“Ahhh!” lengkingan suara Sharena menggema di sebuah ruangan yang tak seberapa besar. Saat ini, seorang wanita berusia 50 tahunan tengah mengurut kaki sang artis yang sebelumnya terkilir.
“Aduh, Mak pelan sedikit bisa enggak? Aku enggak kuat nahan sakitnya.”
“Tahan sebentar lagi ya Neng, nanti kalau titik nyerinya sudah diurut InsyaAllah enggak akan terlalu sakit kok.”
“Aduh ... tapi aku udah enggak kuat, Mak, sumpah ini sakit banget. Lebih sakit dari nyeri datang bulan.”
Walau terus dihiasi acara rengekan dan jerit kesakitan, sang tukang urut tetap melaksanakan tugasnya dengan baik hingga akhir. Saka yang menunggu Sharena di ruang tengah terlihat sedikit gusar mendengar gadis itu menjerit tanpa henti. Bisa dibilang dari awal Sharena masuk ke kamar untuk diurut sampai tuntas, gadis itu hanya berteriak kesakitan. Saka berpikir memang separah itu luka di kaki Sharena. Lima menit kemudian, sang tukang urut memap
“Pak Saka,” cicit Sharena cukup pelan namun pendengaran Saka sangat tajam sehingga dia tetap merespons.“Ya?”“Kok Bapak baik banget?”“Maksudnya?”“Iya Bapak baik banget, entah sama aku atau sama mak tukang urut tadi. Masa bayar urut aja sampai satu juta, itu Bapak kasihan kan melihat kondisi si mak urutnya? Secara kan tadi kita lihat sendiri, dia hidup sebatang kara, rumahnya tidak begitu layak, dan udah cukup tua juga. Ya, meskipun belum tua-tua banget.”Saka tidak merespons pertanyaan Sharena yang itu, bukan karena tidak mau tapi dia bingung harus memberi jawaban apa.“Hati Bapak terbuat dari apa sebenarnya?”“Tidak usah banyak tanya, setelah ini kita belok mana?” ujar Saka mengalihkan topik.“Di depan sana belok kanan, Pak!” kata Sharena sambil menunjuk arah jalan yang dimaksud.Mereka melanjutkan perjalanan tanpa percaka
Pertanyaan yang diajukan Sharena secara beruntun tempo hari bukan tidak masuk ke pikiran Saka sama sekali. melebihi siapa pun, dia terbebani dengan apa yang Sharena ungkapkan karena Saka merasa apa yang diucapkan perempuan itu adalah kenyataan. Saka hanya kesal pada dirinya sendiri karena bisa membingungkan hal ini. Seharusnya Saka tidak perlu bingung atau merasa bimbang. Untuk apa dia dilema, bukankah jawaban dari setiap pertanyaan yang muncul di benak Saka sudah sangat jelas? Ada hal lain yang harus Saka prioritaskan dibandingkan dengan bimbang memikirkan Sharena. Lidya, ya, perempuan itu. Seharusnya Saka lebih fokus pada istrinya. Sampai saat ini mereka masih bersitegang dan belum ada komunikasi sama sekali. Sebenarnya tadi malam Saka sempat berniat menghubungi Lidya. Pria itu menelepon pada ponsel Lidya namun tidak aktif. Memanggil melalui telepon rumah pun tak kunjung ada jawaban. Entah Lidya sudah tidur atau memang sedang tidak ada di rumah, yang pasti perasaan dan pik
Satu minggu berlalu, akhirnya peran Sharena sebagai gadis teraniaya di film terbaru yang dia bintangi bersama Dian tuntas sudah. Sharena senang tugasnya telah usai, artinya dia tidak perlu lagi berurusan dengan perempuan menyebalkan yang selalu cari gara-gara dengannya. Kezia, orang aneh yang sangat ingin menjadi musuh bebuyutan Sharena itu tidak pernah berhenti mencari gara-gara selama mereka syuting bersama.Ada saja tingkah menyebalkan Kezia yang merugikan Sharena di antaranya seperti; pura-pura jatuh dan mengotori pakaian Sharena, menghina secara verbal tanpa henti, selalu menyinggung masalah prostitusi online, dan sebagainya. Sempat sekali May menyaksikan Kezia sengaja mengerjai Sharena, gadis itu naik pitam dan ingin langsung menghajar Kezia. Sharena segera menghentikan May karena ia tidak ingin adiknya mendapat masalah.“Halo Sharena, sudah beres ya syutingnya? Tidak ada scene lagi?” tanya Kezia yang tiba-tiba datang hanya untuk men
Ini aneh, benar-benar aneh. Berbagai pertanyaan muncul di benak Sharena, kenapa Lidya mengajaknya bertemu? Bagaimana bisa perempuan itu mengenalnya? Apa mungkin Lidya tahu kalau Sharena menyukai Saka? Sharena benci keadaan ini, dia tidak suka pada hatinya yang seolah mengakui bahwa Sharena adalah pengganggu suami orang. Dia memang pernah berencana seperti itu dulu, tapi sekarang Sharena sudah tobat. Dia tidak akan mengganggu rumah tangga Saka sekali pun sulit rasanya menyingkirkan nama pria itu dari hatinya.“Bernapaslah, aku tidak akan menjambak rambutmu atau memviralkanmu di media sosial,” kata Lidya melayangkan candaan bernada sindiran.“Ada yang bisa saya bantu, Mbak? Kalau boleh tahu, apa alasan Mbak mengajak saya bertemu di sini?”Kedua orang itu sedang berada di sebuah kafe yang cukup terjaga privasinya, Lidya sangat mengerti bahwa Sharena adalah publik figur yang bisa menyita perhatian banyak orang jika tampil di depan umum. Lidya
Tidur Sharena terganggu ketika dia merasakan sebuah tangan memeluk perutnya erat. Gadis itu membuka mata dan melihat tangan pria merengkuhnya tanpa celah. Gadis itu melotot kaget, ia menoleh ke belakang dan menemukan Saka tengah terlelap tenang. “Astagfirullah!” pekik Sharena seraya bangkit dari tidurnya. Bagaimana bisa dia tidur satu ranjang dengan Saka dengan posisi pria itu memeluk tubuhnya erat. “Mmhh,” Saka melenguh dan tak lama matanya pun terbuka. “Ada apa?” tanya pria itu seperti tidak kaget sekali melihat Sharena terkejut dengan mata membulat. “Pak Saka sedang apa di sini?” “Hm? sedang apa bagaimana maksudmu?” “Bapak kenapa bisa tidur bareng sama saya? istri Bapak bagaimana?” Kening Saka mengerut, dia bangkit lalu duduk bersila di depan Sharena. Tangan pria itu terulur mengelus pipi Sharena dan gadis itu semakin membelalak. “Kamu mimpi buruk lagi?” tanya Saka tak berniat menggubris pertanyaan Sharena yang masih kebingungan. “Pak Saka saya serius, bagaimana bisa Bapak
Setelah beberapa hari bertengkar dengan istrinya dan memutuskan pisah ranjang, hari ini Saka mendatangi kediaman Lidya. Ingin menyudahi konflik berkepanjangan yang tak menemui titik temu ini. Hati Saka sudah agak tenang walaupun perasaan sakit dan kesal masih ada. Tapi biarlah, demi keutuhan rumah tangganya, Saka rela mengabaikan itu semua. Merendahkan sedikit egonya demi memperjuangkan Lidya. Wanita itu sungguh tidak mau mengalah dalam hal ini.Bahkan, sebelum datang ke sana, dua hari lalu Saka telah intens menghubungi Lidya tapi tak pernah ada respons positif. Panggilan Saka kerap diabaikan, pesannya tidak dibalas, bahkan dari semalam ponsel Lidya mati. Saka tidak mengerti apa maunya perempuan itu. Ketika tiba di kediaman Lidya, Saka disambut oleh ibu mertuanya karena katanya Lidya belum pulang. Semakin khawatirlah Saka mendengar sang istri tak ada di sana. Kemana Lidya dan apa yang sedang dilakukannya, pertanyaan itu bergelayut memenuhi isi kepala Saka saat ini
Tidak ada yang lebih menyakitkan bagi seorang anak dibanding ketika kita melihat perempuan yang melahirkan kita ke dunia bersedih. Saka duduk bersimpuh di atas dinginnya ubin, menatap lurus pada manik sang ibu yang masih rutin meneteskan air mata sejak kembali dari rumah Lidya. Takdir memang selalu memberi kejutan pada setiap hamba tanpa pernah hamba itu sangka-sangka. Niat hati ingin meluruskan masalah, menyelesaikan polemik, dan menuntas huru-hara rumah tangga. Nyatanya yang Saka dapat sekarang adalah kesakitan yang lebih dalam.Dia sedih rumah tangganya dengan Lidya hancur namun kesedihan itu tak sebanding dengan air mata pilu yang dicurahkan sang ibu. Saka merasa sangat berdosa karena telah membuat ibunya merasa demikian sakit. Dia telah gagal sebagai kepala rumah tangga dan juga sebagai seorang anak. Ya, ini kegagalan terbesar yang pernah Sakalangit Bastara alami.“Maafkan aku Bu, gara-gara aku, Ibu jadi bersedih seperti ini.”Saka menggenggam jemari ibunya, sepenuh hati dia cura
Dua pekan kemudian ..."Kakak selamat ...," heboh May sembari memeluk sang kakak dengan perasaan yang lega pun bahagia."Ya Allah, ini nyata enggak sih, May? Semuanya benar-benar sudah terbongkar?"Sharena melihat dengan mata kepalanya sendiri pemberitaan tentang perkembangan terbaru dari kasus prostitusi yang waktu itu sempat menjeratnya. Ternyata walaupun sudah dinyatakan tidak bersalah beberapa waktu lalu dan dibebaskan dari penjara. Kasus prostitusi online itu tidak redup begitu saja. Pihak pengacara Sharena dan pengadilan masih memproses kasus tersebut hingga akhirnya muncul bukti-bukti baru, yang semakin menguatkan jika semua tuduhan atas Sharena selama ini hanyalah fitnah yang tidak berdasar. "Ini serius Kak, oknum jaksa dan orang yang menjebak kakak sudah tertangkap. Ternyata dalang di balik semua ini adalah Fiona. Dia otak dari kasus prostitusi yang menjebak kakak. Polisi sedang meminta keterangannya dan kemungkinan nanti Kakak juga akan dijadikan saksi."Sharena masih antar
Kurang lebih empat hari sudah Saka berada di desa Sukasari, ia dan tim menjalankan tugas dengan sangat baik sampai semua korban berhasil dievakuasi. Desa Sukasari dan sekitarnya berduka sangat dalam. Para korban sudah dimakamkan secara masal dan bala bantuan terus berdatangan setiap harinya. Mereka yang kehilangan sanak saudara dan tempat tinggal masih memerlukan uluran tangan saudara-saudaranya. Dengan berakhirnya proses pencarian korban, bisa dikatakan berakhir pula tugas Sakalangit di sana. Menurut kabar yang beredar, Saka akan kembali ke kota dua hari lagi. Malah sebagian anggota timnya sudah kembali lebih dulu atas perintah pria itu. Sharena ketar-ketir mendengar itu, dia belum sempat mengobrol banyak lagi dengan pria pujaannya setelah siang itu. Setiap Sharena mau menemui Saka pasti selalu ada gangguan. Pria itu sibuk luar biasa, kondisinya juga genting jadi sangat tidak etis jika gadis itu menyita waktu Saka terlalu banyak. Sore ini, Sharena sedang sibuk menggalau di kamarnya,
Sharena menatap Saka dari jauh, bersembunyi di balik pohon mangga sambil memeluk rantang berisi makanan yang sengaja dia masak untuk Saka. Usai membantu para relawan memasak makan siang untuk para korban di dapur umum, Sharena sengaja memasak menu tambahan yang spesial dia buat hanya untuk Saka. Semangat itu begitu menggebu sebelumnya, namun kini, ketika Sharena hanya tinggal memberikan hasil karyanya tiba-tiba dia dera keraguan yang begitu besar. Dia masih belum lupa tentang fakta bahwa Saka sudah memiliki istri. Walaupun sedang berada jauh dari Lidya, tetap saja pria itu milik Lidya. Tidakkah tindakan dan perhatian Sharena ini hanya akan membuat Saka tidak nyaman nantinya? “Aduh, kasih jangan ya? Kalau dikasih sama pak Saka nanti dia berpikir macam-macam lagi tentang niatku tapi kalau enggak dikasih kan mubazir.” “Dor!” “Astagfirullah!” kaget Sharena refleks memukul orang yang mengejutkannya. Di tengah kebimbangan yang melanda hati Sharena tiba-tiba dia dikejutkan oleh kemuncula
“Euleuh ... euleuh ... bah Jana sama siapa itu? Meuni kasep pisan!” puji Esih terpesona melihat ketampanan dua orang pemuda yang tampak asing di matanya.Esih yakin dua pemuda itu bukan orang kampung sana, bahkan dia juga meyakini tidak ada orang seperti itu di desa Sukasari ini. Dua pemuda itu dan abah Jana baru selesai melaksanakan sembahyang salat Isya. Mereka masih di selasar masjid, tampak sedang asyik mengobrol.“Enggak bisa dibiarkan, mesti laporan sama Sharena ini.”Gegas wanita bertubuh agak berisi itu melesat pergi—menjauhi area masjid demi menyusul Sharena di rumahnya.“Lain kali kalau pak Saka dan yang lainnya mau menggunakan kamar mandi di masjid ini langsung datang saja, ya. Sekalian bisa sambil salat berjamaah sama warga sini,” tutur Jana, sebagai tuan rumah untuk para tamunya, dia memperlakukan Saka dan yang lain dengan sangat baik.“Terima kasih sebelumnya, Pak. Tapi sepertinya cukup untuk malam ini saja, kalau bala bantuan tambahan sudah datang kemungkinan kami akan
"Ya Allah, parah banget longsornya, Bah," kata Sharena sedang mendampingi abahnya melihat bencana alam yang menimpa salah satu kampung yang sebenarnya cukup dekat dengan kampung Sharena. Wilayahnya masih berada di kawasan desa yang sama, cuma terpisah oleh satu sungai saja. Hujan lebat yang semalam mengguyur tempat itu membawa bencana dahsyat. Puluhan rumah warga yang dekat dengan lereng gunung tertimbun. Kabarnya sampai menimbulkan korban jiwa, beberapa sudah ditemukan sedangkan sisanya masih proses evakuasi. "Iya, astagfitullah, rumah Uwa kamu juga habis tertimbun, Ren. Sekarang dia sudah ada di pengungsian, kita temui dia dulu baru nanti Abah mau gabung sama warga dalam mengevakuasi korban." Sharena mengangguk paham, mereka lanjut berjalan menyusuri jalanan basah dan lengket. Maklum akses menuju kampung seberang masih cukup sulit. Setelah melewati jembatan kayu yang membentang di atas sungai perbatasan, mereka harus berjalan sekitar 300 meter jauhnya. Kendaraan bermotor tidak mem
Dua tahun kemudian ... Waktu berjalan sangat cepat. Membawa setiap insan pada halaman kehidupan yang sama sekali berbeda dari masa yang telah ditinggalkan. Setiap hal berotasi, mengalami perubahan dengan atau tanpa disadari. Di antara banyaknya perubahan, ada satu hal yang tetap dipertahankan oleh Sakalangit Bastara. Kesendirian yang dipeluk masih tetap sama sejak kata talak terucap dan pengadilan meresmikan perpisahannya dengan Lidya. Ini bukan perkara sudah atau belum melupakan masa lalu. Bukan juga tentang ada atau tidaknya hati baru yang berusaha menyentuh kehidupan Saka. Pria itu hanya sedang menikmati masa-masa pemulihan yang sungguh menyembuhkan semua kepiluan hatinya. Dia sadar bahwa luka yang dulu tertoreh hanya bisa disembuhkan oleh dirinya sendiri, bukan orang lain. Oleh karena itu, Saka sangat fokus pada dirinya sendiri dan keluarga. Menyelesaikan semua tanggung jawab dengan penuh sambil berusaha membahagiakan kedua orang tuanya. Meskipun sudah tampak baik-baik saja, nya
Ramen aneka toping telah tersaji di atas meja, sang pelayan undur diri setelah memastikan tiga porsi ramen yang dipesan tamunya lengkap. Kafe yang menjual makanan khas Jepang ini menjadi pilihan May untuk mengajak Saka berbincang. Mereka memesan ruangan khusus dan tertutup demi menjaga privasi. Acara makan berlangsung dengan damai. Setelah semuanya sama-sama santai dan momennya tepat, May mulai membuka pembicaraan. Public speaking May sebagai seorang manajer tidak perlu diragukan. Penjelasan ihwal tujuannya mengajak Saka berunding sangat singkat, padat, dan mudah dimengerti.Sepanjang May bercerita, perasaan sesal muncul di hati Saka. Dia menganggap dirinya sebagai penyebab utama hal buruk yang dialami Sharena walaupun faktanya Saka tidak tahu apa-apa. Sementara Sharena, dia hanya membisu dan fokus pada makanannya yang belum habis. Hati kecil gadis itu ingin melarikan diri dari situasi ini. Niatnya yang ingin menghilang secara diam-diam dari kehidupan Saka gagal total karena May."Ja
Pada ruang temaram yang berselimut sepi, Saka menatap senyum manis yang sebenarnya terlihat sarat akan lirih. Pria itu baru selesai menonton konferensi pers Sharena yang ditayangkan beberapa stasiun televisi serentak. Begitu selesai, televisi itu lantas dimatikan. Saka beranjak dari ranjangnya, ia berjalan menuju balkon kamarnya. Saat ini Saka memutuskan untuk kembali tinggal di kediaman orang tuanya. Dia berniat menjual rumah yang dulu dia huni bersama mantan istrinya—Lidya.Walaupun rumah itu sudah Saka miliki sebelum dia berumah tangga dengan Lidya namun pria itu sudah berniat memasukkan aset itu dalam pembagian harta gono-gini nanti. Selain itu, Saka juga ingin meninggalkan berbagai hal yang sekiranya akan membuatnya ingat pada kenangannya bersama Lidya. Kecewa yang semula hanya bermuara pada keegoisan Lidya kini bertambah setelah Saka tahu bahwa perempuan itu juga ternyata tega meneror Sharena.Lidya tidak berani menyerang Sharena secara terang-terangan kare
“Sharena, bagaimana tanggapan kamu setelah semua kebenaran terkuak? Apa kamu berencana untuk memenjarakan Fiona lebih lama?” ujar salah seorang wartawan.Sejak Sharena memasuki ruangan konferensi pers, bidikan kamera dan riuh pertanyaan wartawan menyambutnya dengan hangat. Sharena yang biasanya sangat ceria dan antusias jika tampil di depan publik, kini terlihat lebih tenang dan berwibawa. Dia tidak memiliki tujuan lain selain untuk meluruskan keadaan dan menyampaikan pengunduran dirinya. Biarlah orang mau menilainya menjadi dingin atau apa. Sharena tidak lagi peduli.“Jujur aku kaget dan tidak menyangka dia tega melakukan hal itu padaku hanya karena iri. Aku tidak mau ikut campur urusan sanksi apa yang akan diberikan padanya. Kupasrahkan semuanya pada pihak yang berwenang dan aku akan bersikap kooperatif jika sewaktu-waktu mereka membutuhkan bantuanku,” jawab Sharena diplomatis.“Apa yang mau kamu sampaikan pada para haters
Saka telah mendaftarkan surat perceraiannya ke pengadilan, kini ia hanya tinggal menunggu proses sidang berlangsung. Sebelum benar-benar disidangkan, dua hari lalu sempat ada pemanggilan kepada Saka dan Lidya untuk mengadakan mediasi. Saka memenuhi pemanggilan itu sedangkan Lidya mangkir. Seolah tak peduli dan memang niat berpisah sudah kuat dari perempuan itu. Saka pun sebenarnya sudah malas bertemu dengan Lidya, namun ia hanya berusaha untuk tetap bijaksana. Meskipun sekali lagi, kebijaksanaan Saka selalu disia-siakan. Kini mereka hanya tinggal menunggu persidangan pertama yang rencananya sudah dijadwalkan minggu depan.“Saka, Saka, Saka,” panggil Tristan saat sang teman berjalan cepat di lorong kantor polisi hendak menuju ruang pribadinya.Tristan berlari menyamakan langkah dengan Saka karena pria itu tak kunjung menggubris panggilannya.“Ah elah lu Ka, gue panggil juga malah nyelonong aja.”“Jaga panggilan kamu, kita di k