Share

Bab 45 : Penyesalan

Penulis: Apple Cherry
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Gavin terus berpacu dengan kecepatan tinggi. Pikirannya kacau, dia tidak bisa tenang sebelum sampai ke alamat Ara. Meski ucapan Alissa belum terlalu jelas, tapi Gavin yakin sekali sesuatu terjadi pada Ara. Apakah dugaannya benar? Ini semua perbuatan Louise? Saudara ipar Ara? 

"Ara, kenapa kau sangat keras kepala, hah!! Kenapa kau memilih pergi di saat kau bisa aku lindungi! Aku sangat marah, Ara! Marah sampai ingin menghabisi siapa pun yang berani menyentuh sejengkal saja tubuhmu!" 

**

"LOUISE HENTIKAN!!" 

"TURUNKAN AKU, LOUISE!!" 

Teriakan Ara tidak berarti bagi Louise. Lelaki itu benar-benar asing di mata Ara. Louise yang dulu dia kenal sangat lembut dan baik hati, malah berbuat hal yang menjijikan seperti sekarang. 

Louise mengikat dua tangan Ara di ranjang. Padahal perut Ara sudah membesar dan dia sangat pucat karena lemas kehabis

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menikahi CEO Philophobia   Bab 46 : Kebutaan

    "Maaf Tuan, tapi Nyonya Ara harus segera di lakukan tindak operasi caesar.""Lakukan saja, Dokter. Lakukan yang terbaik!""Tapi, Tuan, ada masalah lain..." Dokter itu tampak ragu menyampaikan pada Gavin. Tapi sebagai dokter dia harus menyampaikan kondisi pasien dengan sejujurnya."Kenapa, Dokter? Masalah apa?" Gavin tampak sangat panik. Ara juga sejak tadi mengeluh sakit, bahkan dia terlihat sangat lemas."Tekanan darah Nyonya Ara sangat tinggi, kalau di paksakan menjalani operasi, biasanya akan menimbulkan efek samping nantinya. Satu hal lagi, mata nona Arabella terkena pecahan kaca. Saya cemas, jika nanti ada efek samping. Mungkin nona Ara akan kehilangan penglihatannya," 1terang Dokter itu pada Gavin."Maksud Dokter? Efek samping yang seperti apa? Maksudnya tidak bisa melihat apa Ara akan buta?""Untuk efek samping bisa berbed

  • Menikahi CEO Philophobia   Bab 47 : Mata Arabella

    Pahit. Hidup Arabella seolah tidak habis dirundung kepedihan. Baru saja dia kembali pada suaminya. Merasakan cinta dan dekapan erat Gavin lagi. Tetapi Tuhan memberikan dia cobaan lain berupa kebutaan yang menimpanya. Bukan hal yang mudah bagi Arabella menerima itu semua. Semua yang dia alami selama ini sudah pahit, perih, dan penuh perjuangan. Ara tidak mungkin bisa bertahan sampai sekarang kalau bukan demi putranya. Tidak ada yang lebih dia cintai sekarang, selain putri pertamanya dari Gavin. Bahkan Arabella belum tahu wajah putranya seperti apa. Dia hanya bisa menangis, teriris perih, tapi dia tidak boleh putus asa. “Sayang, ini mama, nak. Kau sudah tidur?” tanya Ara pada bayi cantiknya yang bernama Aely. Bulir bening tanpa sadar luruh. “Mama ingin melihat wajah kamu, sayang.” “Tapi, Mama tidak berdaya.” Tidak ada yang dapat menggambarkan luka di hati Ara Kecuali mereka yang sama seperti Ara, sama-

  • Menikahi CEO Philophobia   Bab 48 : Ibu Dari Anakmu

    Tidak ada yang bisa menggambarkan kebahagiaan Arabella dan Gavin saat itu. Setelah beberapa bulan Ara tidak bisa menatap wajah orang-orang yang dicintainya. Kini, di hadapannya, ada Gavin sedang menggendong bayinya, Aely.“Sayang. Aku gemetaran ingin menyentuh wajah cantik Ael.”“Dia mendapatkan kecantikan ini karena dirimu juga cantik. Kau mamanya, kau memiliki kecantikan Ael, Sayang.”Mata Ara berkaca-kaca. “Aku mau menggendongnya, Vin.”“Ya, kau memang harus menggendongnya.”Gavin menyerahkan bayi perempuannya ke gendongan Arabella. Ael terlihat tenang saat berada di pelukan Ara.“Sayang, ini mama, Nak.” Ara menciumi Ael sambil menangis sesenggukan. “Siapa kiranya orang baik yang memberikan aku donor mata ini, Vin? Aku benar-benar penasaran. Aku sangat ingin bertemu dengannya.”Gavin tersenyum. “Yang pasti dia

  • Menikahi CEO Philophobia   Bab 49 : Terimalah, Arabella

    Kebahagiaan yang luar biasa sedang di rasakan Arabella dan Gavin. Kedua orang tua Gavin juga amat bersyukur karena menantu tersayang mereka sudah bisa melihat lagi.Ara termasuk yang beruntung, karena saat dia tidak bisa melihat, yang bermasalah adalah retina, sehingga donor mata masih bisa di lakukan. Kalau bukan karena itu mungkin dokter tidak bisa membantu Ara sampai seperti sekarang ini.Meskipun begitu, Ara masih penasaran siapa yang mendonorkan mata untuknya. Dia bercermin menatap pantulan retina matanya. Dia menebak-nebak, orang sebaik apa dia?"Sayang, di depan ada yang ingin bertemu denganmu." Gavin mengelus pipi Ara yang baru saja berganti pakaian, mereka berencana untuk makan malam bersama keluarga."Siapa, Sayang? Mana Ael?""Ael sedang bersama oma dan opanya. Temui dulu tamu mu, dia sudah lama ingin bertemu denganmu, tapi keberaniannya belum cukup. Begitu mendengar kau sudah b

  • Menikahi CEO Philophobia   Bab 50 : Menjadi Bridesmaid

    Setelah melewati banyak hal. Arabella makin hari semakin berusaha menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi dari sebelumnya. Dia memulai kembali lembaran baru, bersama keluarga kecilnya, Gavin dan Aely Camelia, putri pertama mereka.“Pagi sayang, kau sudah rapi sekali. Apakah hari ini ada meeting?” tanya Arabella pada suaminya.“Ya, hari ini aku ada meeting sayang. Entahlah klien kali ini agak rewel. Dia menginginkan aku sendiri yang menemuinya, baru dia mau melakukan investasi dan tanda tangan. Padahal proyek kali ini benar-benar membutuhkan suntikan dana, sayang. Kau doakan ya, agar semuanya di lancarkan.”“Oh rupanya begitu, baiklah. Aku pasti akan doakan kau sayang. Kau harus tetap semangat ya. Oh iya, kemarin aku dapat tawaran kerja, menurutmu apa aku terima saja tawaran kerja itu?”Keadaan keuangan mereka memang sedang di uji. Gavin dan keluarganya sedang mengalami masalah di perusahaan. Arab

  • Menikahi CEO Philophobia   Bab 51 : Wangi Yang Berbeda

    Gavin masih berada di kantornya. Dia sudah dua kali bolak-balik dari cafe, ke restoran hotel, kemudian kembali ke kantor lagi demi bertemu dengan seorang klien penting yang akan menanamkan saham ke perusahaannya. Gavin sendiri belum tahu, siapa klien penting itu. Yang dia tahu, seorang laki-laki yang umurnya jauh di atasnya. Memiliki modal sangat besar untuk bekerja sama dengan perusahaannya.Pasang surut dalam dunia bisnis sudah biasa. Terlebih lagi Gavin yang sudah pernah bangkrut sebelum usahanya berjaya seperti sekarang. Namun roda terus berputar, dan bisnisnya kembali diterpa kekurangan modal, sebab project yang dijalaninya hampir bangkrut karena dia banyak mengalami masalah pribadi beberapa bulan belakangan ini.Gavin masih duduk di ruang meeting, menunggu sang pemilik modal yang belum kunjung datang. Tak lama, seorang asisten Gavin membisikkannya, bahwa klien penting itu akan segera memasuki ruangan meeting. Gavin pun bersiap, dia segera berdiri.

  • Menikahi CEO Philophobia   Bab 52 : Malam Yang Bergairah (1)

    Ara membuka lembaran buku diary yang ada di pangkuannya. Sembari menunggu suaminya mengerjakan sebuah laporan dari kantornya yang belum sempat diselesaikan.Berulang kali Arabella tersenyum, sesekali agak meringis membaca ulang tulisan tangannya.Dear, Diary.Aku, Arabella.Jangan menuntut kesempurnaan dari orang lain jika dirimu sendiri takkan bisa sempurna. Sebab, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Apple Cherry ~Aku di usia remaja bisa dikatakan seperti gumpalan lemak yang berjalan. Tepat sekali, aku sangat gendut untuk anak seumuran ku. Tapi beruntung, aku memiliki saudara sepupu yang selalu mendukungku, dia adalah Alissa. Saat aku dijadikan bahan olok-olokan, dia selalu ada di sisiku untuk membelaku.“Hentikan! Arabella bukan gadis gendut! Dia itu gadis yang cantik!” Alissa membentak dua murid perempuan di sekolah hanya karena mereka berdua mengatakan aku sangat gendut dan tidak pantas

  • Menikahi CEO Philophobia   Bab 53 : Tentang Philophobia

    Aku mengidap Philophobia.Sejak kapan?Setahun lalu, dan aku baru menyadarinya setelah konsultasi. Kau tahu, kan, apa itu Philophobia?Ya, aku tahu, sedikit. Kukira tidak akan bertemu dengan orang yang mengalami hal seperti itu. Tapi, dari yang kau alami, sepertinya memang begitu, ya.Ya, aku juga tidak tahu, kenapa aku sampai mengalami hal ini.Bukannya ada sebabnya? Mungkin kau mengalami hal yang sulit sebelumnya, itu bisa menjadi penyebab penyakit phobia yang kau alami.Hm, kurasa ini karena aku terlalu percaya pada cinta diawal. Lalu, akhirnya aku malah dikecewakan. Yang aneh, kenapa aku kambuh padahal aku tidak sedang jatuh cinta.Apa kau yakin? Mungkin saja kau masih mencintai Luna.Kenapa kau membicarakan Luna?Aku melihatmu bertemu Luna. Aku sedang ingin membeli kopi, bukan maksud membuntuti, itu tidak disengaja.Oh... Tapi aku menolaknya. Aku sud

Bab terbaru

  • Menikahi CEO Philophobia   Akhir Yang Indah (2) END STORY

    "Dokter apa yang terjadi dengan istri, saya?""Istri Anda hamil.""Apa? Saya hamil, Dok?""Ya, menurut hasil pemeriksaan awal, usia kandungan memasuki bulan ke tiga. Keadaannya cukup baik. hanya saja, Nyonya harus banyak istirahat dan tidak boleh kelelahan. Konsumsi makanan bergizi, vitamin, itu sangat penting."Evelyn masih tak menyangka, bahwa dia hamil. "Astaga Sayang! Kau dengar, ada bayi di dalam sini! Ini adalah anak kita, Sayang!" Oliver kelihatan benar-benar bahagia. Dia tak kuasa menyembunyikan perasaan haru di hadapan istrinya."Aku benar-benar tidak menyangka, Oli. Aku hamil. Aku akan jadi seorang ibu?"Oliver menciumi Evelyn dengan derai air mata. Setelah penantian panjang, akhirnya dia dan Evelyn akan segera diberkati keturunan.***"Gavin, kita harus segera ke rumah sakit." "Ya, Sayang. Sebentar, aku harus menggendong Aelly dulu.""Oh, sweety. Kau benar-benar ayah yang luar biasa, Vin."Gavin menarik tubuh Ara ke sisinya, lalu mengecup keningnya. "Kau lah yang luar bia

  • Menikahi CEO Philophobia   Akhir Yang Indah (1)

    Dokter sudah mengatakan jika operasi yang dilakukan Gilbert berjalan lancar. Setelah dua puluh empat jam akhirnya Gilbert pun sadar. Arabella lah yang pertama dilihat olehnya. Laki-laki itu merasa diberkahi, sebab Tuhan masih mengasihaninya dan memberinya kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya terhadap putrinya, Arabella. "Ara." "Kau sudah bangun, Tuan."Mungkin berlebihan dan terkesan tidak tahu diri. Gilbert merasa ingin sekali mendengar Arabella memanggilnya ayah. Tapi, dia tidak mau menyampaikan itu pada Arabella, sebab baginya melihat Ara yang mau berbicara dengannya saja, itu sudah merupakan hal yang luar biasa. "Iya, berkatmu, Arabella. Aku ingin kau memaafkan ku. Jadi, aku memohon pada Tuhan, dalam gelap, dalam kesakitan, aku mohon agar aku bisa melihatmu, walau mungkin untuk terakhir kali."Arabella menggeleng, dia tentu tidak mau itu menjadi yang terakhir. "Kau tidak boleh berkata begitu, Ayah." Gilbert yang masih terbaring lemah, mendadak menegakkan tubuhnya meski di

  • Menikahi CEO Philophobia   Berdamai Dengan Keadaan

    Rasa resah dan gelisah melingkupi Arabella. Dia harus berasa di posisi yang sangat menyulitkan nya. Laki-laki itu benar ayahnya, seburuk-buruknya tetap dia lah orang yang memiliki hubungan darah dengannya. Arabella tak mau, jika Tuhan mengambil orang itu. Lebih baik, hubungan mereka buruk selamanya, asalkan Gilbert harus tetap hidup. "Sayangku, aku mengerti yang kau rasakan." Gavin, dia selalu datang memberikan setidaknya sedikit ketenangan dan juga pelukan hangat yang membuatnya kuat. "Vin, apa yang harus aku lakukan??" "Kau harus ikuti kata hatimu, Arabella. Lakukan apa yang hatimu suarakan. dengarkan dengan perasaan bukan dengan emosimu." Matanya berkaca, dia mengeratkan peluk, sembari menahan agar tidak menangis. "Jangan menangis, karena Arabella yang kukenal adalah wanita yang kuat. Sudah terlalu sering kau menangis, padahal hal yang jauh lebih sulit dari ini sudah pernah kau lalui." Keberuntungan yang Ara miliki adalah Gavin, s

  • Menikahi CEO Philophobia   Kesungguhan Gilbert

    "Saya mohon, Tuan Gavin. Izinkan Ara ikut saya ke rumah. Saya akan menjelaskan semuanya secara terang-terangan pada Oliver dan Evelyn tentang siapa Arabella, dan juga masa lalu saya bersama ibu Ara."Gavin awalnya menolak. Tapi, dia juga tidak mungkin membiarkan masalah menguap begitu saja. Padahal dia yakin Arabella juga ingin kejelasan, setidaknya itu adalah bentuk penyesalan Gilbert yang telah menyia-nyiakan Ara dan ibunya."Baiklah. Saya akan izinkan Arabella pergi. Tapi saya akan ikut bersamanya.""Ya, tentu, memang Anda harus ikut, Tuan. Terima kasih, karena sudah mengizinkan saya mengajak Ara."Ara hanya diam, dia menyerahkan segalanya ke tangan Gavin. Kalau Gavin yang memintanya pergi, maka dia akan pergi. Sedangkan kalau tanpa restu Gavin, Ara tidak akan pergi."Ara, aku akan menemani mu. Kau mau ya, ikut untuk menjelaskan semuanya. Ini juga yang diinginkan ibumu, kan?"Ara menatap sekilas wajah Gilbert. Dia masih sediki

  • Menikahi CEO Philophobia   Luluh, kah?

    Evelyn benar-benar cemas karena Arabella meminta bertemu empat mata dengan papa mertuanya. Sedang dia tau, bahwa papa mertuanya itu bukan termasuk orang yang bisa diajak bicara.Setelah sekitar tiga puluh menit Arabella bersama dengan Gilbert, entah apa yang mereka berdua bicarakan. Akhirnya Arabella keluar dengan wajah yang datar pada awalnya. "Ara, kau akhirnya keluar juga. aku sangat mencemaskan mu."Barulah Arabella tersenyum. Dia menggenggam tangan Evelyn, dengan raut yang terlihat santai, seolah tak terjadi apa-apa."Aku baik-baik saja. Syukurlah, semuanya bisa diselesaikan. Aku sudah bicara, dan Tuan Gilbert akan menyelesaikan semuanya. Kau bisa lanjut dengan proyek yang sebelumnya berjalan, tanpa perlu memperpanjang semuanya lagi.""Hah? Apa maksud mu, Arabella? Bagaimana bisa?" tanya Evelyn yang kaget bukan main. Tidak mungkin itu terjadi begitu saja. Karena dia tau persis bagaimana watak papa mertuanya. Apakah dia luluh? apa yang Ar

  • Menikahi CEO Philophobia   Penyesalan Gilbert

    "Selamat siang, Tuan Gilbert." "Kamu? Kamu Arabella, kan?""Ya, saya Arabella, lama tidak bertemu, Tuan. Rasanya saya juga lupa, kapan terakhir kali kita saling mengenal. Karena waktu itu saya masih sangat kecil. Kalaulah bukan karena Ibu yang memintaku menemui Anda, mungkin saya sudah mengubur nama Anda dalam-dalam." Perkataan Arabella itu sangat membuat Gilbert terpukul. Tapi, pria tua itu menyadari, dia memang bersalah. Gilbert berjalan melangkahkan kakinya mendekati Arabella hingga jarak keduanya hanya sekitar satu meter saja. "Duduklah dulu, Ara. Silakan, kita bisa berbicara dulu."Ara pun duduk, meski sejujurnya enggan. "Baik, kita bicara. Meski saya enggan, saya malas berbicara dengan orang seperti Anda, Tuan." "Arabella, maafkan Ayah, Nak.""Anda bukan ayah saya." "Ara, aku adalah ayahmu. Suka tidak suka, aku adalah suami ibumu.""Apa?" decih malas Arabella. "Kau bilang suami ibuku? Apakah

  • Menikahi CEO Philophobia   Ulah Gilbert dan Air Mata Arabella

    "Oli, sudahlah, aku tau kau kesal. Tapi kau sendiri tau, kan? itu papamu, dia memang begitu sejak dulu.""Eve, tapi kali ini dia sudah sangat keterlaluan. Bukannya kita sudah sepakat, untuk tidak ikut campur dengan urusan masing-masing lagi. Tapi, dia malah terlalu jauh mencampuri urusan kita."Meski Evelyn juga heran, terutama dengan kata-kata Gilbert yang terang-terangan mengatakan tidak menyukai Gavin. Tapi, dia tidak mau itu menjadi beban pikiran suaminya. "Hei, tidak akan ada yang terjadi. Papa tidak bisa melakukan hal yang lebih dari sekedar menggertak kita. Iya, kan?"Oliver memeluk Evelyn. Beruntung istrinya itu sangat penyabar dan mengerti keadaannya. "Maafkan aku, ya, Eve. Karena dia membuat kamu susah sekarang.""Tidak, aku justru sangat bersyukur, di saat seperti ini kau membelaku." "Tentu saja, kau adalah istriku, jadi sudah sewajarnya aku membela mu, kan?" "Hem, kau harus tau, aku sangat bahagia, Oli. Kuharap kau terus

  • Menikahi CEO Philophobia   Semua Karena Gilbert

    Gilbert dalam keadaan geram segera meminta orang kepercayaannya untuk menemui Evelyn dan meminta Evelyn membatalkan kontrak kerja sama dengan Gavin. Namun tak lama kemudian. Evelyn dan Oliver datang dalam keadaan tidak terima sebab menurut mereka Gilbert sudah keterlaluan ikut campur dengan urusan mereka. "Pa, kita harus bicara.""Kalian berdua duduk."Evelyn dan Oliver duduk dengan kemarahan yang tertahan. Tak mengerti kenapa Gilbert sangat tidak setuju dengan kerja sama Evelyn dah Gavin. Padahal semuanya susah sesuai prosedur dan perusahaan Gavin juga terbukti telah berhasil selamat dari ancaman kebangkrutan dan mulai berjaya lagi. "Kalian tahu, kan, bahwa kalian tidak memiliki hak untuk menolak permintaan Papa."Oliver kelihatan sangat kesal, dia berdiri lalu menantang papanya dengan tatapan tajam. "Papa punya alasan?" "Oli, duduklah, kau tidak boleh begitu di depan papamu," pinta Evelyn. "Tidak, Eve. Ka

  • Menikahi CEO Philophobia   Ancaman Gilbert

    Kedatangan Evelyn ke rumahnya membuat Arabella kepikiran. Jadi, rupanya sosok Gilbert bukan hanya menyebalkan, dan jahat di matanya saja, melainkan di depan anak dan menantunya? "Ah, aku lupa, dia adalah ayahku." Ara berdesis sebelum akhirnya dia duduk di depan meja kerjanya. "Jadi, dia juga mengucilkan Evelyn karena Evelyn belum punya anak?" Ara teringat waktu Evelyn berkata, dia dikucilkan. Sebab selama berumah tangga kurang lebih sepuluh tahun, dia belum juga dikaruniai keturunan. Setahu Evelyn, Gilbert ingin sekali memiliki cucu. Dia ingin sekali punya cucu perempuan. "Tidak, aku tidak akan biarkan laki-laki tua yang sudah menghancurkan hidup ku dan ibu, juga hendak merenggut kebahagiaan putriku?" "Aku pulang, Sayang..." "Gavin." Ara berdiri, dia langsung menghambur ke arah suaminya yang baru pulang dari bekerja. "Akhirnya kau pulang, Sayang." "Hem, tentu saja. apa kau menungguku?" "Ya, tentu saja ak

DMCA.com Protection Status