Bagian 14 Dalam Dekapan Harimau Putih Ana berjalan lurus ke luar dari rumahnya tanpa alas kaki. Gaun putihnya yang panjang menyeret bebatuan warna-warni yang terasa begitu ringan terkena kabut putih. Ya, wanita itu ditutupi oleh kabut yang dikirim oleh Damar. Sebab harimau putih itu tak mau ada satu orang pun yang melihat pengantinnya. “Berjalanlah terus kemari, pengantinku. Aku adalah penguasa tertinggi di sini, saatnya kau berterima kasih padaku.” Mendengar ucapan seperti itu Ana hanya mengangguk saja. Namun, air matanya terus mengalir membasahi wajahnya yang diberi make up lengkap. Ia masih sadar dengan dirinya, hanya saja tak bisa melawan ketika kakinya terus saja melangkah. Sengaja memang Damar berbuat demikian, ia ingin melihat Ana tersiksa dengan perang batinnya sendiri. “Tolong,” ujar Ana perlahan. Namun, suaranya berpendar di dalam kabut putih ciptaan Damar. “Andra, tolong, Mama takut.” Butir air mata keluar dari sudut penglihatan Ana. Menyesal rasanya ia biarkan putran
Read more