Home / Romansa / OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU: Chapter 1 - Chapter 10

71 Chapters

Bab 1 Menikahi Perempuan Simpanan

"Mas, aku tak mau dipermainkan seperti ini, aku ingin segera dinikahi," rajuk Raya, setelah kami melepas hasrat di kamar kostnya. Entah untuk keberapa kalinya, saking seringnya aku sampai tak ingat. Kami biasa melakukannya walau belum ada ikatan perkawinan diantara kami. Raya, seorang janda muda yang bekerja di sebuah toko handphone. Aku mengenalnya beberapa bulan yang lalu, bukan tidak sengaja. Aku sedang mencari beberapa handphone sebagai hadiah untuk para pelanggan dealer di mana aku bekerja. Saat itu, Raya yang kebetulan melayaniku. Kami bertukar nomor W*, dan akhirnya berhubungan sampai sekarang. Dulu dia tinggal di kost biasa, sekarang aku memberinya sejumlah uang untuk mendapatkan kost bebas dengan fasilitas yang lebih bagus. Penampakannya tidak terlalu tinggi, tapi, dia memiliki bentuk tubuh yang seksi dengan rambut panjang sepinggang yang diwarnai coklat dan bagian tubuh lainnya, yang membuat pria mana saja pasti tergoda. Begitu juga denganku, aku se
Read more

Bab 2 Rencana Busuk Raya

Aku menghela napas, tak biasanya Hana bersikap seperti ini. Perempuan memang sulit dimengerti, tak terkecuali dengan Hana. Tak mau pusing aku dibuatnya, lebih baik tidur. Dua malam berturut - turut bertempur dengan Raya, cukup lelah juga. Kurang tidur, kurang istirahat. Aku merebahkan tubuh lelahku. Rasa kantuk sudah mendera, dalam sekejap jiwa ini terdekap lelap • Membuka sedikit kelopak mata, cahaya cukup terang menerobos lewat jendela. Tidak aku dapati Hana, saat aku bangun. Tidak seperti biasanya juga dia membangunkan aku sholat subuh. Ada apa dengan Hana, aneh sekali. Aku beringsut turun dari ranjang. Berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka. Setelahnya aku keluar kamar, menuju dapur untuk mengambil kopiku. Sesampainya di dapur nampak Hana yang sedang menghadap ke arah kompor, membelakangiku. Kopi tersedia seperti biasa, Hana sudah membuatnya. Mendengar aku datang, Hana menoleh. Ibu dari anak - anakku itu membalikkan badannya. "Hana sudah buatkan
Read more

Bab 3 Malam Pertama Raya

Aku mendorong pintu kamar tamu, hingga terbuka lebar. Hana benar - benar sudah mempersiapkan kamarnya, seperti permintaanku. "Ini kamarmu sekarang," ucapku. Raya masih berdiri di ambang pintu. "Kalau kamar, Mas?" tanyanya kemudian. Aku meletakkan koper Raya di samping ranjang, dan berjalan mendekatinya. "Itu," tunjukku pada kamar yang aku tempati dengan Hana. Raya mengangguk. "Pasti lebih besar. Nggak papa, nasib jadi yang kedua." Raya menghela napas, lalu beranjak masuk ke kamar barunya. Mata Raya mengedar, langkah kaki membawanya ke arah jendela. Raya membuka jendela yang menghadap langsung ke taman kecil, yang berisi koleksi bunga milik Hana. "Suka berkebun juga istri Mas?" Raya mengamati bunga - bunga luar kamarnya. "Hana suka dengan bunga, suka memasak juga, masakannya enak." Raya langsung mendelik melihatku, apa ada yang salah? "Puji aja terus …. " Bibir sensual istri keduaku itu manyun, terlihat begitu seksi. Aku mendorong pintu dengan
Read more

Bab 4 Ada Apa dengan Raya

Bahkan, aku lihat Hana makan, makanan yang sama persis dengan Raya. Dan, Hana terlihat baik - baik saja. Tuduhan Raya tak memiliki dasar. Bisa saja dia salah makan tadi siang sebelum berangkat kesini. "Gimana?" tanya Hana yang baru datang dengan segelas air putih dan sebuah bungkusan kecil "Masih di kamar mandi." Aku menjawab. "Ini obatnya?" tanyaku pada Hana sambil menunjuk bungkusan di tangannya. "Iya, tapi …." Hana tak meneruskan kalimatnya. "Tapi, kenapa?" Aku mengernyitkan dahi. "Ada efek sampingnya. Untuk sebagian orang bisa bikin gatel - gatel. Bentol seluruh badan. Tapi, nggak semua orang." Hana menjelaskan. Hana baru selesai menjelaskan, ketika Raya keluar. Wajahnya terlihat pucat. "Ini obatnya?" Raya langsung mengambil gelas dan bungkusan kecil ditangan Hana. "Tapi, Mbak itu ada efek sampi …." Hana belum selesai bicara Raya sudah menegaknya. Hana hanya terdiam melihat Raya, bahunya sedikit terangkat. Dia kemudian mengambil kemba
Read more

Bab 5 Sikap Aneh Raya

"Hana mau siapin, Abang Al dulu," ucap Hana kemudian. Aku hanya mengangguk dan membiarkannya berlalu. Anakku yang paling besar sudah TK kecil dan Luna juga sudah ikut Play Group. Aku bergegas ke kamar Raya, dia pasti marah padaku, karena aku membela Hana barusan. Tapi, tidak mungkin juga aku bisa membela Raya di depan Hana. Yang ada hanya akan menambah masalah saja."Raya," panggilku sesampainya kembali di kamar istri keduaku itu. "Mas jahat," tangisnya di sela tangannya yang terus menggaruk tubuhnya. "Sayang, jangan membuat Hana curiga." Alasanku. "Kita ke dokter," ucapku kemudian. "Nggak mau." Raya bersikukuh menolak. "Lihat dirimu, itu terlihat parah." Bekas garukannya semakin memerah, bahkan karena terlalu kencangnya dia menggaruk terlihat lecet. "Mas belikan saja, obat alergi di apotik," pinta Raya, lalu menyebutkan sebuah merk obat. Raya mengaku alergi dingin, badannya akan bentol - bentol kalau udara dingin. Karena itu mungkin reaksi obat sa
Read more

Bab 6 Kok ....

Makanan sebanyak ini bagaimana Raya tak bisa melihatnya. Dan, aku cukup mengenal Hana. Semarah apapun dia, Hana tak akan tega membuat tamunya kelaparan."Mas, perutku sakit lagi. Tapi hanya mulas, sakit sekali." Raya muncul di belakangku. Aku menoleh ke arahnya, bibirnya nya masih bengkak, juga wajahnya. Kulit mulusnya terlihat lecet, sangat memprihatinkan. "Mungkin karena belum makan." Aku menjawab keluhannya."Istri Mas itu, yang mau bunuh aku pelan - pelan. Nggak kasih aku makan, ditinggal pergi gitu aja." Raya terlihat masih emosi, padahal tampak lemas sekali."Kamu nggak salah lihat? Hana sudah menyiapkan banyak makanan." Aku menunjuk meja makan, Raya berjalan mendekat dan dia menggeleng."Kok, bisa. Beneran Mas, tadi nggak ada apa - apa, sampai - sampai aku hanya minum air. Kulkas juga kosong nggak ada makanan." Raya bertahan dengan perkataannya.Oke, aku mencoba percaya, lalu berjalan ke kulkas. Aku buka lebar - lebar, ada buah, susu, bahkan ada puding
Read more

Bab 7 Raya yang Menggoda

Kejadian semalam masih saja mengganggu pikiranku sampai sekarang, selain malu ada rasa bingung. Tak pernah aku mengalami seperti kejadian tadi malam sebelumnya. Dan itu rasanya sakit di kepala atas bawah. Kepalaku berdenyut nyeri, di tambah kemarahan Raya yang semalam aku abaikan. Kepalaku rasanya semakin sakit sekali. Belum lagi laporan yang silih berganti diminta oleh manajer area yang baru. Kenapa semua harus barengan seperti ini.Sebuah ketukan pintu membuyarkan lamunanku. Arga, kepala bagian personalia muncul dari balik pintu."Siang, Pak." Arga mengucapkan salam."Siang, ada apa?" tanyaku sambil memijat kedua pelipis."Yang acara besok, berapa orang anggota keluarga Bapak, yang akan ikut?" tanya Arya, aku menyipitkan mata. Aku sampai lupa, besok ada acara family gathering yang akan diadakan di Pesona Resorts.Aku terdiam, semua mengajak anggota keluarganya. Karena memang acara ini dikhususkan untuk karyawan dan keluarganya. Tak mungkin aku mengajak Raya,
Read more

Bab 8 Cemburu

Aku tak ingin lebih lama melihat Hana bersama pria yang akhir - akhir ini membuatku repot dengan meminta banyak laporan itu. Segera aku berdiri dan menghampiri keduanya."Sayang," panggilku pada Hana. Tak perduli dia sedang bicara dengan siapa"Hai, Mas." Hana menoleh ke arahku dengan senyum terkembang."Oh, jadi Andrian suami kamu." Pria itu menyebut namaku."Pagi, Pak Bima. Maaf Arga tidak memberitahu kalau ada manajer area yang akan datang." Aku mengulurkan tangan, harus tetap bersikap manis meski aku tak suka."Memang nggak direncanakan, kebetulan pas aku ada acara di sini saja." Pria itu menyambut uluran tanganku."Saling kenal?" tanyaku kemudian."Hana adik kelas waktu SMA." Pria itu langsung menyahut."Mas tahu? Mas Bima Ini idolanya anak cewek pas SMA, kapten basket." Hana menepuk lengan pria itu, lantas keduanya tertawa bersama. Apanya yang lucu?"Nggak semua …." Bima menimpali ucapan Hana, pria itu melirik Hana. Aku tidak suka caranya menatap
Read more

Bab 9 Malam Untuk Raya

"Hai, ini jagoan sama princess-nya? Siapa namanya?" Bima tersenyum menyapa kedua anakku, yang menyambut senyumnya."Iya, ini Abang Al, ini namanya dedek Luna." Hana memperkenalkan dua anak kami. "Salim dulu, sama Om Bima!"Al dan Luna turun dari kursi dan mendekat, kemudian salim pada Bima. Tampak bergantian Bima mengusap kepala kedua anakku. Fokusku pindah pada Hana yang sedari tadi mengulas senyumnya. "Abang mau makan apa? Luna juga apa? Bunda ambilkan." Tanpa sadar sambutan di depan telah selesai. Semua telah dipersilahkan mengambil makanan yang telah disediakan pihak resorts."Terserah Bunda," ucap Al."Sama." Luna ikut menimpali. "Tunggu di sini ya?!" Hana beranjak dari tempat duduknya. Dia tak bicara padaku sama sekali.Bima melihat ke arah Raya. Raya juga melihat ke arah pria itu, Raya menyungging senyumnya. Tangannya terulur, mau apa dia."Saya Raya." Raya memperkenalkan dirinya. "Oh, Bima." Bima menjawab sambil menerima uluran tangan Raya.
Read more

Bab 10 Kekesalan Hana

Aku dan Raya saling berpandangan, ada apa Hana malam - malam begini mencari Raya."Mas." Raya menaikkan dagunya, sebagai isyarat, harus bagaimana. Aku segera turun dari ranjang dan memunguti pakaianku yang tergeletak di lantai kamar."Mbak … Mbak Raya." Kembali suara Hana terdengar. Ketukannya semakin kencang, sekencang debaran dalam dadaku."Pakai baju, aku di kamar mandi," ucapku dengan berbisik.Hana masih saja mengetuk pintu, dan memanggil nama Raya. Membuatku Raya semakin panik. Raya segera turun dari ranjang, aku berlari ke kamar mandi."I … iya sebentar." Terdengar suara Raya berteriak menjawab panggilan Hana. Aku buru - buru mengenakan pakaian. Dadaku sudah berdebar tak karuan. Apa Hana tau aku sedang bersama Raya? Apa dia tadi melihatku masuk kesini? Banyak pertanyaan berjejal dalam benakku."Ada apa?" Terdengar pintu dibuka dan suara Raya."Maaf mengganggu, saya mau minta tolong." Suara Hana terdengar setelahnya. "Boleh masuk?""Apah?" Suara
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status