Flashback on ...
Di sebuah Club' terbesar di Jakarta, yaitu Sword Night Club' yang merupakan tempat para anak-anak konglomerat kelas atas terlihat menghabiskan waktu saat malam hari dengan ditemani para wanita malam. Dan terlihat di dalam ruangan VIP Club' tersebut, ada seorang pria berkulit putih dengan netra pekat elangnya dilengkapi bulu mata lentik serta hidung mancung dan bibir tebalnya dengan badannya yang sixpack dan selalu menjadi idaman para wanita.
Pria yang tak lain adalah Adyaksa Ramadhan Atmadja itu adalah pewaris tahta Atmadja Group yang merupakan perusahaan properti terbesar di Jakarta. Dirinya adalah tamu VIP yang setiap hari datang menghabiskan waktu untuk bersenang-senang bersama para sahabatnya untuk membuang rasa stres setelah seharian berkutat dengan pekerjaannya di perusahaan.
Mempunyai wajah yang tampan, tentu saja membuatnya dengan mudah mendapatkan wanita manapun yang dirinya mau. Namun, hobinya adalah berganti wanita setiap malam. Ia lebih suka berhubungan dengan para wanita malam dengan alasan tidak mau terikat hanya dengan satu wanita, karena setelah ia membayar wanita yang sudah melayani nafsunya, maka urusan langsung selesai dan tidak ada satu pun wanita yang berani menuntutnya macam-macam.
Adyaksa sudah duduk ditemani oleh seorang wanita cantik dengan body bak gitar spanyol yang memakai baju seksi yang menampilkan lekukan tubuhnya yang menarik setiap mata kaum pria yang menatapnya. Sedangkan di sudut kirinya, ada dua sahabatnya yang bernama Tony dan Rizal yang juga ditemani oleh dua gadis cantik, meskipun tidak secantik wanita yang berada di sebelah Adyaksa.
Adyaksa menatap ke arah dua sahabatnya dan menikmati whisky yang baru saja diambilkan oleh wanita yang menemaninya. "Bagaimana dengan pekerjaan kalian di kantor? Apakah perusahaan tempat kalian bekerja menaikkan gaji para staf perusahaan? Jika mereka tetap tidak mau menuruti tuntutan para staf perusahaan, lebih baik kalian berdua bekerja saja di perusahaanku!"
"Sebentar lagi Papaku akan menyerahkan perusahaan padaku. Jadi, kalian bisa bekerja di sana nanti dengan rekomendasi khusus dariku. Tunggu beberapa hari lagi, karena Papa akan pergi ke Swiss untuk memimpin perusahaan baru di sana."
"Wah ... boleh juga Bro, okelah kalau begitu. Kita berdua bekerja di Perusahaan Atmadja saja. Ternyata banyak untungnya berteman dengan seorang pewaris tahta Atmadja Group," jawab Tony dan dibalas anggukan kepala oleh Rizal yang berada di sebelahnya.
Adyaksa hanya tersenyum menyeringai saat dua sahabat baiknya semasa kuliah itu memujinya. "Memangnya kalian berdua baru sadar? Sudahlah, tidak perlu membahas ini lagi! Karena aku ingin bersenang-senang dengan wanitaku," ucap Adyaksa yang langsung bangkit dari sofa dan mengedipkan matanya ke arah wanita cantik nan seksi itu.
"Come on Baby! Berikan yang terbaik hari ini, dan aku akan membayar mahal dirimu atas pelayananmu jika berhasil memuaskanku!"
"Itu perkara yang mudah Tuan muda Adyaksa," jawab wanita cantik tersebut yang sudah bergelayut manja pada lengan kekar pria tampan yang sangat digilai oleh semua wanita itu.
Adyaksa menyunggingkan senyuman smirk dan mulai berjalan ke arah kamar yang berada di sudut sebelah kiri ruangan tersebut. Namun, bunyi pintu yang di dobrak paksa dari luar, membuatnya seketika menolehkan kepalanya ke arah belakang. Dan bisa dilihatnya wajah seorang pria paruh baya yang tengah menatapnya dengan tatapan tajam penuh kemurkaan.
"Papa? Buat apa Papa datang ke sini? Ini adalah tempat untuk para anak muda, bukan tempat untuk orang seumuran Papa. Mengganggu aku saja yang sedang ingin bersenang-senang," sarkas Adyaksa dengan sangat kesal.
Tanpa memperdulikan rungutan dari putranya, Ryan Atmadja mengarahkan dagunya untuk memberikan kode pada para pengawal pribadinya. Dan seperti yang dimintanya, empat pria dengan badan gempal itu langsung melaksanakan perintah dari majikannya untuk membawa paksa sang tuan muda itu keluar dari ruangan VIP tersebut dan membawanya ke Mansion Keluarga Atmadja.
Adyaksa tentu saja merasa sangat murka karena tangannya sudah ditahan oleh dua pengawal yang ada di Mansion. Dengan tatapan mata tajam penuh kilatan api, Adyaksa berteriak dengan suara baritonnya.
"Apa kalian mau mati? Lepaskan tanganku! Aku bisa berjalan sendiri, tidak perlu menahan tanganku! Atau aku habisi kalian berempat!" umpat Adyaksa dengan kemarahannya.
"Jangan perdulikan perkataannya! Cepat bawa dia pulang ke Mansion!" Dengan nada tegas penuh ancaman, Ryan mengeluarkan titahnya. Kemudian dirinya berjalan keluar dari ruangan VIP yang menurutnya adalah sebuah neraka itu dan diikuti oleh empat anak buahnya yang mengawal putranya.
*********
🍃Mansion Keluarga Atmadja 🍃
Ryan Atmadja sudah berada di ruangan kerjanya dan terlihat ia sedang duduk di kursinya menatap tajam ke arah putra satu-satunya yang terlihat sudah duduk di kursi yang berada di depannya dengan tangan kanan dan kiri ditahan oleh dua pengawal pribadinya.
"Apa-apaan sih Pa! Maksud Papa melakukan semua ini apa? Kenapa membawaku pulang seperti seorang tahanan saja. Malu-maluin aku di depan sahabatku dan wanitaku saja. Dan ini apa lagi, kenapa kalian berdua masih menahan tanganku? Lebih baik kalian berdua keluar! Aku tidak akan kabur dari sini, jika kalian tetap seperti ini, aku benar-benar akan menghabisi kalian berdua!" sarkas Adyaksa dengan mata penuh kilatan amarah.
Ryan Atmadja yang merasa sangat terganggu dengan suara teriakan dari putranya itu langsung memberikan kode dengan mengibaskan tangannya pada dua pengawalnya untuk keluar dari ruangan kerjanya. Dan seperti yang diharapkannya, dua pengawalnya berjalan keluar setelah menganggukkan kepala padanya.
"Papa ingin kamu menikah dengan wanita yang Sholihah yang kelak bisa membuatmu berubah menjadi lebih baik. Semua kenikmatan yang ada di dunia ini bersifat sementara, Putraku. Karena yang kekal adalah kehidupan di akhirat nanti. Papa ingin kita sekeluarga nanti berkumpul di Surganya Allah SWT saat hari akhir nanti. Dan Papa sudah menemukan wanita yang akan menuntunmu kembali ke jalan Allah SWT."
Adyaksa seketika bangkit dari kursinya dan lagi-lagi ia merasa sangat terkejut mendengar perkataan dari sang Papa. "Apa Pa, menikah? Bahkan aku belum puas bersenang-senang menikmati hidup. Aku tidak ingin menjalani hidup membosankan bersama satu wanita. Aku tidak akan pernah menuruti ide gila Papa, lebih baik batalkan rencana gila Papa itu!"
Setelah meluapkan emosinya, Adyaksa melangkahkan kakinya untuk berjalan menuju ke pintu keluar. Namun, baru dua langkah kakinya melangkah, indera pendengarannya menangkap suara bariton dari sang Papa yang mengeluarkan ancamannya.
"Jika kamu tidak menuruti perintah dari Papa, kamu tidak akan mendapatkan warisan satu peser pun. Karena Papa akan menyumbangkannya di yayasan amal dan juga panti asuhan," hardik Ryan Atmadja dengan netra pekatnya yang menatap tajam ke arah punggung lebar putranya.
Adyaksa mengepalkan kedua tangannya dan berbalik ke arah pria paruh baya tersebut. "Jadi, Papa sekarang mengancamku?"
"Anggap saja seperti itu! Karena hanya ini yang bisa Papa lakukan untuk menolongmu dari lembah kenistaan yang akan membuatmu berakhir di Neraka, Putraku. Besok Papa dan Mama akan pergi ke rumah sahabat Papa untuk menentukan tanggal pernikahan kalian. Dia adalah seorang gadis yang sangat luar biasa, karena menghabiskan masa kecilnya hingga dewasa di sebuah pondok pesantren."
"Tentu saja ilmu agamanya akan membantumu untuk mendapatkan kebaikan dan semoga kamu bisa berubah menjadi seorang Imam yang baik saat berumah tangga nanti," ucap Ryan Atmadja.
"Jadi aku harus menikah dengan gadis yang membosankan? Astaga Pa, apa tidak ada wanita lain yang lebih baik daripada gadis yang suka memakai pakaian seperti daster kedodoran itu! Aku bahkan masih 25 tahun, tapi Papa sudah memaksaku untuk menikah," sarkas Adyaksa dengan sangat kesal.
"Jika kamu tidak bersedia menikah dengan putri dari sahabat Papa yang bernama Aisyah, kamu bisa segera angkat kaki dari Mansion!" ancam Ryan pada putranya.
Adyaksa mengacak frustasi rambutnya, tentu saja saat ini ia merasa sangat kesal mendapatkan ancaman dari sang Papa yang mengarahkan tatapan menghunus kepadanya. Karena tidak mempunyai pilihan lain, akhirnya ia mulai mengungkapkan persetujuannya.
"Baiklah ... baiklah, aku bersedia menikah. Kalau perlu, besok aku akan menikahinya. Apa Papa puas?"
Ryan Atmadja mengarahkan ibu jarinya pada putranya dengan seulas senyuman yang terbit di wajahnya. "Bagus, itu baru anak Papa. Mungkin sebelum menjelang Ramadhan, kalian akan menikah. Besok Aisyah pulang dari pondok pesantren, jadi Papa akan langsung meminangnya untukmu. Semoga Aisyah menyetujui niat baik ini."
"Kalau begitu, aku akan berdoa agar wanita membosankan itu menolak rencana gila ini," ucap Adyaksa dengan tersenyum smirk.
"Doamu tidak akan pernah dikabulkan oleh Tuhan, tapi doa dari seorang Aisyah, pasti langsung dikabulkan oleh Tuhan. Karena dia adalah seorang gadis yang suci dan murni, ibarat kertas putih yang belum pernah ternoda dengan tinta. Dan Papa berharap dia akan mengikuti jejak Aisyah istri Kanjeng nabi Muhammad SAW."
Sedangkan Adyaksa hanya berwajah masam saat diejek oleh sang Papa. Tentu saja dirinya hanya bisa mengumpat di dalam hatinya.
'Sial, aku harus menghabiskan waktuku dengan wanita yang sangat membosankan. Lebih baik nanti aku mengancamnya agar mau menolak rencana pernikahan ini.'
Flashback off ...
TBC ...
Melihat reaksi terkejut dan wajah yang berubah pias dari sang putri satu-satunya, membuat Mila langsung melangkah ke depan untuk menghampiri anak tunggalnya tersebut. Sebagai seorang Ibu, tentu saja Mila sangat mengerti perasaan dari putrinya yang terlihat shock karena langsung diberitahu mengenai perjodohan itu saat baru pulang dari pondok pesantren. Mila menatap ke arah calon besannya untuk memohon ijin berbicara dari hati ke hati dengan putrinya. "Suamiku, aku akan berbicara dengan Aisyah sebentar, untuk berbicara empat mata dengannya. Kamu dan besan bisa kembali berbincang saja di ruang tamu!" "Ayo putriku, Umi ingin berbicara padamu sebentar. Akan tetapi, kamu sapa dulu teman Abi ini!" Setelah berhasil menenangkan perasaannya, Aisyah menganggukkan kepalanya dan langsung mengungkapkan permohonan maafnya pada pasangan yang istri yang berada di depannya tersebut.&nbs
Mila menatap ke arah putrinya yang masih terdiam di sebelahnya. Rasa bersalah menggerogoti dirinya, yang seolah ingin mengikis habis hatinya. Karena, seolah dirinya adalah orang tua yang telah mengorbankan hidup anaknya sendiri demi sebuah janji. Tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun, ia hanya menunggu hingga putrinya mengeluarkan suaranya.Suasana hening di kamar putrinya itu, hanya dihiasi dengan suara nafas dari dua wanita berbeda usia itu. Hingga beberapa saat kemudian, suara Aisyah berhasil memecahkan keheningan."Jangan menangis Umi, Aisyah tidak apa-apa. Insyaallah Aisyah akan ikhlas menerima takdir yang sudah digariskan oleh Allah SWT, Umi. Aisyah akan menerima putra dari Tuan Atmadja sebagai suami. Dan Aisyah akan mencoba untuk merubahnya menjadi seorang suami yang baik. Semoga Allah memberikan hidayah kepada calon suami Aisyah, Umi."Mila memeluk erat tubuh putrinya, dengan suaranya yang serak akibat menangi
Setelah melakukan perdebatan cukup panjang dengan orang tuanya yang awalnya sangat murka mendengar kata-kata tidak sopannya, akhirnya Adyaksa merasa sangat puas setelah mendengar keputusan dari mertuanya yang mengijinkannya untuk membawa wanita yang baru dinikahinya. Tentu saja dengan berat hati, Rendi merestui kepergian putrinya yang memang memiliki sebuah kewajiban untuk mengikuti kemanapun suaminya pergi. Karena Surga seorang istri bukan lagi di bawah telapak kaki ibu, namun ada pada restu suaminya. Sedangkan Aisyah yang sebenarnya merasa tidak rela pergi secepat itu meninggalkan kedua orang tuanya, tidak mampu mengungkapkan perasaannya. Karena dirinya sangat mengerti akan kewajibannya sebagai seorang istri. Dan dirinya sadar harus menuruti perintah dari pria yang baru saja menikahinya tersebut. Aisyah terlihat sedang berpamitan pada kedua orang tuanya, ia sengaja menahan s
Aisyah mengucapkan basmalah dan salam saat melangkahkan kakinya memasuki bangunan megah keluarga Atmadja yang bisa dengan jelas dilihatnya segala bentuk kemewahan yang ada di dalam Mansion yang akan menjadi tempat tinggalnya tersebut.Lantai marmer mengkilat berwarna abu-abu yang dipijaknya itu seolah menunjukkan bahwa lantai itu setiap hari dibersihkan oleh banyaknya pelayan yang telah menjawab salamnya saat berbaris rapi di depannya.Aisyah sibuk mengamati segala furniture yang menghiasi ruang tamu yang bahkan berukuran 10 kali lipat dari ruangan kamarnya. Sofa empuk berwarna merah hati dengan beberapa lemari kaca yang menampilkan banyaknya benda-benda antik di dalamnya, serta ada beberapa guci berukuran cukup besar yang berada di sudut ruangan, menambah kesan glamor di ruangan tamu tersebut.Tentu saja melihat semua kemewahan yang dilihatnya, membuatnya mulai mengerti kenapa pria yang menikahinya itu menuduhnya adalah
Aisyah benar-benar sangat terkejut saat mendapat serangan tiba-tiba dari pria yang sudah dengan sangat kasar menciumnya. Bahkan itu adalah yang pertama kali untuknya. Namun, ia harus merasakannya dengan sangat kasar dari pria yang sudah menikahinya. Ia berusaha melepaskan cengkraman tangan dari suaminya yang menahan tengkuknya dengan cara mendorong dada bidang telanjang itu.Setelah berhasil menghentikan perbuatan dari suaminya, Aisyah langsung mengungkapkan perasaannya yang membuncah. "Jangan lakukan ini padaku, Mas! Mas sedang dikuasai oleh amarah yang berasal dari nafsu syetan. Aku bersedia melayanimu saat kamu benar-benar sudah menerimaku seutuhnya sebagai istrimu. Aku ingin kamu melakukannya saat Mas sudah mencintaiku.""Bukan dengan cara seperti ini, karena Mas sedang dikuasai oleh amarah," ucap Aisyah yang sudah mengambil kerudungnya yang tadi dilepas paksa oleh pria yang saat ini tengah menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. Kemu
Dengan wajah penuh kilatan amarah, Adyaksa keluar dari ruangan kamarnya, dan ia pun membanting pintu dengan sangat kasar. Hingga suara dari pintu yang cukup keras, membuat bising Mansion besar itu. Dirinya mulai berjalan ke arah lift dan masuk ke dalamnya.Beberapa saat kemudian, ia keluar dari lift dan langsung melangkahkan kakinya menuju ke ruangan gym. Ia sengaja pergi ke sana untuk mengambil stick golf yang akan digunakannya untuk melawan para pengawal yang mungkin akan menghalangi jalannya. Dan seperti yang dipikirkannya, para pengawal yang melihatnya keluar dari pintu utama, berniat untuk menghalangi jalannya.Dengan mata penuh kilatan amarah, Adyaksa menatap tajam para pengawal di Mansion dan mengeluarkan ancamannya. "Jika ada diantara kalian yang mau mati, majulah! Aku bisa meremukkan kepala dan tulang-tulang kalian! Jika kalian masih ingin hidup, menyingkirlah dari hadapanku!"Akhirnya para pria berbadan gempal
Adyaksa yang baru saja memejamkan matanya, merasa terganggu dengan suara dering ponselnya yang berbunyi. Dengan mata masih terpejam, ia menyuruh wanita yang berada di sebelahnya untuk mereject panggilan tersebut."Matikan ponselnya! Jangan lupa nonaktifkan ponselku, aku tadi lupa. Dan 1 lagi, ambil bayaranmu dari kantong celanaku dan pergilah! Aku sudah tidak membutuhkanmu!" ucap Adyaksa masih dengan posisi mata yang terpejam.Paula hanya tersenyum kecut saat mendengar kalimat pengusiran dari pria yang sudah dilayaninya itu. Karena merasa penasaran dengan siapa yang menelfon, ia membawa ponsel milik pria yang sudah melanjutkan tidurnya itu ke dalam kamar mandi.Dan benar saja, ponsel tersebut kembali berdering. Tanpa membuang waktu, ia langsung menggeser tombol hijau ke atas. Dan bisa didengarnya suara seorang wanita. Senyum penuh seringai jahat terpancar jelas dari wajahnya.Kemudian ia mulai menjaw
Pukul 3 dini hari, Adyaksa terbangun dari tidurnya karena merasa ingin buang air kecil. Saat ia membuka kedua matanya, bisa dilihatnya dari belakang siluet dari wanita yang sedang bersujud cukup lama di atas sajadah. Seolah kesadarannya masih belum terkumpul sepenuhnya, hingga ia menganggap bahwa siluet itu adalah hantu.Namun, saat dirinya mulai mengingat bahwa di dalam kamarnya sekarang bukan hanya ada dirinya, baru ia menyadari bahwa sosok itu adalah wanita yang kemarin baru di nikahinya. Tentu saja ia mengerutkan keningnya, karena melihat wanita di depannya itu bersujud cukup lama.'Apa yang sedang wanita munafik itu lakukan? Kenapa berada dalam posisi itu cukup lama? Apakah dia mati? Jika dia mati di kamarku, bisa-bisa nanti malah aku yang dituduh sebagai pembunuhnya. Sial ... wanita tidak berguna ini benar-benar menyusahkan saja.'Setelah sibuk bergumam di dalam hatinya, Adyaksa buru-buru turun dari ranjang king size miliknya. Hal pertama yang ingin dilaku
Setelah puas mengungkapkan puji syukur dan rasa terima kasihnya pada sang menantu yang merupakan wanita shalihah dan menjadi idaman setiap laki-laki itu, pasangan suami istri yang tak lain adalah Ryan Atmadja dan sang istri sudah meninggalkan kamar putranya.Tentu saja sebelumnya, Ryan sudah memberikan sebuah ultimatum keras pada Adyaksa, yaitu jika sampai sekali lagi Aisyah mempunyai niat untuk meninggalkan Mansion, yang akan bertanggungjawab adalah putranya. Salah satu tanggungjawabnya adalah, Adyaksa pun harus pergi dari Mansion dan tidak akan mendapatkan harta satu peser pun arena Ryan Atmadja akan menyumbangkan semua hartanya ke panti asuhan.Adyaksa yang saat ini sudah menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, masih terus terngiang tentang ancaman dari sang papa.Jika sampai Aisyah melangkah keluar dari rumah ini, kamu pun harus angkat kaki dan papa akan menyumbangkan semua harta kekayaan keluarga ke yayasan amal. Da
Aisyah yang masih pada posisi berlutut di lantai, menatap iba pada wajah mertuanya yang terlihat penuh ketulusan saat memohon kepadanya. Bahkan ia yang merasa sangat tidak enak, kebingungan untuk mengambil keputusan. Saat ia tengah bimbang, sentuhan jemari lembut mama mertuanya mendarat di wajahnya untuk menghapus bulir bening di pipinya."Aisyah, mama mohon padamu, jangan pergi meninggalkan kami. Tetaplah menjadi menantu kami, Sayang karena mama akan sangat berdosa pada abi dan umimu jika kamu pergi dan bercerai dengan Adyaksa."Wanita paruh baya tersebut beralih menatap ke arah putra kesayangannya yang terlihat tengah berdiri menjulang tak jauh darinya. "Putraku, mama mohon padamu, Sayang. Perlakukan istrimu dengan baik. Dia adalah istrimu, jangan menyakitinya karena jika sampai kamu menyakitinya, itu sama saja kamu menyakiti mama. Apa kamu tahu itu? Cepat minta maaf pada istrimu!"Adyaksa yang sama sekali tidak tertar
Aisyah baru saja menyelesaikan ritual rutinnya, yaitu mendoakan orang-orang disekitarnya, khususnya adalah orang tuanya. Bahkan ia sama sekali tidak pernah berdoa untuk kebahagiannya sendiri karena yang dipikirkan adalah kebahagiaan orang-orang yang disayanginya.Ia melipat mukena dan memasukkan ke dalam tas jinjing miliknya. Tentu saja ia baru menyadari bahwa sudah tidak ada orang yang berada di surau itu, hanya dirinya yang berada di sana karena dari tadi kusyuk berdoa."Semua orang pasti sudah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Apakah papa dan mama sudah bangun? Aku harus menemui mereka untuk segera berpamitan. Alhamdulillah aku masih mempunyai uang, jadi aku bisa naik kendaraan umum untuk pulang ke Bandung. Mungkin dari sini nanti, aku akan memesan ojek online untuk mengantarkan aku ke terminal. Tidak mungkin aku menerima bantuan dari keluarga ini untuk mengantarkan aku pulang menemui abi dan umi."Setela
Bik Inah baru saja menyelesaikan kewajibannya, yakni sholat subuh berjamaah bersama para pelayan yang ada di Mansion. Setelah selesai, ia buru-buru melepaskan mukena yang dipakainya dan berjalan keluar dari surau yang didirikan oleh majikannya untuk para pelayan yang berjumlah 10 orang di Mansion.Karena ia adalah pelayan yang paling lama bekerja di istana itu, sehingga majikannya sangat mempercayainya dan menyerahkan semua urusan pekerjaan rumah di Mansion padanya. Sehingga ia merasa harus segera memberitahu majikannya mengenai istri dari tuan mudanya yang memutuskan untuk pergi meninggalkan Mansion keluarga Atmadja.Ia bisa melihat siluet wanita yang menurutnya secantik bidadari, saat ini tengah khusyuk berdoa. "Kasihan Nona Aisyah, di usianya yang masih sangat muda, ia harus mengalami ujian dalam rumah tangganya yang sangat menyakitkan. Pasti saat ini ia tengah memasrahkan seluruh hidupnya pada Allah SWT. Melihat wanita sebaik Nona Aisyah
"Apakah Tuan muda akan merasa senang dan bahagia jika aku pergi dan tidak akan pernah kembali?" tanya Aisyah dengan suara seraknya karena menahan perasaannya yang terluka."Tentu saja. Kenapa? Apakah kamu mau pergi jika aku bilang sangat senang?" ejek Adyaksa yang tersenyum sinis.Aisyah terlihat meremas mukena yang masih dipakainya. Bulir bening telah berhasil lolos dari bola matanya saat mendengar kalimat bernada pengusiran dari pria yang terlihat duduk di pinggir ranjang king size tersebut. "Apakah lebih baik aku pergi Tuan muda," tanya Aisyah yang terlihat sangat terluka begitu melihat senyum sinis dari pria yang baru saja menikahinya."Jika kamu ingin pergi, jangan pakai bertanya segala. Apakah kamu berpikir aku akan berlutut di kakimu untuk menahan kepergianmu seperti yang ada di film-film? Jangan pernah pernah bermimpi, karena aku tidak akan melakukannya. Oh ya, ada 1 hal lagi yang perlu kamu ingat. Jika kamu kelu
Aisyah terlihat meringis kesakitan saat tubuhnya terjerembab ke lantai dingin itu. "Astaghfirullah ...."Untuk sesaat Aisyah terdiam dan mencoba menenangkan perasaan dan pikirannya yang benar-benar merasa sangat terluka batin dan fisiknya. Namun, rasa sakit di tubuhnya sama sekali tidak sebanding dengan rasa sakit yang dirasakan hatinya. Berkali-kali ia mencoba untuk bersabar dan menyerahkan semuanya pada sang pencipta alam semesta.Setelah berhasil menenangkan perasaannya, ia yang terduduk di lantai itu, langsung bangkit berdiri. Manik bening miliknya menatap ke arah ranjang, di mana pria yang baru saja berbuat kasar padanya telah tertidur. Karena bisa di dengarnya, suara nafas teratur dari sang suami.'Sampai kapan kamu berbuat kasar padaku Mas? Apakah aku sangat buruk di matamu? Jika kamu memang benar-benar sangat membenciku, apa yang bisa aku lakukan? Aku tidak bisa berbuat apa-apa, hanya Allah SWT yang bisa merubah
Pukul 3 dini hari, Adyaksa terbangun dari tidurnya karena merasa ingin buang air kecil. Saat ia membuka kedua matanya, bisa dilihatnya dari belakang siluet dari wanita yang sedang bersujud cukup lama di atas sajadah. Seolah kesadarannya masih belum terkumpul sepenuhnya, hingga ia menganggap bahwa siluet itu adalah hantu.Namun, saat dirinya mulai mengingat bahwa di dalam kamarnya sekarang bukan hanya ada dirinya, baru ia menyadari bahwa sosok itu adalah wanita yang kemarin baru di nikahinya. Tentu saja ia mengerutkan keningnya, karena melihat wanita di depannya itu bersujud cukup lama.'Apa yang sedang wanita munafik itu lakukan? Kenapa berada dalam posisi itu cukup lama? Apakah dia mati? Jika dia mati di kamarku, bisa-bisa nanti malah aku yang dituduh sebagai pembunuhnya. Sial ... wanita tidak berguna ini benar-benar menyusahkan saja.'Setelah sibuk bergumam di dalam hatinya, Adyaksa buru-buru turun dari ranjang king size miliknya. Hal pertama yang ingin dilaku
Adyaksa yang baru saja memejamkan matanya, merasa terganggu dengan suara dering ponselnya yang berbunyi. Dengan mata masih terpejam, ia menyuruh wanita yang berada di sebelahnya untuk mereject panggilan tersebut."Matikan ponselnya! Jangan lupa nonaktifkan ponselku, aku tadi lupa. Dan 1 lagi, ambil bayaranmu dari kantong celanaku dan pergilah! Aku sudah tidak membutuhkanmu!" ucap Adyaksa masih dengan posisi mata yang terpejam.Paula hanya tersenyum kecut saat mendengar kalimat pengusiran dari pria yang sudah dilayaninya itu. Karena merasa penasaran dengan siapa yang menelfon, ia membawa ponsel milik pria yang sudah melanjutkan tidurnya itu ke dalam kamar mandi.Dan benar saja, ponsel tersebut kembali berdering. Tanpa membuang waktu, ia langsung menggeser tombol hijau ke atas. Dan bisa didengarnya suara seorang wanita. Senyum penuh seringai jahat terpancar jelas dari wajahnya.Kemudian ia mulai menjaw
Dengan wajah penuh kilatan amarah, Adyaksa keluar dari ruangan kamarnya, dan ia pun membanting pintu dengan sangat kasar. Hingga suara dari pintu yang cukup keras, membuat bising Mansion besar itu. Dirinya mulai berjalan ke arah lift dan masuk ke dalamnya.Beberapa saat kemudian, ia keluar dari lift dan langsung melangkahkan kakinya menuju ke ruangan gym. Ia sengaja pergi ke sana untuk mengambil stick golf yang akan digunakannya untuk melawan para pengawal yang mungkin akan menghalangi jalannya. Dan seperti yang dipikirkannya, para pengawal yang melihatnya keluar dari pintu utama, berniat untuk menghalangi jalannya.Dengan mata penuh kilatan amarah, Adyaksa menatap tajam para pengawal di Mansion dan mengeluarkan ancamannya. "Jika ada diantara kalian yang mau mati, majulah! Aku bisa meremukkan kepala dan tulang-tulang kalian! Jika kalian masih ingin hidup, menyingkirlah dari hadapanku!"Akhirnya para pria berbadan gempal