Terdengar ketukan pintu singkat, disusul dengan suara lembut yang mengalun dari balik pintu, "Kak Mahrez..." Panggil seseorang. Setelahnya Mahrez membuka pintu kamarnya, dan mendapati adik perempuannya sedang berdiri menunggunya, "Sudahku bilang berapa kali, jika kau ada perlu cukup katakan pada pelayan saja, dengan begitu aku biaa segera menemuimu, Zea." Tutur Mahrez merasa tak tega, pemuda itu tak habis pikir dengan kebiasaan sang adik yang selalu rutin menemuinya setiap hari, padahal jarak istana mereka terbilang sangatlah jauh. Zea lantas memamerkan senyuman lima jari. Gadis itu tahu, jika setiap kali dirinya berkunjung pasti akan jadi seperti ini, maka kali ini Zea sudah membawa sebuah bingkisan sebagai antisipasi, "Tak apa Kak Mahrez, Zea kesini juga sekalian membawakan kue untuk cemilan, ini bikinan Zea sendiri lo, ayo cepat di cicipi mumpung masih hangat." Lagi-lagi sang kakak pun berhasil diluluhkan, Mahrez pun membi
Read more