Beranda / Romansa / AKU TUNGGU DUDAMU / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab AKU TUNGGU DUDAMU: Bab 21 - Bab 30

46 Bab

Chapter 21| Takdir

"Mundur kalian semua! Bagi siapa saja yang menghalangi rencana gue, maka gue enggak akan segan buat nusuk kalian pakai pisau ini!" "Hhh, idiot kayak lo emang enggak tahu malu, ya. Sudah menipu orang dan sekarang lo malah bikin kerusuhan kayak gini. Menjijikkan tahu enggak?!" ujar seorang gadis yang di lengan kirinya sudah mengalir darah segar. "Lo yang mulai duluan, lo yang nyerang gue, dasar cewek bangsat!" "Gue enggak bakal menyerang kalau lo enggak macem-macem sama kakak gue. Di mana otak lo hah? Siapa elo sampai berani menghina dan melecehkan kakak gue kayak gitu." "Ha ha ha, lucu banget lihat lo ngomong kayak orang bener. Jangan sok suci deh, semua orang juga sudah tahu kalau kakak lo tuh lont-" Bugh! Tubuh pria itu terjerembap ke depan setelah Saka menendang punggungnya dari belakang. Semua orang memekik kaget sedangkan May hanya menatap bengis pria mes
Baca selengkapnya

Chapter 22| Berdamai dengan Hati

Sebenarnya Sharena sangat ingin melarikan diri saat ini, berada dalam satu ruang dan waktu yang sama dengan Saka membuat jantungnya lelah karena berdegup lebih kencang dari biasanya. Sharena diam-diam mengingatkan perasaannya bahwa dia sedang dalam proses move on. Sharena tidak boleh membiarkan cintanya terhadap Saka semakin besar. Pria itu masih berstatus sebagai suami orang.Andai saja Sharena tidak dipertemukan dengan kedua orang tua Saka waktu itu, mungkin dia tidak akan memiliki perasaan bersalah semacam ini. Dia bisa terus memperjuangkan cintanya sampai titik darah penghabisan. Kini dia hanya bisa berandai-andai, kalau saja waktu bisa diputar dan dia dipertemukan dengan Saka saat pria itu masih lajang, mungkin sekarang pria itu sudah bisa ia dapatkan.May masih ada di ruang perawatan, dokter mengatakan bahwa lukanya harus dijahit karena ada bekas sobekan meski tidak begitu lebar dan dalam. Sharena menanti dengan gelisah dan tak berani buka suara meski se
Baca selengkapnya

Chapter 23| Harapan Sharena

“Ah, maafkan saya, Pak. Apa saya melukai istri Anda?” tanya salah seorang perawat pria yang tadi mendorong brankar kosong.Sharena masih duduk di pangkuan Saka, dia menenggelamkan wajahnya pada leher pria itu agar perawat tadi tidak menyadari siapa dirinya. Bisa gawat kalau sampai ada yang tahu kalau Sharena berduaan dengan laki-laki di tempat umum. Saka yang paham situasi langsung tersenyum pada sang perawat, seperti memberi sinyal pembenaran bahwa wanita yang sedang dia pangku memang istrinya.“Tidak apa-apa, Mas,” jawab Saka tenang.“Syukurlah, kalau begitu saya permisi, Pak, Bu. Sekali lagi saya minta maaf.”Perawat itu langsung pergi setelah Saka membalas ucapannya dengan anggukan dan senyuman ramah. Sharena menyibak sedikit rambutnya lalu mengintip untuk memastikan perawat itu sudah benar-benar menjauh. Dia menghela napas lega setelahnya. Wanita itu pun menoleh ke samping yang berlawanan dan jantungnya tersentak l
Baca selengkapnya

Chapter 24| Pertengkaran

"Masih ingat pulang?"  Pertanyaan sarkasme menyambut kedatangan Lidya, kedua kakinya terpaku di ruang tamu. Menghadap Sakalangit Bastara yang menatapnya dengan tajam berkilat kecewa. "Aku sangat lelah, Saka, kita bicara nanti setelah aku istirahat." Muka Lidya memang sedikit murung dari biasanya, terlihat dia benar-benar lelah dengan semua yang dijalani selama di Bali. Dia ingin menenggelamkan diri dalam kasur empuknya selama berjam-jam sampai semua letihnya sirna. Namun sepertinya Saka tidak akan membiarkan Lidya mendapatkan apa yang dia mau dengan cepat.  "Tetap di tempatmu!" nada suara Saka meninggi. Lidya benar-benar menguras tuntas kesabaran Saka. Perempuan itu bahkan tidak meminta maaf atau mengatakan apa pun yang sekiranya bisa menenangkan hati sang suami. Apakah tidak ada sedikit pun rasa sesal di hati Lidya karena telah mempermainkan Saka?  
Baca selengkapnya

Chapter 25| Kesempatan Kedua

Sharena celingukan mencari pemesan bakso acinya. Di balik masker hitam dan helm bogo cokelat yang dia kenakan, tersimpul senyum tipis ketika melihat lokasi yang dia datangi sekarang. Banyak orang lalu lalang, beberapa sibuk mengarahkan pemain, ada yang sedang membenarkan riasan, heboh masalah kostum dan kesibukan lainnya yang biasa ada di lokasi syuting. Dia tidak tahu itu lokasi apa, tapi dari banyaknya kru dan perlengkapan properti yang ada sepertinya itu bukan syuting FTV atau sinetron biasa.  "Maaf ya Mbak lama menunggu, saya baru beres syuting. Jadi berapa Mbak bakso acinya?" tutur seorang perempuan berusia sekitar tiga puluhan.  Sharena menoleh ke arah orang tersebut lalu matanya membelalak. "Kak Dian?" cicit Sharena spontan. Wanita yang dipanggil Dian itu mengernyit lalu memperhatikan sang kurir aci dengan saksama. Ketika Sharena membuka helm dan menurunkan maskernya, Dian tampak ter
Baca selengkapnya

Chapter 26| Musuh Bebuyutan

“Lama-lama gue mumet beneran nyimak prahara rumah tangga lu, Ka. Ada ... aja yang dipermasalahkan setiap harinya. Kalian enggak bosan gitu?”Rumah Tristan adalah satu-satunya tempat yang bisa saka tuju saat ini. Dia sedang malas bepergian jauh dan tak mungkin juga pulang ke rumah orang tuanya. Mau tak mau dia singgah di apartemen kawannya yang super comel itu.“Gue datang ke sini untuk mendinginkan pikiran, lu jangan mancing emosi gue.”“Yang mau mancing emosi siapa? Gue hanya mengutarakan pendapat gue tentang hubungan rumah tangga lu sama si Lidya. Enggak ada akur-akurnya, terus aja baku hantam omongan.”“Kalau akur ngapain gue ke sini, bego!”Saka melempar bantal sofa, pria itu lantas berbaring di sana sambil memejamkan mata berat. Kepalanya sungguh mumet memikirkan kelanjutan hubungannya dengan Lidya. Mereka sudah tidak cocok dari berbagai hal namun Saka juga masih berat untuk melepaskan Lidya. Bag
Baca selengkapnya

Chapter 27| Si Biang Masalah

Scene Sharena untuk syuting hari ini memang sedikit, jadi dia bisa pulang cepat. Sharena berpamitan pada seluruh kru dan Dian yang masih lanjut syuting hingga nanti malam—maklum pemeran utama. Sharena keluar dari area syuting mengendarai motor matic yang mulai menjadi benda kesayangan Sharena. Motor itu selalu menemaninya ke mana pun akhir-akhir ini. Lalu lintas kota Bandung saat sore hari memang tidak ada bedanya dengan lalu lintas Jakarta. Sama-sama padat dan rawan kemacetan, apalagi di jam pulang kerja seperti ini.Sharena menyalakan lampu sen kanan dan bersiap untuk belok, sayangnya ketika dia mulai mengarahkan setang motor ke kanan tiba-tiba muncul pengendara motor lain dari belakangnya yang hendak menyalip. Tabrakan pun tak terelakkan lagi, baik Sharena maupun pengendara motor itu sama-sama jatuh ke aspal. Lengkingan klakson menggema di sana, pengendara lain memberi peringatan pada kendaraan di belakangnya untuk mengurangi kecepatan karena adanya kecelaka
Baca selengkapnya

Chapter 28| Mencari Tukang Urut

Malam harinya Sharena sedang istirahat di kamar, dia rebahan di kasur sambil mengompres pipinya dengan handuk basah. Gadis itu menatap langit-langit, mengingat kembali kejadian tadi sore dan beberapa keadaan yang menawannya bersama Saka dalam jangka waktu yang lumayan lama.Sore hari di pinggir jalan ...“Ayo naik!” kata Saka sudah duduk di atas motor Sharena.“Eh, mau ke mana, Pak?”“Kita ke rumah sakit untuk menyembuhkan luka kamu.”“Naik motor saya dan bapak yang bawa?”“Kenapa? Kamu keberatan?”“Bukan begitu, Pak, saya hanya tidak mau ada kesalahpahaman di antara kita. Walau begini juga saya kan artis ya, Pak. Tadi orang-orang enggak kenal karena saya pakai masker dan helm. Nanti kalau ke rumah sakit masa iya saya harus pakai masker dan helm pas diperiksa. Nanti disangka orang aneh, terus lagi nih ya, Pak, kalau kita semotor berdua itu bisa timbul fitnah. Secara kan
Baca selengkapnya

Chapter 29| Kebaikan Saka

“Ahhh!” lengkingan suara Sharena menggema di sebuah ruangan yang tak seberapa besar. Saat ini, seorang wanita berusia 50 tahunan tengah mengurut kaki sang artis yang sebelumnya terkilir.“Aduh, Mak pelan sedikit bisa enggak? Aku enggak kuat nahan sakitnya.”“Tahan sebentar lagi ya Neng, nanti kalau titik nyerinya sudah diurut InsyaAllah enggak akan terlalu sakit kok.”“Aduh ... tapi aku udah enggak kuat, Mak, sumpah ini sakit banget. Lebih sakit dari nyeri datang bulan.”Walau terus dihiasi acara rengekan dan jerit kesakitan, sang tukang urut tetap melaksanakan tugasnya dengan baik hingga akhir. Saka yang menunggu Sharena di ruang tengah terlihat sedikit gusar mendengar gadis itu menjerit tanpa henti. Bisa dibilang dari awal Sharena masuk ke kamar untuk diurut sampai tuntas, gadis itu hanya berteriak kesakitan. Saka berpikir memang separah itu luka di kaki Sharena. Lima menit kemudian, sang tukang urut memap
Baca selengkapnya

Chapter 30| Sharena Frustrasi

“Pak Saka,” cicit Sharena cukup pelan namun pendengaran Saka sangat tajam sehingga dia tetap merespons.“Ya?”“Kok Bapak baik banget?”“Maksudnya?”“Iya Bapak baik banget, entah sama aku atau sama mak tukang urut tadi. Masa bayar urut aja sampai satu juta, itu Bapak kasihan kan melihat kondisi si mak urutnya? Secara kan tadi kita lihat sendiri, dia hidup sebatang kara, rumahnya tidak begitu layak, dan udah cukup tua juga. Ya, meskipun belum tua-tua banget.”Saka tidak merespons pertanyaan Sharena yang itu, bukan karena tidak mau tapi dia bingung harus memberi jawaban apa.“Hati Bapak terbuat dari apa sebenarnya?”“Tidak usah banyak tanya, setelah ini kita belok mana?” ujar Saka mengalihkan topik.“Di depan sana belok kanan, Pak!” kata Sharena sambil menunjuk arah jalan yang dimaksud.Mereka melanjutkan perjalanan tanpa percaka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status