Home / Pernikahan / Menikahi CEO Philophobia / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Menikahi CEO Philophobia: Chapter 21 - Chapter 30

82 Chapters

Bab 21 : Harga Sebuah Keperawanan

"Vin. Akhirnya kau mau menemui ku. Aku benar-benar merasa bahagia."Benar, dia adalah Luna. Luna berulang kali meminta waktu untuk bisa bertemu dan berbicara dengan Gavin berdua. Padahal, Gavin sudah memberitahu Luna, bahwa kini dia sudah menikah."Katakan apa yang ingin kau sampaikan, kita tidak untuk berbincang santai."Gavin tetap dingin. Sorot matanya tajam mengarah pada Luna, sedetikpun Gavin tidak meloloskan tatapan mengintimidasi yang dia tujukan pada mantan kekasihnya yang telah membersamainya kurang lebih lima tahun itu."Vin. Kau ingat kapan terakhir kali kita berkencan?"Gavin berdecih sembari menggaruk alisnya. "Untuk apa kau menanyakan hal yang tidak berguna.""Vin, aku rindu saat-saat itu. Tidak mungkin semudah itu kau lupakan kenangan kita selama lima tahun, kan?""Tidak. Aku sudah melupakannya.""Bohong. Kau berkata begitu
Read more

Bab 22 : Trauma Yang Aneh

Aku mengidap Philophobia. Sejak kapan? Setahun lalu, dan aku baru menyadarinya setelah konsultasi. Kau tahu, kan, apa itu Philophobia? Ya, aku tahu, sedikit. Kukira tidak akan bertemu dengan orang yang mengalami hal seperti itu. Tapi, dari yang kau alami, sepertinya memang begitu, ya. Ya, aku juga tidak tahu, kenapa aku sampai mengalami hal ini. Bukannya ada sebabnya? Mungkin kau mengalami hal yang sulit sebelumnya, itu bisa menjadi penyebab penyakit phobia yang kau alami. Hm, kurasa ini karena aku terlalu percaya pada cinta diawal. Lalu, akhirnya aku malah dikecewakan. Yang aneh, kenapa aku kambuh padahal aku tidak sedang jatuh cinta. Apa kau yakin? Mungkin saja kau masih mencintai Luna. Kenapa kau membicarakan Luna?
Read more

Bab 23 : Bertemu Mantan Kekasih Suamiku

Gavin baru saja sampai di kantornya. Dia masih kepikiran tentang penyebab traumanya muncul kembali, kenapa hal itu bisa terjadi? Padahal jelas-jelas itu terjadi bukan karena Luna, lalu sebenarnya itu karena siapa?Semua karena pekerjaan yang baru saja dia mulai. Setelah menikah, orang tuanya menyerahkan sepenuhnya perusahaan padanya. Marcellino dan Adelina sudah berjanji jika Gavin menikah maka perusahaan akan menjadi tanggung jawabnya. Meski dia tidak terlalu tertarik dengan bisnis, tapi dia cukup mahir dalam bidang itu."Selamat pagi, Tuan Gavin." Karina adalah sekertarisnya di kantor, dia terlihat agak panik saat Gavin datang, seperti menunggu Gavin sejak tadi karena ada sesuatu yang terjadi di kantor."Pagi, ada apa, Karina?""Tuan di dalam ada nona Luna."Gavin melotot dengan rahang yang mengeras. "Dia mau apa sih?""Nona Luna bilang dia harus bertemu Tuan. Padahal sa
Read more

Bab 24 : Apa Obatnya?

Ara membeku di dalam taksi. Masih teringat kata-kata Luna. Wanita itu sebenarnya baik, hanya saja dia melakukan kesalahan yang fatal, dan tidak semua orang bisa dengan mudah memaafkan, terlebih untuk melupakan dan bersikap layaknya biasa seperti semula."Luna itu cantik, manis, dan dia baik." Ara mengusap lengannya sambil menarik napas dalam."Lalu, sebenarnya apa kebohongan yang dia lakukan sampai tidak dimaafkan? Aku masih penasaran apakah itu karena Gavin?""Maaf Nona, kita sudah sampai," sela supir taksi berhenti tepat di depan rumah Gavin. Ara tersentak karena dia sibuk melamun, tidak terasa bahwa dia sudah sampai."Maaf, Pak. Baik, terima kasih, ya." Ara menyerahkan beberapa lembar uang untuk membayar."Kembaliannya tunggu sebentar, Nona.""Ambil saja, Pak," kata Ara dengan senyuman ringan."Benar Nona? Terima kasih banyak, Non."
Read more

Bab 25 : Bercinta Denganmu

 Bukan pertemuan pertama yang membuatku jatuh cinta. Tepatnya, aku tidak tahu kapan memulai rasa itu. Tetapi perlahan kuyakini, rasa itu bertempat di dalam sini, di hatiku, untukmu. Imperfect Arabella ~ The Feeling is You ***"Apa?""Katakan, apa yang kau ketahui, bagaimana caranya, dan apa obatnya?"Tatapan mata Ara mendalam tertuju pada lelaki di hadapannya yang masih menggenggam erat kedua bahunya. Menunggu jawaban darinya, tentang sesuatu yang katanya dia ketahui. Jika itu bisa dia lakukan demi Gavin, lelaki yang berjasa baginya, maka Arabella akan melakukannya, demi Gavin Narendra Tama."Arabella." Tatapan Gavin menelusuri wajah termenung di depannya. "Bisakah kau mencoba mencintai...""Hah?" Ara terhenyak, dia sadar dari lamunan.
Read more

Bab 26 : Faster, Please!

"Aku suka tubuhmu." "Ahhh!!" Ara mendesah hebat. "Sentuhan ini, apa kau merasakannya?" "Kumohon, kau menyiksaku!"Ara menggerakkan kepalanya pelan, kemudian matanya menyipit sembari merasakan sesuatu yang agak berat sedang bertumpu di atas lengannya. Matanya terbuka lebar saat menyadari itu adalah tangan kokoh Gavin yang sedang memeluknya."Hmm..." lenguh Gavin sontak Ara berpura-pura terpejam lagi.Gavin tersenyum melihat wanita di dekapannya. Ia menyingkirkan tangannya pelan, lalu mengecup kening Ara lembut.Ara ingin membuka mata, atau mungkin berteriak saking kagetnya. Sikap Gavin kenapa masih sama, dia mengira sikap Gavin akan berubah seperti yang sudah-sudah."Buka matamu."Jantung Ara berdegup saat Gavin mengatakan hal itu. Jadi, pria itu tahu bahwa dia sejak tadi sudah bangun?"Aku tahu kau bangun."Len
Read more

Bab 27 : Hasilnya Positif?

Gavin berusaha terbuka kepada Ara. Setelah memilih Ara sebagai teman hidup dan satu-satunya cinta dalam hati pria yang sempat mengalami trauma jatuh cinta itu.Aku akan menemui, Luna. Aku mengatakan ini karena ingin jujur padamu, Arabella. Kau percaya padaku, kan? "Ya, setidaknya dia berusaha jujur padaku. Kau harus percaya padanya, Ra," gumam Ara."Hei, apa yang kau gumamkan barusan?" tanya Gavin yang tiba-tiba saja muncul, barusan dia sedang berganti pakaian, sedang Ara menunggu di halaman rumah."Ti-tidak, itu bukan apa-apa," geleng Ara.Gavin mengusap puncak kepala istrinya kemudian mengecup keningnya. "Jangan memikirkan hal yang tidak perlu kau pikirkan.""Hm," angguk Ara. "Baiklah, aku akan mengingatnya."***Ara sudah di ka
Read more

Bab 28 : Hamil

Gavin tak habis pikir siapa lelaki yang terlihat begitu mencemaskan Ara tadi. Sekarang Gavin sedang di dalam mobil membawa Ara pulang ke rumah. Luna sejak tadi terus mencoba menghubungi, tapi Gavin bukan lelaki  bodoh, dia akan mencari tahu fakta sebenarnya tentang anak yang di klaim sebagai anaknya oleh Luna. "Ara kumohon, percayalah padaku." Kenapa di saat Gavin sudah menemukan obat dari traumanya, malah ada kejadian seperti ini? Luna adalah penghancur semua kebahagiaannya. "Kau keterlaluan Luna!" geramnya sambil memukul kemudi.Ara mulai membuka matanya, kepalanya terasa sangat pusing dan dia agak mual. "Gavin? Turunkan aku!" teriak Ara histeris saat menyadari dia sedang bersama lelaki yang baru saja dia dengar memiliki anak dari wanita lain. "Ara, tenanglah, aku akan membawamu pulang. Kita harus memeriksakan keadaanmu, dokter sudah aku suruh datang ke rumah," kata Gavin yang tidak mau membawa Ara ke rum
Read more

Bab 29 : Cinta Mati

Meski Ara tidak sepenuhnya percaya apa yang dia dengar dan dia lihat. Bukankah semua tetap saja, tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api. Pasti ada sesuatu yang membuat Luna mengatakan bahwa mereka memiliki anak. Mungkin saja, siapa yang tahu hubungan Gavin dulu dengan Luna? Ara hanya mendengar dari lelaki yang bahkan baru dikenalnya.Namun, dia adalah Gavin Narendra Tama, bukan orang lain. Gavin pria yang baik, yang selalu Ara percaya, meski mereka belum lama saling mengenal. Belum lagi tatapan mata Gavin yang selalu jujur dimatanya. Apa dia sudah salah? Apa dia seharusnya percaya pada yang dikatakan Gavin?"Astaga, perutku sakit sekali." Ara memegangi perutnya yang terasa melilit."Bagaimana ini, aku tidak bisa di dalam sini terus, aku harus keluar dari kamar ini." Ara terus menggedor pintu kamar yang sengaja dikunci oleh Gavin dari luar. Tapi mungkin saja Gavin bahkan tidak ada di rumah sekarang."Si
Read more

Bab 30 : Duka

Di lobi kantor Gavin ada Luna yang sudah tiga puluh menit menunggu. Sekertaris Gavin sudah menelepon Gavin, pada awalnya Gavin menolak untuk menemui Luna. Tapi hal yang mengejutkan terjadi."Ara, kau yakin tidak ingin aku menemanimu ke rumah Ibu?""Pergilah, Vin." Ara membalas pertanyaan Gavin dengan senyum tulusnya. "Aku mengerti, kau harus mengurus semuanya dengan Luna. Meski aku takut, dia akan mengambil mu dari sisiku," tambah Ara dengan tawa kecil yang menjadi ciri khasnya.Ara adalah wanita yang kuat. Dia juga sudah biasa bertemu wanita yang serupa dengan Luna. Walaupun di awal dia berpikir mungkin saja Luna hanyalah korban. Tapi setelah mendengar penjelasan Gavin, Ara memutuskan untuk mempercayai suaminya dibandingkan Luna.Ara juga terbiasa dipandang remeh oleh orang lain. Entah itu teman sekelas sewaktu sekolah, teman bekerja yang iri karena dia lebih dekat dengan atasan, atau seperti sekarang, ma
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status