Semua Bab Menikahi CEO Philophobia: Bab 41 - Bab 50

82 Bab

Bab 41 : Aku Menggilai Mu

Semua rasa yang dulu pernah ada untuk Gavin Narendra Tama, masih ada sampai sekarang. Luna, memang pernah melakukan kesalahan karena menduakan Gavin, bahkan menjadikan Gavin sebagai pelarian semata. Tapi sekarang dia baru sadar bahwa hanya Gavin lah pria terbaik bagi Luna.Sejujurnya Luna merasa sakit, melihat Gavin mengabaikan dia. Tapi dia sadar posisinya, siapa dia sekarang, dan bagaimana perasaan Gavin memudar padanya sampai akhirnya hilang sepenuhnya, yang tersisa hanya rasa iba dan tanggung jawab karena dia memiliki anak dari Gavin.“Vin seandainya kau tahu, aku selalu mengharapkan dirimu tersenyum ke arahku, setidaknya kau menatapku saat berbicara dengan ku. Apa aku terlalu berlebihan mengharapkan  itu? Aku tidak mengharapkan dekap pelukmu yang hangat, ataupun kecupan manis bibirmu.” Luna menggumamkan itu sambil terbayang sikap manis Gavin dulu padanya. Dia tanpa sadar meneteskan air mata dengan dada yang sesak. Lalu matanya menatap lurus langit
Baca selengkapnya

Bab 42 : Bercinta lah Denganku, Malam ini saja.

Kehidupan Ara mulai berjalan lebih normal dari sebelumnya. Ara lebih bisa menerima keadaan yang harus dia hadapi, menerima kenyataan bahwa suaminya, Gavin, harus bertanggung jawab terhadap Luna.Meskipun dia masih sering merasa sakit, jika Gavin tidak sedang bersamanya. Belum lagi Gavin yang sering mondar-mandir dari rumahnya ke rumah sakit untuk melihat keadaan bayi Luna. Rasanya Ara teriris, ingin mencegah suaminya melakukan itu, pastilah Gavin lebih mendahulukan keinginan Ara. Tapi dia tidak boleh egois, karena dia sadar Luna mungkin sedang membutuhkan suaminya, lebih dari dia.Seiring berjalannya waktu, Ara lebih banyak menyibukkan dirinya dengan berbagai kegiatan di rumah. Terutama karena dia sedang hamil, Ara menyibukkan dirinya dengan kegiatan yoga dan lainnya.Di tempat lain, Alissa makin merasa tersiksa hidup bersama Louise. Sisi tempramental Louise yang sering ditujukan padanya membuat Alissa stress. Berulang kali dia memohon pada Lissa agar Louise men
Baca selengkapnya

Bab 43 : Aku Pergi

Sebelum bisa memprotes nya. Bibir Luna sudah menempel di bibir Gavin. Secara naluriah tangan Luna langsung naik mengusap dada bidang Gavin. Perlahan melepaskan kancing baju Gavin satu persatu. Luna sangat menikmatinya. Menyentuh dada berotot Gavin yang keras, hangat, dan sangat perkasa itu.Bibir Gavin akhirnya memagut kasar bibir Luna. Dia tidak menyangka itu akan dia lakukan. Itu bibir Luna, bukan bibir Arabella. Meski Luna memang istrinya juga.Bibir Gavin mencium bibir Luna dengan pelan, dengan sangat lembut. Luna amat bahagia, meski dia tahu setelah ini Gavin akan pergi dari hidupnya.Sial! Aku benar-benar sudah tergoda olehnya! Batin Gavin mengutuk. Tenanglah Vin. Setelah ini kau bisa meninggalkan Luna dan segala yang kau takuti. Bukankah tadi Luna berkata begitu?Tapi kemudian Gavin seperti melihat Ara sedang menatapnya dengan air mata. Gavin pun segera mendorong tubuh Luna.“Tidak! Aku tidak bisa!”Luna ditinggalkan begit
Baca selengkapnya

Bab 44 : Situasi Tegang

“Kandungan Ibu baik-baik saja. Kemungkinan Ibu akan melahirkan dalam waktu dekat. Saya sarankan agar Ibu mempersiapkan dari sekarang. Tetap jaga kesehatan dan harus rileks.” Dokter kandungan menjelaskan setelah melakukan pemeriksaan pada kandungan Arabella. Perutnya sudah sangat besar, tanpa sadar air mata luruh membasahi pipinya. Ara teringat Gavin. Hampir setiap waktu Ara teringat pria itu. “Terima kasih, Dokter.” Dokter itu tersenyum ramah. “Kenapa tidak mengajak suami anda, Bu? Apa suami anda sangat sibuk?” tanyanya pada Ara. Ara seketika itu terdiam tidak dapat menjawab. Dia menghela napas panjang, pertanyaan yang tidak pernah berubah setiap kali dia memeriksakan kandungan di rumah sakit yang berbeda. “Saya tidak memiliki suami, Dokter.” Ara tersenyum getir. Tapi Arabella seolah sudah terbiasa hidup dengan kepedihan. Bertemu Gavin seperti mimpi ind
Baca selengkapnya

Bab 45 : Penyesalan

Gavin terus berpacu dengan kecepatan tinggi. Pikirannya kacau, dia tidak bisa tenang sebelum sampai ke alamat Ara. Meski ucapan Alissa belum terlalu jelas, tapi Gavin yakin sekali sesuatu terjadi pada Ara. Apakah dugaannya benar? Ini semua perbuatan Louise? Saudara ipar Ara?  "Ara, kenapa kau sangat keras kepala, hah!! Kenapa kau memilih pergi di saat kau bisa aku lindungi! Aku sangat marah, Ara! Marah sampai ingin menghabisi siapa pun yang berani menyentuh sejengkal saja tubuhmu!"  ** "LOUISE HENTIKAN!!"  "TURUNKAN AKU, LOUISE!!"  Teriakan Ara tidak berarti bagi Louise. Lelaki itu benar-benar asing di mata Ara. Louise yang dulu dia kenal sangat lembut dan baik hati, malah berbuat hal yang menjijikan seperti sekarang.  Louise mengikat dua tangan Ara di ranjang. Padahal perut Ara sudah membesar dan dia sangat pucat karena lemas kehabis
Baca selengkapnya

Bab 46 : Kebutaan

"Maaf Tuan, tapi Nyonya Ara harus segera di lakukan tindak operasi caesar."  "Lakukan saja, Dokter. Lakukan yang terbaik!"  "Tapi, Tuan, ada masalah lain..." Dokter itu tampak ragu menyampaikan pada Gavin. Tapi sebagai dokter dia harus menyampaikan kondisi pasien dengan sejujurnya.  "Kenapa, Dokter? Masalah apa?" Gavin tampak sangat panik. Ara juga sejak tadi mengeluh sakit, bahkan dia terlihat sangat lemas.  "Tekanan darah Nyonya Ara sangat tinggi, kalau di paksakan menjalani operasi, biasanya akan menimbulkan efek samping nantinya. Satu hal lagi, mata nona Arabella terkena pecahan kaca. Saya cemas, jika nanti ada efek samping. Mungkin nona Ara akan kehilangan penglihatannya," 1terang Dokter itu pada Gavin.  "Maksud Dokter? Efek samping yang seperti apa? Maksudnya tidak bisa melihat apa Ara akan buta?" "Untuk efek samping bisa berbed
Baca selengkapnya

Bab 47 : Mata Arabella

Pahit. Hidup Arabella seolah tidak habis dirundung kepedihan. Baru saja dia kembali pada suaminya. Merasakan cinta dan dekapan erat Gavin lagi. Tetapi Tuhan memberikan dia cobaan lain berupa kebutaan yang menimpanya. Bukan hal yang mudah bagi Arabella menerima itu semua. Semua yang dia alami selama ini sudah pahit, perih, dan penuh perjuangan. Ara tidak mungkin bisa bertahan sampai sekarang kalau bukan demi putranya. Tidak ada yang lebih dia cintai sekarang, selain putri pertamanya  dari Gavin. Bahkan Arabella belum tahu wajah putranya seperti apa. Dia hanya bisa menangis, teriris perih, tapi dia tidak boleh putus asa. “Sayang, ini mama, nak. Kau sudah tidur?” tanya Ara pada bayi cantiknya yang bernama Aely. Bulir bening tanpa sadar luruh. “Mama ingin melihat wajah kamu, sayang.” “Tapi, Mama tidak berdaya.” Tidak ada yang dapat menggambarkan luka di hati Ara  Kecuali mereka yang sama seperti Ara, sama-
Baca selengkapnya

Bab 48 : Ibu Dari Anakmu

Tidak ada yang bisa menggambarkan kebahagiaan Arabella dan Gavin saat itu. Setelah beberapa bulan Ara tidak bisa menatap wajah orang-orang yang dicintainya. Kini, di hadapannya, ada Gavin sedang menggendong bayinya, Aely.“Sayang. Aku gemetaran ingin menyentuh wajah cantik Ael.”“Dia mendapatkan kecantikan ini karena dirimu juga cantik. Kau mamanya, kau memiliki kecantikan Ael, Sayang.”Mata Ara berkaca-kaca. “Aku mau menggendongnya, Vin.” “Ya, kau memang harus menggendongnya.” Gavin menyerahkan bayi perempuannya ke gendongan Arabella. Ael terlihat tenang saat berada di pelukan Ara.“Sayang, ini mama, Nak.” Ara menciumi Ael sambil menangis sesenggukan. “Siapa kiranya orang baik yang memberikan aku donor mata ini, Vin? Aku benar-benar penasaran. Aku sangat ingin bertemu dengannya.”Gavin tersenyum. “Yang pasti dia
Baca selengkapnya

Bab 49 : Terimalah, Arabella

Kebahagiaan yang luar biasa sedang di rasakan Arabella dan Gavin. Kedua orang tua Gavin juga amat bersyukur karena menantu tersayang mereka sudah bisa melihat lagi.Ara termasuk yang beruntung, karena saat dia tidak bisa melihat, yang bermasalah adalah retina, sehingga donor mata masih bisa di lakukan. Kalau bukan karena itu mungkin dokter tidak bisa membantu Ara sampai seperti sekarang ini.Meskipun begitu, Ara masih penasaran siapa yang mendonorkan mata untuknya. Dia bercermin menatap pantulan retina matanya. Dia menebak-nebak, orang sebaik apa dia?"Sayang, di depan ada yang ingin bertemu denganmu." Gavin mengelus pipi Ara yang baru saja berganti pakaian, mereka berencana untuk makan malam bersama keluarga."Siapa, Sayang? Mana Ael?""Ael sedang bersama oma dan opanya. Temui dulu tamu mu, dia sudah lama ingin bertemu denganmu, tapi keberaniannya belum cukup. Begitu mendengar kau sudah b
Baca selengkapnya

Bab 50 : Menjadi Bridesmaid

Setelah melewati banyak hal. Arabella makin hari semakin berusaha menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi dari sebelumnya. Dia memulai kembali lembaran baru, bersama keluarga kecilnya, Gavin dan Aely Camelia, putri pertama mereka.“Pagi sayang, kau sudah rapi sekali. Apakah hari ini ada meeting?” tanya Arabella pada suaminya. “Ya, hari ini aku ada meeting sayang. Entahlah klien kali ini agak rewel. Dia menginginkan aku sendiri yang menemuinya, baru dia mau melakukan investasi dan tanda tangan. Padahal proyek kali ini benar-benar membutuhkan suntikan dana, sayang. Kau doakan ya, agar semuanya di lancarkan.”“Oh rupanya begitu, baiklah. Aku pasti akan doakan kau sayang. Kau harus tetap semangat ya. Oh iya, kemarin aku dapat tawaran kerja, menurutmu apa aku terima saja tawaran kerja itu?”Keadaan keuangan mereka memang sedang di uji. Gavin dan keluarganya sedang mengalami masalah di perusahaan. Arab
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status