"Masih ingat pulang?"
Pertanyaan sarkasme menyambut kedatangan Lidya, kedua kakinya terpaku di ruang tamu. Menghadap Sakalangit Bastara yang menatapnya dengan tajam berkilat kecewa.
"Aku sangat lelah, Saka, kita bicara nanti setelah aku istirahat."
Muka Lidya memang sedikit murung dari biasanya, terlihat dia benar-benar lelah dengan semua yang dijalani selama di Bali. Dia ingin menenggelamkan diri dalam kasur empuknya selama berjam-jam sampai semua letihnya sirna. Namun sepertinya Saka tidak akan membiarkan Lidya mendapatkan apa yang dia mau dengan cepat.
"Tetap di tempatmu!" nada suara Saka meninggi.
Lidya benar-benar menguras tuntas kesabaran Saka. Perempuan itu bahkan tidak meminta maaf atau mengatakan apa pun yang sekiranya bisa menenangkan hati sang suami. Apakah tidak ada sedikit pun rasa sesal di hati Lidya karena telah mempermainkan Saka?
Sharena celingukan mencari pemesan bakso acinya. Di balik masker hitam dan helm bogo cokelat yang dia kenakan, tersimpul senyum tipis ketika melihat lokasi yang dia datangi sekarang. Banyak orang lalu lalang, beberapa sibuk mengarahkan pemain, ada yang sedang membenarkan riasan, heboh masalah kostum dan kesibukan lainnya yang biasa ada di lokasi syuting. Dia tidak tahu itu lokasi apa, tapi dari banyaknya kru dan perlengkapan properti yang ada sepertinya itu bukan syuting FTV atau sinetron biasa."Maaf ya Mbak lama menunggu, saya baru beres syuting. Jadi berapa Mbak bakso acinya?" tutur seorang perempuan berusia sekitar tiga puluhan.Sharena menoleh ke arah orang tersebut lalu matanya membelalak."Kak Dian?" cicit Sharena spontan.Wanita yang dipanggil Dian itu mengernyit lalu memperhatikan sang kurir aci dengan saksama. Ketika Sharena membuka helm dan menurunkan maskernya, Dian tampak ter
“Lama-lama gue mumet beneran nyimak prahara rumah tangga lu, Ka. Ada ... aja yang dipermasalahkan setiap harinya. Kalian enggak bosan gitu?”Rumah Tristan adalah satu-satunya tempat yang bisa saka tuju saat ini. Dia sedang malas bepergian jauh dan tak mungkin juga pulang ke rumah orang tuanya. Mau tak mau dia singgah di apartemen kawannya yang super comel itu.“Gue datang ke sini untuk mendinginkan pikiran, lu jangan mancing emosi gue.”“Yang mau mancing emosi siapa? Gue hanya mengutarakan pendapat gue tentang hubungan rumah tangga lu sama si Lidya. Enggak ada akur-akurnya, terus aja baku hantam omongan.”“Kalau akur ngapain gue ke sini, bego!”Saka melempar bantal sofa, pria itu lantas berbaring di sana sambil memejamkan mata berat. Kepalanya sungguh mumet memikirkan kelanjutan hubungannya dengan Lidya. Mereka sudah tidak cocok dari berbagai hal namun Saka juga masih berat untuk melepaskan Lidya. Bag
Scene Sharena untuk syuting hari ini memang sedikit, jadi dia bisa pulang cepat. Sharena berpamitan pada seluruh kru dan Dian yang masih lanjut syuting hingga nanti malam—maklum pemeran utama. Sharena keluar dari area syuting mengendarai motor matic yang mulai menjadi benda kesayangan Sharena. Motor itu selalu menemaninya ke mana pun akhir-akhir ini. Lalu lintas kota Bandung saat sore hari memang tidak ada bedanya dengan lalu lintas Jakarta. Sama-sama padat dan rawan kemacetan, apalagi di jam pulang kerja seperti ini.Sharena menyalakan lampu sen kanan dan bersiap untuk belok, sayangnya ketika dia mulai mengarahkan setang motor ke kanan tiba-tiba muncul pengendara motor lain dari belakangnya yang hendak menyalip. Tabrakan pun tak terelakkan lagi, baik Sharena maupun pengendara motor itu sama-sama jatuh ke aspal. Lengkingan klakson menggema di sana, pengendara lain memberi peringatan pada kendaraan di belakangnya untuk mengurangi kecepatan karena adanya kecelaka
Malam harinya Sharena sedang istirahat di kamar, dia rebahan di kasur sambil mengompres pipinya dengan handuk basah. Gadis itu menatap langit-langit, mengingat kembali kejadian tadi sore dan beberapa keadaan yang menawannya bersama Saka dalam jangka waktu yang lumayan lama.Sore hari di pinggir jalan ...“Ayo naik!” kata Saka sudah duduk di atas motor Sharena.“Eh, mau ke mana, Pak?”“Kita ke rumah sakit untuk menyembuhkan luka kamu.”“Naik motor saya dan bapak yang bawa?”“Kenapa? Kamu keberatan?”“Bukan begitu, Pak, saya hanya tidak mau ada kesalahpahaman di antara kita. Walau begini juga saya kan artis ya, Pak. Tadi orang-orang enggak kenal karena saya pakai masker dan helm. Nanti kalau ke rumah sakit masa iya saya harus pakai masker dan helm pas diperiksa. Nanti disangka orang aneh, terus lagi nih ya, Pak, kalau kita semotor berdua itu bisa timbul fitnah. Secara kan
“Ahhh!” lengkingan suara Sharena menggema di sebuah ruangan yang tak seberapa besar. Saat ini, seorang wanita berusia 50 tahunan tengah mengurut kaki sang artis yang sebelumnya terkilir.“Aduh, Mak pelan sedikit bisa enggak? Aku enggak kuat nahan sakitnya.”“Tahan sebentar lagi ya Neng, nanti kalau titik nyerinya sudah diurut InsyaAllah enggak akan terlalu sakit kok.”“Aduh ... tapi aku udah enggak kuat, Mak, sumpah ini sakit banget. Lebih sakit dari nyeri datang bulan.”Walau terus dihiasi acara rengekan dan jerit kesakitan, sang tukang urut tetap melaksanakan tugasnya dengan baik hingga akhir. Saka yang menunggu Sharena di ruang tengah terlihat sedikit gusar mendengar gadis itu menjerit tanpa henti. Bisa dibilang dari awal Sharena masuk ke kamar untuk diurut sampai tuntas, gadis itu hanya berteriak kesakitan. Saka berpikir memang separah itu luka di kaki Sharena. Lima menit kemudian, sang tukang urut memap
“Pak Saka,” cicit Sharena cukup pelan namun pendengaran Saka sangat tajam sehingga dia tetap merespons.“Ya?”“Kok Bapak baik banget?”“Maksudnya?”“Iya Bapak baik banget, entah sama aku atau sama mak tukang urut tadi. Masa bayar urut aja sampai satu juta, itu Bapak kasihan kan melihat kondisi si mak urutnya? Secara kan tadi kita lihat sendiri, dia hidup sebatang kara, rumahnya tidak begitu layak, dan udah cukup tua juga. Ya, meskipun belum tua-tua banget.”Saka tidak merespons pertanyaan Sharena yang itu, bukan karena tidak mau tapi dia bingung harus memberi jawaban apa.“Hati Bapak terbuat dari apa sebenarnya?”“Tidak usah banyak tanya, setelah ini kita belok mana?” ujar Saka mengalihkan topik.“Di depan sana belok kanan, Pak!” kata Sharena sambil menunjuk arah jalan yang dimaksud.Mereka melanjutkan perjalanan tanpa percaka
Pertanyaan yang diajukan Sharena secara beruntun tempo hari bukan tidak masuk ke pikiran Saka sama sekali. melebihi siapa pun, dia terbebani dengan apa yang Sharena ungkapkan karena Saka merasa apa yang diucapkan perempuan itu adalah kenyataan. Saka hanya kesal pada dirinya sendiri karena bisa membingungkan hal ini. Seharusnya Saka tidak perlu bingung atau merasa bimbang. Untuk apa dia dilema, bukankah jawaban dari setiap pertanyaan yang muncul di benak Saka sudah sangat jelas? Ada hal lain yang harus Saka prioritaskan dibandingkan dengan bimbang memikirkan Sharena. Lidya, ya, perempuan itu. Seharusnya Saka lebih fokus pada istrinya. Sampai saat ini mereka masih bersitegang dan belum ada komunikasi sama sekali. Sebenarnya tadi malam Saka sempat berniat menghubungi Lidya. Pria itu menelepon pada ponsel Lidya namun tidak aktif. Memanggil melalui telepon rumah pun tak kunjung ada jawaban. Entah Lidya sudah tidur atau memang sedang tidak ada di rumah, yang pasti perasaan dan pik
Satu minggu berlalu, akhirnya peran Sharena sebagai gadis teraniaya di film terbaru yang dia bintangi bersama Dian tuntas sudah. Sharena senang tugasnya telah usai, artinya dia tidak perlu lagi berurusan dengan perempuan menyebalkan yang selalu cari gara-gara dengannya. Kezia, orang aneh yang sangat ingin menjadi musuh bebuyutan Sharena itu tidak pernah berhenti mencari gara-gara selama mereka syuting bersama.Ada saja tingkah menyebalkan Kezia yang merugikan Sharena di antaranya seperti; pura-pura jatuh dan mengotori pakaian Sharena, menghina secara verbal tanpa henti, selalu menyinggung masalah prostitusi online, dan sebagainya. Sempat sekali May menyaksikan Kezia sengaja mengerjai Sharena, gadis itu naik pitam dan ingin langsung menghajar Kezia. Sharena segera menghentikan May karena ia tidak ingin adiknya mendapat masalah.“Halo Sharena, sudah beres ya syutingnya? Tidak ada scene lagi?” tanya Kezia yang tiba-tiba datang hanya untuk men