Kalimat Bagas membuat semua orang saling menoleh satu sama lain, pada akhirnya seisi meja terfokus pada Alya, meneliti ekspresinya seakan ingin meneriakan, “Yang sabar ya, Alya.”Kalimat itu selalu menjadi momok menakutkan bagi keluarga Eduard, akhirnya mereka harus mendengarnya malam ini.Dyta yang duduk paling dekat dengan Alya, di samping kiri ada Bagas, Dyta berada di samping kanannya. Tangan Dyta reflek terangkat mengusap lengan perempuan itu, memberinya kekuatan dalam menghadapi kalimat tersebut.Hening sejenak, masih bagas yang bersuara kembali,“Teman-teman Bagas sering diantar sekolah sama papa mereka, Bagas nggak pernah, Bagas juga mau kayak mereka.”“Ma, papa dimana? Bisa nggak suruh papa pulang ke sini?”Detik ini, air mata Alya sudah tak terbendung lagi. Setetes cairan bening yang dia tahan mati-matian akhirnya mengalir juga dari sudut mata, disekanya segera sekaligus membersihkan seluruh yang
Read more