Mila menatap ke arah putrinya yang masih terdiam di sebelahnya. Rasa bersalah menggerogoti dirinya, yang seolah ingin mengikis habis hatinya. Karena, seolah dirinya adalah orang tua yang telah mengorbankan hidup anaknya sendiri demi sebuah janji. Tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun, ia hanya menunggu hingga putrinya mengeluarkan suaranya. Suasana hening di kamar putrinya itu, hanya dihiasi dengan suara nafas dari dua wanita berbeda usia itu. Hingga beberapa saat kemudian, suara Aisyah berhasil memecahkan keheningan. "Jangan menangis Umi, Aisyah tidak apa-apa. Insyaallah Aisyah akan ikhlas menerima takdir yang sudah digariskan oleh Allah SWT, Umi. Aisyah akan menerima putra dari Tuan Atmadja sebagai suami. Dan Aisyah akan mencoba untuk merubahnya menjadi seorang suami yang baik. Semoga Allah memberikan hidayah kepada calon suami Aisyah, Umi." Mila memeluk erat tubuh putrinya, dengan suaranya yang serak akibat menangi
Baca selengkapnya