Akhirnya Aldo bisa bernapas sedikit lega sekarang. Walau urusan belum sepenuhnya selesai, tapi setidaknya ia telah menemukan penyebab masalah besar ini. Selanjutnya dia hanya perlu menunggu laporan dari Jonathan saja. Dia sangat yakin, sebentar lagi semua akan segera beres.
Senyuman yang sempat hilang selama beberapa pekan, akhirnya terlihat di wajah Aldo. Dia tampak lebih ceria, tubuhnya juga terasa membaik seketika. Sebenarnya terlintas di pikirannya mengenai jasa Dave dalam hal ini, tapi dia masih keras kepala untuk yang satu ini, ditepisnya segera bayangan mantan asistennya itu.
Saat masalah paling berat teratasi ternyata cukup berpengaruh terhadap semangatnya dalam mengurus masalah-masalah lainnya juga. Ia tiba-tiba kepikiran tentang Luxury. Aldo terlihat mengangguk-angguk.
“Aku akan berusaha mempertahankan Luxury!”
Kabarnya ijin operasi Luxury akan dicabut sejak hari ini, Naila mengabarinya semalam, hal itulah yang menyebabkan dia berakh
Ting!Notifikasi pesan membuyarkan lamunan Aldo, diraihnya lesu ponsel di dashboard. Namun nomor yang terpampang di layar mengubah total ekspresinya. Ternyata Dave yang mengirimkan dia pesan.Walaupun dia telah menghapus nomor pria itu, tapi tentu dia masih menghafalnya. Belasan tahun Dave mengabdi untuk keluarga Eduard, mana mungkin dia bisa dengan muda melupakan nomor ponselnya.Aldo mengusap kasar wajahnya, ragu hendak membuka pesan tersebut atau tidak. Awalnya ia ingin menghapus pesan itu, tapi rasa penasarannya membuncah. Lagipula dia juga tidak bisa memungkiri Dave turut membantunya menyelesaikan urusan Royal Morgan.Entahlah, dia tak ingin mengakui jasa Dave dalam hal itu dengan berpikir yang menemukan keganggalan tersebut adalah papinya, tapi tetap saja ide lambang ajaib berasal dari Dave.Terbengong beberapa detik menatap lurus pada layar, akhirnya dia tetap membuka pesan tersebut, dan menyimaknya. Isinya justru lebih mencengangkan lagi.
“Hei, Bro … lama tak jumpa kayaknya kamu makin meninggi,” olok Aldo saat melihat sosok Revan yang tinggi jangkung.Revan keturunan blasteran, papanya asli Inggris, sedangkan mamanya asli Indonesia, dia mengikuti gen papanya sehingga bertubuh tinggi semapai.Revan terkekeh mendengar ejekan tersebut, “Sialan lu … dari dulu memang udah setinggi ini!” kilahnya.Kedua sahabat itu kemudian saling berpelukan melepas rindu singkat saja.“Denger-denger kamu udah jadi daddy sekarang? Wuih, keren!” puji Aldo. Revan nampak mesam-mesem.“Gitulah, Bro … waktu itu mau ngundang kamu, tapi nomormu nggak bisa dihubungi. Terus juga nggak tau di mana keberadaanmu. Sorry ya.”“Nggak masalah. Santai aja, Bro.”“Aku turut sedih soal kebangkrutan keluargamu. Pas tau tentang itu, aku pergi mencarimu, tapi rumah kalian udah disita sama bank.”“Santai aja,
“Iya sudah, kalau memang ingin dilanjutkan silahkan! Tapi jangan menyesal karena aku terpaksa harus mengurus semua ini!”“Ayo, Do … kita pergi dari sini!” Tak lupa ia melibatkan Aldo.Ekspresinya itu begitu serius, Aldo tak akan mengira bahwa dia sedang bercanda.Tentu sang pejabat bagai kebakaran jenggot melihat Revan dan Aldo yang sudah beranjak dari tempat duduk, bersiap-siap untuk pergi. Akan tetapi masalahnya dia masih belum rela melepaskan Aldo begitu saja.Jika dia terus berkeras hati juga akan sangat berbahaya. Berhadapan dengan Revan semua urusan akan jadi panjang, bisa-bisa segala kebusukannya selama ini terbongkar, seperti masalah korupsi misalnya … Revan tak akan segan-segan mengungkapnya.“Aish!” Pejabat tersebut nampak memijat kening.Kegelisahan terlihat jelas, mengerutkan wajah, menggigit sudut bibir, lalu pada akhirnya ia harus bersuara segera sebelum kedua pria muda di
Atau ….Kata pepatah, habis gelap terbitlah terang, habis hujan muncul pelangi, seperti inilah yang dialami Aldo. Kejutan besar itu adalah, usai kasus pemalsuan produk yang menyebabkan omset Royal Morgan turun drastis, sekarang justru omset mereka naik pesat. Melambung tinggi 3 kali lipat dari kondisi normal.Luar biasa!Bukan tanpa alasan. Hal ini dipicu oleh kemunculan Aldo di depan publik. Ini merupakan kali pertama Aldo menampakkan diri di depan layar sebagai seorang pemimpin Royal Morgan, akhirnya dunia mengetahui siapa Presdir perusahaan fenomenal tersebut, wajahnya yang tampan menjadi sorotan, khususnya di mata kaum hawa."Duh … kalau pemiliknya ganteng gini, tiap hari makan bakso sama nugget juga nggak apa-apa deh, nggak akan bosen!""Ternyata presdir Royal Morgan seganteng ini, nyesel gue nggak langganan produk mereka sejak dulu. Habis ini beli ah, siapa tau dapat jackpot bisa ketemu langsung sama pemiliknya gitu!"
Semua orang tahu, sedekat apa Dave dengan keluarga Eduard, di hari spesial begini tentu tidak heran jika Erlan mengundangnya. Seharusnya Aldo juga tidak perlu merasa aneh, hanya saja saat ini hubungannya dengan Dave sedang tidak baik, jadi kesannya agak berlebihan saja Erlan mengundang mantan asistennya ini tanpa meminta persetujuan darinya sama sekali.Usai berkata, Erlan mengangguk pada Alya agar membawa Bagas menjauh, Alya tentu mengerti apa artinya itu. Bukan hanya mengajak putranya, tapi Dyta juga.“Kak Dyta, kita ke dapur yuk ketemu mami!”Dyta yang cukup peka segera mengiyakan, mereka bertiga pun berlalu menuju dapur. Kini menyisakan Aldo, Erlan, dan Dave di ruang tamu. Pembicaraan serius pun segera berlangsung.“Duduk, Do!” pinta Erlan sambil merebahkan diri duduk di seberang Dave. “Kamu juga, Dave … tidak perlu sungkan.”“Terima kasih, Tuan.”Namun ia menunggu Aldo duduk lebih d
“Memang, kamu sudah melakukan banyak untuk membantuku, tapi … aku belum bisa mempercayaimu lagi hanya karena semua itu, kecuali ….”Dave memberanikan diri membalas tatapan Aldo detik ini, hingga sepasang manik mereka saling bertemu. Aldo melengkapi kalimatnya segera.“Kamu bisa menyeret orang yang memalsukan produk Royal Morgan ke hadapanku!”“Kalau saya mengatakan saya sudah tau dalangnya siapa, apa Anda akan percaya, Tuan?”Jawaban Dave jelas begitu mengejutkan, Aldo sampai berkedip dan ekspresinya itu … entah bagaimana harus mengartikannya.Bagaimana tidak, sedangkan pihak berwajib saja masih kesulitan dalam mengungkapkan kasus pemalsuan tersebut, tapi Dave dengan serta merta mengatakan dia mengetahui siapa pelakunya. Sungguh luar biasa!Namun, setelah semua yang dilakukan Dave, Aldo juga tidak bisa meremehkan kemampuan mantan asistennya ini. Mungkin dia memang mengetahui semuanya,
“Tapi kalau mau melaporkan juga boleh saja, Tuan … yang terpenting para pengikutnya disikat dulu, Anda kenal dekat siapa mereka ….” Giliran Aldo yang melengkungkan alis, “Jangan bilang Recky dan gengnya!” tebak Aldo menggebu. Satu per satu wajah ketiga mantan sahabatnya itu muncul di kepalanya, bayangan Dirly yang hinggap paling lama. Mungkin karena mereka belum lama ini sempat berinteraksi. Aldo jadi berpikiran jelek, bukankah kejadian keracunan terjadi setelah dia pulang dari Ciwidey, ataukah pendekatan yang dilakukan Dirly hari itu ada hubungannya dengan urusan tersebut? “Kalian tidak akan semudah itu menghancurkanku lagi!” batinnya merasa puas tidak terpancing oleh Dirly waktu itu. Aldo masih menantikan jawaban dari Dave. Namun saat Dave akan membuka mulut menjawab pertanyaannya, Bagas tiba-tiba muncul yang disertai Alya di belakangnya sedang mengejar putranya itu. “Jangan kesana, Bagas … tidak boleh ganggu Om Aldo!” Teriakan Alya terdenga
Kalimat Bagas membuat semua orang saling menoleh satu sama lain, pada akhirnya seisi meja terfokus pada Alya, meneliti ekspresinya seakan ingin meneriakan, “Yang sabar ya, Alya.”Kalimat itu selalu menjadi momok menakutkan bagi keluarga Eduard, akhirnya mereka harus mendengarnya malam ini.Dyta yang duduk paling dekat dengan Alya, di samping kiri ada Bagas, Dyta berada di samping kanannya. Tangan Dyta reflek terangkat mengusap lengan perempuan itu, memberinya kekuatan dalam menghadapi kalimat tersebut.Hening sejenak, masih bagas yang bersuara kembali,“Teman-teman Bagas sering diantar sekolah sama papa mereka, Bagas nggak pernah, Bagas juga mau kayak mereka.”“Ma, papa dimana? Bisa nggak suruh papa pulang ke sini?”Detik ini, air mata Alya sudah tak terbendung lagi. Setetes cairan bening yang dia tahan mati-matian akhirnya mengalir juga dari sudut mata, disekanya segera sekaligus membersihkan seluruh yang
“Anda tidak terlihat seperti badut, Nona … tapi sangat cantik, gaun ini benar-benar cocok untuk Anda,” puji si perias. “Ayo Nona kita turun sekarang!”“Tapi aku nggak mungkin berpenampilan begini, apa yang akan dikatakan orang-orang? Di rumah sakit tapi mengenakan pakaian begini.”“Tidak perlu menghiraukan ucapan orang lain, karena mau seperti apapun kita tetap saja akan ada yang nyiyirin hidup kita, kayak saya,” lirih sang perias yang merupakan janda itu. Dia telah menceritakan semuanya pada Dyta selama prosesi berdandan berlangsung, Dyta jadi ikut prihatin.“Mbak benar, jangan dengarkan nyinyiran orang lain, toh mereka juga tidak menghidupimu. Semangat ya, Mbak!”Si perias tersenyum mendengarnya, lain yang dipikirkan Dyta lain pula yang dipikirkan sang perias, “Kalau begitu ayo kita turun sekarang!”Ia bergegas menarik tangan Dyta agar beranjak dari posisi duduk.
Sekuat apapun Aldo berusaha menahan diri untuk tidak terlihat lemah di hadapan Dyta, tetap saja dia tidak dapat melakukannya. Terlalu sulit melewatinya, Aldo tak sanggup. Keadaan Dyta sangat mengkhawatirkan, bagaimana bisa dia menyembunyikan perasaannya itu.Akhirnya tetap meledak, Aldo justru menangis histeris di hadapan Dyta yang terbaring lemah, menangisi kekasihnya itu sambil sesekali melontarkan kalimat berikut secara berulang-ulang."Dyta … kamu nggak boleh ninggalin aku, aku nggak akan bisa hidup tanpamu. Kamu harus bangun, Dyt! Bangun!""Bangunlah, aku mohon, Dyt!"Siapapun jika mengalami kondisi demikian kemungkinan besar akan seperti Aldo pastinya, ini merupakan cobaan paling berat seumur hidupnya, terancam kehilangan separuh napas adalah yang paling menyakitkan. Jika ditinggal selingkuh saja mampu membuat Aldo hampir gila, apalagi ditinggal pergi selamanya, rasanya jauh lebih menyakitkan. Aldo tak siap, dia benar-benar tidak siap.
Para tim medis saja dibuat terkejut bukan main, barusan keadaan Dyta masih stabil, tapi dalam sekejap sudah seperti ini jelas sangat membingungkan.“Gimana, Dok? Apa yang terjadi dengan Dyta?”“Entahlah … tapi kondisinya benar-benar menurun sekarang.”“Sus, tolong pasangkan lagi semua peralatan tadi!” alih sang sang dokter pada timnya.Perasaan Aldo jangan ditanya lagi, ketakutan dan kepanikannya bertambah berkali-kali lipat sekarang ini.“Tolong, Dok … tolong selamatkan Dyta! Lakukan apa saja, yang penting Dyta harus selamat!” cecarnya.“Kami pasti akan melakukan yang terbaik, itu sudah bagian dari tugas kami.”Sang dokter juga memerintahkan agar Aldo keluar dari ruangan tersebut, para tim medis tentu tidak akan dapat bekerja maksimal jika dia terus-terusan bersikap panik seperti tadi. Pasien pun akan merasa terganggu.“Nggak, Dok! Aku harus menema
Tanpa disangka sedikitpun, ternyata Cecep bukanlah lawan yang bisa diremehkan. Kemampuannya melebihi Recky dan Robert, apalagi Aldo sudah sangat kelelahan saat ini jelas membutuhkan perjuangan luar biasa dalam menumbangkan lawannya ini. Aldo sendiri telah babak belur, barulah berhasil menjatuhkan Cecep.“Sekarang terima kematianmu, Bangsat!”Aldo yang awalnya cukup lega berhasil menumbangkan Cecep harus kembali dibuat terkejut, pria itu memang belum mati, Aldo masih harus membereskannya, hanya saja ia membutuhkan jeda untuk mengambil napas. Hal tak terduga lainnya justru terjadi.Pria itu tiba-tiba mendapatkan senjata, dan sedang mengarahkannya ke arah Aldo. Matanya hampir meloncat keluar saking terkejutnya dia. Bagaimana tidak, nyawanya sungguh sedang terancam.Aldo benar-benar kelelahan sampai tidak dapat mengelak saat ini, beranjak dari posisi tersungkur bahkan agak sulit dia lakukan. Dia benar-benar kehabisan tenaga buat menumbangkan Cecep
Suasana di sana saat ini lumayan mengerikan, mayat tergeletak dimana-mana, baik itu anak buah Aldo maupun para musuh, jumlah mereka hampir sama banyaknya. Ada yang tewas karena luka tembak, maupun baku hantam.Aldo pun baru menyadari ternyata yang satu-satunya yang tersisa hanya dia seorang, tentunya cukup mengejutkan dia. Akan tetapi dia tidak akan mundur, satu lawan satu mana mungkin dia akan menyerah.Aldo baru akan melanjutkan langkahnya, suara tembakan membuatnya seketika mundur. Kurang seinci lagi dia hampir tertembak.“Aku seperti mengenal tembakan ini!” batin Aldo agak panik. Ia juga mengingat sesuatu, “Sniper handal itu!”Yah, dia orang yang terlibat pada kejadian di penjara beberapa waktu lalu. Drama penembakan Recky dan Robert saat itu.“Sial! Jadi dia ada disini!Jelas merupakan sebuah kegawatan. Aldo bergegas mencari tempat persembunyian dan bersikap waspada. Namun hal ini tetap tidak akan mengurung
Ketika mereka berdua tiba di hadapannya, Aldo justru berhasil menangkap tangan Robert yang hendak menyerang bagian perut, mematahkan tangannya itu tanpa ampun. Suara erangan mengaum keras.Sementara saat tendangan Recky yang mengincar kepalanya hampir menyentuhnya, Aldo juga dengan gesit menangkap kaki bajingan satu ini, lalu turut melayangkan sebuah tendangan mematikan tepat ke arah junior Recky.Sesaat Robert bangkit lagi, awalnya dia hendak menembak Aldo, tapi segera digagalkan Aldo dengan menendang senjata di tangannya hingga terhempas. Selanjutnya pertarungan sengit sempat menghiasi pertempuran seakan mereka seperti tandingan yang seimbang, hingga Aldo kembali berhasil menjatuhkan lawannya itu. Bagaimanapun dia tidak mungkin menang, dia bukanlah lawan Aldo, apalagi tangannya sedang terluka.Aldo bahkan menghajarnya cukup fatal kali ini, melampiaskan seluruh emosi yang menguasai jiwanya, sampai pria itu tak mampu bangkit lagi.Sambut-menyambut silih b
Perasaan Aldo benar-benar hancur melihat keadaan kekasihnya itu, sedikitpun dia tidak pernah menyangka hal setragis ini akan terjadi terhadap Dyta. Padahal sebentar lagi mereka akan menjadi pasangan paling berbahagia, tapi keadaan justru berbalik seperti ini.Sakit sekali pastinya, Aldo yang tak kuasa menahan diri. Untuk pertama kalinya ia tak memedulikan keadaan sekeliling, tangisannya meledak sudah sambil menggenggam tangan Dyta.“Maafin aku, Dyt … seharusnya aku tidak membiarkan kamu pergi sendirian, aku yang patut disalahkan!”“Dyta, bangunlah! Bangun, Sayang!”Ternyata Aldo sungguh tidak dapat mengontrol dirinya untuk bersikap tenang sehingga dokter harus memperingatkan dia, mengatakan bahwa orang yang sedang koma seharusnya disupport, bukan ditangisi seperti ini. Sebab walau Dyta sedang tak sadar tapi dia bisa mendengar semua yang dikatakan Aldo saat ini.Akhirnya Aldo harus berusaha tegar, menahan emosinya yang
Betapa terkejutnya Aldo mendapatkan kabar yang disampaikan oleh Dave barusan. Tanpa berpikir panjang dia langsung beranjak dari tempat duduknya dan pergi dari ruangan rapat begitu saja. Dia tentu harus menuju rumah sakit saat itu juga.Aldo pergi seorang diri, lagipula Dave harus mengambil alih meneruskan rapat yang sedang berlangsung. Keadaan Aldo tentu sangat tidak stabil, ia mengemudi dengan sangat brutal. Namun keberuntungan selalu memihak padanya di jalanan. Aldo berhasil tiba di rumah sakit dalam keadaan selamat.Usai memarkirkan kendaraannya secara sembarangan tak memedulikan apapun lagi, Aldo bergegas berlarian menuju ke dalam rumah sakit secepat mungkin.Baru saja dia menginjakkan kaki di pintu lift menuju ruangan VVIP, panggilan untuknya telah terdengar karena mobilnya yang parkir seenak jidat itu, tapi Aldo tetap tak menghiraukannya, bukannya kembali ke depan, Aldo justru melangkah memasuki lift.Mau mobilnya itu diderek atau diapapun, dia tak
Lain halnya dengan Dave yang segera mengiyakan kalimat Aldo, Dyta justru dibuat terkejut bukan main.“S-sekarang? Kenapa kalian para pria suka sekali seenaknya begini sih?!” rutuk perempuan itu kesal.Bagaimana tidak, barusan menghadapi Cecep yang bertingkah seenak jidat memaksa menikahinya, sekarang giliran Aldo yang melakukan hal serupa.“Kamu kok kayak nggak senang gitu, memangnya kamu keberatan nikah sama aku?”Aldo agak salah mengerti.“Bukan begitu, tapi menikah kan bukan main-main, Do … kita perlu menyiapkannya dengan mateng! Gimana bisa seenaknya aja begini, mau nikah ya nikah aja gitu!”“Kau pikir nggak akan bikin kaget kedua orang tuaku apa? Terus papi sama mami kamu, bisa-bisa mereka jantungan mikirin ide gilamu itu!”Dyta ngambek lagi, ia membuang muka keluar jendela sambil memeluk tangan. Ternyata mereka telah memasuki kawasan mansion Aldo berada.“Oh, ak