepas jaket dan sepatu, kemudian menggantungnya di tempat biasa aku menaruhnya. Aku mengendap menyebrangi ruang tengah menuju kamar di mana asal dari suara Jace terdengar. Aroma khas Jace langsung menguar bahkan ketika orangnya belum terlihat sama sekali.Punggung Jace yang pertama kali menyambutku. Dia bicara pada sosok yang berada di layar laptop dengan kalimat-kalimat formal. Dari judul berkas yang dia pegang, sepertinya dia sedang ada presentasi bisnis untuk kelas online-nya. Makanya, aku memilih untuk mundur pelan-pelan dan berniat menunggunya selesai di ruang terpisah.Namun aku mendengar Jace memanggil namaku, membuatku menoleh ke arahnya.“Apa?” Aku berbisik, takut lelaki tanpa rambut yang sedang bicara pakai bahasa inggris di seberang sana mendengar suaraku.“Udah aku mute. Enggak perlu bisik-bisik.” Jace terkekeh. Tangan kanannya terangkat dan hendak menggapaiku.Aku belum p

  • Dia-lo-gue   PART 80 (PROYEK KULIAH)

    Aku melambaikan tangan pada laki-laki yang sedang berjalan masuk area restoran. Butuh beberapa saat untuk dia menyadari posisiku yang tertutup beberapa pengunjung restoran. Berbanding terbalik jika aku yang harus mencari dia di tengah kerumunan, badannya yang tinggi membuat dia gampang untuk ditemukan.“Nunggu lama?” tayanya ketika sudah berhasil membelah kerumunan dan duduk di seberangku.“Enggak juga. Ini baru mau pesen makan,” jawabku sambil memindai tanda batang yang di pasang di samping meja untuk segera melakukan pemesanan lewat aplikasi.Sambil memilih menu di layar handphone, aku juga sekalian memberi dia waktu untuk diam sejenak sebelum aku tanya kemana saja dia hari ini sampai harus melewatkan beberapa kelas wajib.“Aku udah makan. Pesanin cemilan sama minuman aja, ya,” ujarnya membuatku menaikan satu alis.“Makan di mana?” tanyaku.“Aku abis ketemu Papa, dan makan bareng dia,” jawabnya singkat.Kalimat barusan membuat kedua alisku bersatu. Jace mau menemui ayahnya adalah se

  • Dia-lo-gue   PART 79 (MESRA YANG DIBATASI)

    Suara gemericik air dari kamar mandi perlahan membuatku membuka mata. Sesekali terdengar siulan ringan membuatku sedikit tersenyum. Dia pasti sedang dalam suasana hati yang bagus pagi ini.Aku mengedarkan tangan mencari handphone di sepanjang nakas. Setelah menemukannya, aku mengetuk layarnya dan melihat tampilan penanda waktu.“Masih jam enam pagi,” lirihku dengan dahi mengkerut. Kenapa dia sudah bangun bahkan sudah mandi sepagi ini?Tidak berselang lama, pintu kamar mandi terbuka. Sosok cowok tampan yang sudah membuat jari manisku tersemat cincin cantik, melangkah keluar dari kamar mandi. Dia menoleh ke arahku ketika dia sadar aku juga sudah terbangun pagi ini.“Lho? Kamu bangun?” tanyanya sambil mendekat. Tangannya sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil berwarna pink milikku.Aku mengangguk. Menarik badanku supaya duduk lebih tinggi dan bersandar pada kepala ranjang. Kamu kenapa udah mandi jam segini? Ini masih jam enam pagi.”Cowok tinggi dengan senyuman paling sempurna i

  • Dia-lo-gue   PART LXXVIII

    “Kaitlyn,” Om Khalid menyapa ketika dia sudah berjarak satu meter di depanku. “Boleh saya bicara denganmu?” Aku mengerjap beberapa saat. Namun buru-buru mengangguk dan menjawab. “Iya, Om. Boleh.” Dengan gerakan pelan nan berwibawa, Om Khalid duduk di kursi bekas Sheryl. Satu kaki ditumpangkan pada kaki lainnya mencoba membuat dirinya nyaman di kursi yang sebetulnya terlalu kecil untuk tubuhnya yang besar. Tak lama, tangannya bergerak merogoh saku dibalik jasnya, kemudian mengeluarkan amplop putih dari sana Dia mengangsurkan amplop itu padaku sambil berucap, “hadiah kecil dariku.” Sempat mengerutkan dahi karena keheranan, tetapi segera aku terima uluran amplop dari tangan Om Khalid dengan canggung. “Terima kasih.” Mataku menangkap sosok Jace di seberang meja jamuan utama sedang memandang ke arahku penuh curiga. Dahi yang berkerut dengan alis yang menukik tajam memperlihatkan sikap waspada. Mungkin dia khawatir karena melihaku bicara dengan ayahnya tanpa ada yang mendampingi. Dia se

  • Dia-lo-gue   PART LXXVII

    Rencana Tuhan sangat tidak bisa aku tebak. Segala hal menyangkut takdir memang selalu menjadi misteri yang pada akhirnya akan ditunjukan dengan cara-Nya yang paling indah. Hanya tinggal menunggu waktu. Kelahiran, kematian, dan cinta. Itu yang aku yakini sekarang. Ketika dengan sangat mengejutkan, pria yang selalu menjadi pujaan hatiku dari semenjak aku baru mengenal cinta, mempersembahkan cincin bertahtakan berlian ke hadapanku. “Kejutan,” ucapnya dengan senyum yang terukir di bibir. Detak jantungku mungkin sempat berhenti beberapa saat. Mataku tidak bisa lepas dari wajah penuh senyum yang semakin membuat aliran darahku berdesir kecang. Gerakan pelan dari kursi roda yang di dorong ibuku membuat jiwaku kembali ke raga. Setelah beberapa saat terlepas dan berkelana mencari jawaban, apakah ini nyata, atau hanya khayalanku saja? Seperti halnya aku, semua yang hadir pun menunjukan wajah penuh tanya. Yang mereka tahu, malam ini adalah malam pertunangan Khalid Ashad dengan ibuku. Bukan ac

  • Dia-lo-gue   PART LXXVI

    Dengan bantuan Sheryl, aku menjalankan kursi roda menuju barisan kursi paling kanan. Ada panggung kecil setinggi lima belas sentimeter yang nampak cantik, dihiasi bunga chamomile dan hortensia di sepanjang garis tepiannya. Di kiri panggung disediakan jalur khusus kursi roda untuk naik. Mungkin ibuku menginginkan aku menemaninya di sana. Namun, aku rasa itu tidak bisa aku wujudkan Untuk bisa hadir di sini saja, aku harus menarik napas berkali-kali. Melepaskan segala perasaan sesak agar bisa tersenyum lebar untuk ibuku secara tulus. Aku senang jika ibuku bisa berbahagia. Seberat apa pun nanti, aku pasti bisa menerima keluargaku yang baru dengan dada seluas samudera. “Lo udah siap?” Suara serak adikku terdengar dari arah belakang. Aku terkejut melihat penampilannya yang rapi dan wangi. Apalagi melihat dia tersenyum lebar tanpa beban. “Lo di sini?” tanyaku masih tidak percaya. Maksudku, selain aku dan Jace, Aiden adalah orang yang paling membenci rencana pertunangan ini. Dia merasa ib

  • Dia-lo-gue   PART LXXV

    “Cantik banget sih, temen gue. Senyum dong.” Sheryl mengusap anak rambut yang masih mencuat nakal lalu menyelipkannya ke belakang telingaku. Sebagai sentuhan terakhir, dia menjepitkan hiasan rambut kecil berbentuk kupu-kupu di kepala bagian kiri. “Selesai,” gumamnya nampak puas akan hasil karyanya yang terpantul pada cermin di depan kami. “Makasih, Sher. Gue jadi menghemat anggaran make up artist,” gurauku diselingi senyum tipis di bibir. “Sama-sama, Sayang.” Sheryl meremas pelan kedua bahuku dari belakang. Lalu memutar kursi penunjang aktifitas yang aku duduki ini menjadi saling berhadapan. “Lo baik-baik aja, kan?” Aku mengangguk meyakinkannya. Tidak ada yang perlu dicemaskan. Aku hanya perlu menebar senyum pada semua yang hadir. Setidaknya untuk malam ini saja. Sheryl menghela napasnya dalam-dalam dan menatapku dengan mata sendu. Namun, buru-buru dia bergeleng dan merubah lengkungan bibirnya menjadi tarikan ke atas. “Eh, udah latihan jalan belum hari ini?” “Udah tadi pagi. Ta

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status