Tak lama kemudian, ruangan di sebelah menjadi sunyi, suara wanita-wanita tadi sudah tak terdengar, mungkin mereka sudah meninggalkan ruangan.Matahari mulai meninggi, hari semakin siang, namun siluet Kastara belum juga terlihat. Arga mengetuk-ngetukkan jari ke meja, dia mulai khawatir. Tepukan di bahu menyadarkan Arga, segala pemikiran negatif yang sempat terlintas di benaknya telah sirna, lantaran orang yang sedari tadi di tunggu, sudah ada di depan mata. "Maaf ya, tadi sempat tersesat...hehehe" Tawa Kastara canggung. Setelah pemuda itu mendudukan diri, dia kembali berbicara, "sebenarnya kedatanganku kemari ada hubungannya dengan racun antibiotik yang pernah kau suruh untuk diteliti." Kastara mengeluarkan botol kaca kecil, lalu menyodorkannya kepada Arga. "Efek yang di hasilkan obat penawar itu belum maksimal, Kastara masih membutuhkan beberapa komposisi untuk membuatnya rampung, namun sangat sulit untuk membuat penawar itu dengan keter
Read more