Semua Bab OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU: Bab 51 - Bab 60

71 Bab

Bab 51 Membuka Hati

"Sayang … banget." Aku menjawab dengan tersenyum, sambil melihat ke arah sosok kecil yang tengah tertawa itu."Kalau papanya?" tanya Mas Bima kemudian."Sayang juga." "Sayang?" suara Mas Bima seperti sebuah penegasan atas jawabanku.Aku langsung menoleh, bola mataku berputar. Aku bicara apa barusan. Itu jawaban yang spontan keluar dariku begitu saja."Apa?" tanyaku pura-pura tak sadar dengan yang aku katakan. Kan malu …"El sini!" Mas Bima kemudian memanggil El yang duduk di seberang meja bersama yang lainnya.El langsung berdiri dan berjalan ke arahku dan Mas Bima."El, papa mau tanya? El sayang Bunda nggak?" tanya Mas Bima pada anak laki-lakinya itu. Aku melihat kedua pria yang berbeda generasi itu dengan kening sedikit mengkerut."Sayang banget." El tersenyum melihatku seraya merapat tubuh kecilnya padaku."Pengen nggak jadiin Bundanya El beneran?" tanya Mas Bima lagi. Aku menoleh ke arah Mas Bima, tak mengira dia akan menanyakan hal itu pada anaknya. "Iya." El mengangguk dengan
Baca selengkapnya

Bab 52 Pov Andrian

Langkahku terhenti seketika, raga ini seolah tak bertenaga. Rasa sakit dengan cepat mengalir dan serasa membekap dada. Kehilangan cinta Hana telah membuat aku terpuruk. Tetapi, ini lebih buruk dari itu. Melihat Luna berada dalam gendongan pria itu, rasanya sakit sekali hatiku.Semua memang salahku, buah dari perbuatan bejatku, Yang telah menyia-nyiakan permata demi pecahan kaca. Bima benar tentang itu, tapi, apa dengan kehilangan cinta Hana belum cukup menjadi hukuman untukku. Apa aku juga harus kehilangan cinta anak-anakku."Liat apaan sampai segitunya?" tanya Hendra temanku sama-sama seorang kepala cabang hanya berbeda perusahaan. Beruntung tak ada yang mengenal Hana diantara teman-temanku hari ini. "Nggak papa, ditunggu dimana kita?" Aku mencoba mengalihkan perhatian. Ingin menghindar tidak mungkin malah akan menjadi pertanyaan. Hendra menunjuk sebuah saung dengan nomor 8A. Aku bergegas mengikuti langkahnya, tetap saja perhatianku masih fokus pana Hana dan anak-anak. Mereka terli
Baca selengkapnya

Bab 53 Sebuah Keputusan

"Iya, ada masalah? Hana berhak bahagia, dan aku akan melakukan segalanya untuk itu." Bersamaan aku menoleh ke arah asal suara, entah sejak kapan Mas Bima mendengar pembicaraanku dengan Mas Andrian. Antara kaget dan malu, bahkan aku tadi tak memberi jawaban apa-apa atas pertanyaannya."Aku akan menikahi Hana, secepatnya," ucap Mas Bima lagi. Dengan yakin Mas Bima mengucapkan di depan Mas Andrian. Sudah kepalang basah, bukankah aku tadi yang mengawalinya. "Hana … pikirkan anak-anak. Maafkan mas, beri kesempatan sekali lagi. Mas yakin masih bisa memperbaiki semuanya. Kalau perlu kita pergi dari sini, kita mulai hidup baru di tempat yang baru," bujuk Mas Andrian padaku.Aku menggeleng pelan, apa yang Mas Andrian lakukan sudah sangat fatal dan keterlaluan. Maaf mungkin mudah untuk diberikan secara lisan. Tapi, luka hati dan trauma yang mendalam akan sulit dilupakan."Biarkan Hana bahagia denganku, cukup dengan cara itu luka Hana akibat pengkhianatanmu akan berusaha aku sembuhkan." Mas Bim
Baca selengkapnya

Bab 54 Masa lalu

Sesuai dengan janjinya, malam ini Mas Bima mengutarakan keinginannya untuk segera menikahiku. Mama yang sudah tahu kami cukup dekat dan sudah mengenal Mas Bima, mengembalikan sepenuhnya keputusan padaku. Pada intinya dia menyukai Mas Bima dan menyetujui hubungan kami.Lampu hijau dari dua keluarga, izin dan dukungan juga sudah kami dapatkan. Hanya tinggal mengurus surat-surat alias berkas yang dibutuhkan nantinya. Janda dan duda, sama-sama memiliki anak. Semoga kami bisa saling belajar dari kegagalan pernikahan sebelumnya.Malam itu juga Mas Bima memperkenalkan aku pada teman-temannya. Dia tanpa ragu menyebutku Bundanya El. Tidak ada yang salah, El memang memanggilku demikian. Senyum tersungging sepanjang acara."Nanti giliran kita," ucap Mas Bima saat melihat sepasang pengantin yang terus saja mengumbar senyumnya di pelaminan."Hana mau yang sederhana. Di KUA aja selesai, lagi dah sama-sama tuanya kan?!""Yang penting, sah." Mas Bima menambahkan, aku mengangguk dan tersenyum. Hampir
Baca selengkapnya

Bab 55 Dia ingin kembali

"Wah … hati-hati, Say. Ntar taunya ngajak balikan Mas Bima alasannya anak. Tapi, Mas Bima keren … dia cukup bijaksana. Harusnya gitu memang, lagian siapa suruh ninggalin laki sekeren Mas Bima. Nurutin cinta buta … itulah dapatnya," respon Yola sesaat setelah mendengar ceritaku."Aku semakin yakin, nggak salah pilih. Mas Bima juga sayang sama anak-anak. Dan, anak-anak juga sayang sama Mas Bima." Aku menambahkan."El juga dah sayang banget sama Bundanya." Yola menimpali ucapanku. Aku tersenyum mendengarnya."Aku juga sayang sama El, semuanya akur. Happy banget kalau liat mereka lagi ngumpul," tambahku kemudian."Sampai Key bilang mau jadi anak Bunda Hana sama Papa Bima. Maksudnya apa coba?" Aku tertawa mendengar cerita Yola."Iya, kalau pas lagi bareng-bareng gitu. Disangkanya semua anakku … pada liatin semua. Pernah ada yang ngira Key sama Al kembar. Tingginya kan sama, gedenya juga." Aku teringat ucapan beberapa orang yang sering mengira Key anakku juga."Tandanya harus disegerakan i
Baca selengkapnya

Bab 56 Hubungan Rumit

El berdiri di depan teras, ini bukan sebuah pemandangan yang bisa dinikmati. Pertemuan antara seorang anak dengan Ibunya. Aku menarik napas,mengatur gejolak batin yang sedang aku rasakan sekarang. Aku tak dapat mengartikan tatapan El, hatiku sedang kacau untuk dapat membaca arti tatapan itu."El … mama rindu sayang." Tangan Mama El terentang, dengan berlinang air mata dia memanggil anak lelakinya tersebut.Aku membuang pandanganku, bagaimanapun mereka adalah ibu dan anak. Tak seharusnya aku merasa sakit, bila El ingin bersama mamanya. Tapi, aku tak bisa membohongi hati nurani. Meski El bukan anakku, tapi selama ini aku sudah menganggapnya begitu. Dia sama aeperti Al dan Luna. "El … sini sayang sama Nenek," panggil wanita baruh baya itu pada El cucunya.El sesaat terdiam dan kemudian melangkah, aku benar-benar sedang menyiapkan hatiku. Untuk pemandangan yang lebih mengharukan. Mas Bima menggengam erat tanganku, sepertinya dia mengerti apa yang aku rasakan."Bunda …." Aku kaget ketika E
Baca selengkapnya

Bab 57 Rima Pingsan

"Den El pernah sangat rindu pada mamanya, sampai sakit. Akhirnya Pak Bima meminta tolong pada Bu Rima untuk menemui Den El. Tapi, Bu Rima minta Pak Bima mengantar Den El kerumahnya. Selama disana Den El cerita tidak diurus mamanya. Bu Rima sibuk mengurus suami barunya. Dan pernah dimarahi juga sama suaminya Bu Rima, dan Bu Rima malah ikut marah-marah. Den El hanya bercerita ke saya, bahkan Pak Bima tidak tau hal ini." Bi Nur bercerita panjang lebar. Aku syok mendengarnya."Tapi, El anak baik dan penurut, tega sekali." Ada rasa tak terima, berbulan-bulan mengenal dan mengurusnya aku tau betul sifat dan karakter El."Kamu belum jawab, ada apa?" tanya Mama lagi."Ada mamanya El datang bersama ibunya. Minta balikan lagi." Aku menjawab pertanyaan Mama."Saya nggak rela Bund, nggak Ikhlas." Bi Nur tiba-tiba menangis."Nggak Bi, Bi Nur kan dengar sendiri jawaban Mas Bima tadi." Aku mengusap lengan pengasuh El tersebut."Bukannya sudah nikah lagi?" tanya Mama kemudian."Iya Ma, tapi suaminya
Baca selengkapnya

Bab 58 Saling Melengkapi

Terdengar Mas Bima berbicara dengan mantan Ibu mertuanya yang masih terisak. Mas Bima terlihat mengeluarkan kembali lembaran-lembaran merah seratus ribuan dari dalam dompetnya dan memberikan kepada wanita paruh baya itu. Kami masih bergeming di tempat yang sama, sampai mobil menghilang dari pandangan. Aku menarik napas dalam, semoga tak ada kejadian seperti ini lagi. Aku hanya memikirkan perasaan El, dan tak ingin jiwa putih itu sampai terluka."Terima kasih," ucap Mas Bima, aku sedikit kaget karena dia tiba-tiba memelukku. "Aku kuat karenamu," ucapnya lagi."Hana juga, terima kasih telah menempatkan Hana di dasar hati terdalamnya Mas Bima." Apalagi yang lebih baik dari itu, aku merasa sangat berarti untuknya. Demikian halnya dirinya yang sangat berarti untukku."Aku merasa ini belum berakhir." Mas Bima melepas pelukannya. Kedua tangannya meraih tanganku dan menggenggamnya. "Perasaanku mengatakan mereka akan datang lagi.""Iya." Apa yang aku pikirkan ternyata sama dengan yang Mas Bim
Baca selengkapnya

Bab 59 Jangan Pernah Berubah

"Biar Hana aja Mah, sama Bi Nur yang bereskan. Mama istirahat dulu … jangan capek-capek." Aku harus memaksa Mama untuk rehat, saking asyiknya kadang dia lupa kalau kondisinya tidak terlalu sehat."Mama nggak apa-apa, bisa kok." Mama bersikeras.Kami sedang membersihkan dan membereskan kamar untuk Kakak dan adikku yang akan datang lusa. Tidak mengundang banyak orang, acara memang dikhususkan hanya untuk keluarga saja. Ada Bude dan sepupu juga, tapi, mereka memilih untuk menginap di hotel.Tidak ada resepsi, hanya acara makan bersama keluarga selepas dari kantor KUA. Benar-benar sederhana yang penting sah di mata Agama dan juga Negara. Tak ada rencana bulan madu juga, kami punya anak-anak yang masih kecil. Dan, aku tak akan tega meninggalkan mereka. Walaupun liburan kami harus bersama-sama."Rendi besok berangkatnya, sama Budemu," ucap Mama sambil memasukkan bantal ke sarungnya. "Cahya lusa katanya." Mama menambahkan."Iya, udah kasih tau Hana juga." Aku membalas sambil mengeluarkan bedc
Baca selengkapnya

Bab 60 Saling Percaya

"Kamu juga," pintanya juga. Aku mengangguk dengan senyum di bibirku.Kami memiliki masa lalu, luka, dan trauma yang sama. "Aku sudah menanggalkan rasaku yang dulu di masa lalu. Tetap percaya padaku, kamu dan anak-anak adalah asa dan masa depanku. Untuk kalian segenap cinta dan sayang yang aku punya, untuk kalian mas akan berjuang agar kita selalu bahagia."Aku menatapnya dengan segala kekaguman atas sosok dan kepribadiannya. Hati ini semakin yakin ada rencana Tuhan yang begitu indah dibalik segala hal yang terjadi. "Hana … Hana mencintai mas, dari sini." Tanganku menunjuk dada, aku ungkapkan perasaanku sebenarnya. Pria itu tersenyum membalasku."Boleh peluk?" Kedua tangan Mas Bima direntangkan."Heiy … belum!"Mas Bima terkekeh melihatku, bahagia sekali sepertinya dia saat menggodaku. Sabar … tak lama jangankan hanya sebuah pelukan. Lebih dari itu justru akan menjadi pahala untuk kami. Semua yang ada dalam diri ini sepenuhnya akan menjadi miliknya. Tidak hanya raga, tapi, juga cinta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status