Home / Romansa / Ajari Aku Salat / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Ajari Aku Salat: Chapter 81 - Chapter 90

222 Chapters

Takut Tidak Dapat Jatah 1

Marc menarik kepala Zahra agar dapat menunggang di lengannya. Dia miring untuk memperlihatkan vidio rekaman itu. Zahra menurut saja. Terlihat memang bukan salah Marc. Setelah Erika lepas, dia berlari dan memeluk Marc. Di sanalah bibir itu mampir ke jas mahal suaminya. Tapi .... ***Meyyis*** “Nah begitu, ceritanya. Jangan marah lagi, ya? Kamu memaafkanku ‘kan? Bukan disengaja juga. Bukankah hukum ketidaksengajaan itu diperingan? Ayo, dong.” Marc merayu sang istri. “Tetap saja kamu yang salah, Hubby. Kamu menikmatinya ‘kan saat dia memelukmu? Lihatlah! Kalau Jason nggak menariknya pasti kamu juga sayang untuk menghempaskannya.” Zahra gengsi untuk mengakui jika dia sudah cemburu buta kepada sang suami. Sehingga dia tidak mengakui jika sang suami berkata benar. “Kok begitu?” Marc memprotes perkataan istrinya itu. “Iyalah! Mengaku
last updateLast Updated : 2021-11-20
Read more

Takut Tidak Dapat Jatah 2

“Kemari saja! Kita main-main.” Marc menggendong sang putri sambung kemudian mendudukan di tepi ranjang. “Ma, telepon untukmu!” Marc memberikan ponsel tersebut, sehingga Zahra meringsut meraihnya dan mendial nomor sang penelpon.***MEYYIS*** Zahra bangkit dan keluar dari kamar karena Marc berisik bercanda dengan Jelita. Dia tidak fokus untuk mendengarkan keterangan yang ada di telepon. Kali ini Ruben yang menelepon karena Marc ditelepon berkali-kali tidak diangkat. Baik oleh Ruben atau oleh Jason. “Halo, ada apa Bang Ben?” tanya Zahra setelah sampai di ruang tengah. Dia menghempaskan tubuhnya ke kursi yang ada di sana. “Zahra, Marc ada di rumah? Aku telepon dari tadi nggak diangkat.” Zahra melongok ke arah kamarnya. “Iya, aku ada di rumah. Sebentar ya,aku panggilkan dulu.” Zahra beranjak menuju ke kamarnya kembali ketika Marc sedang be
last updateLast Updated : 2021-11-20
Read more

Rubah Betina 1

“Enak masakannya. Zahra yang masak?” Jason mencari informasi walau tentu Ruben tidak tahu karena mereka sama-sama baru datang. Tapi tentu Ruben memiliki data yang cukup mengingat dia sering ke mari, walau tidak tahu melalui rasa yang di kecap pasti sudah hafal siapa yang masak. “Bukan, yang masak Bibi. Zahra masak gosong karena inget Marc mulu.” Mereka tertawa tahu informasi itu***Meyyis*** “Bukan, yang masak Bibi. Zahra masak gosong karena inget Marc mulu.” Mereka tertawa tahu informasi itu. Setelah makan kenyang, mereka menjarah kulkas melihat minuman dingin. Dua botol minuman bersoda lolos dari dalam kulkas. Ruben melemparkan untuk Jason sehingga lelaki itu yang tidak siap menangkapnya dengan sedikit melompat. “Beh, jago juga, Lo!” puji Ruben. “Gue ngantuk semalem nggak tidur gara-gara si laler ijo itu,” keluh Jason. 
last updateLast Updated : 2021-11-23
Read more

Rubah Betina 2

Jason, mungkin Marc tidak langsung pulang tetapi membawa mertuanya itu untuk sekedar jalan-jalan. Namun ada mereka berdua yang saat mau berangkat tadi sudah memberi kode akan mengatakan hal yang penting. Marc belum tahu itu apa? Tapi dia menduga terkait masalah Erika dan sekutunya.***MEYYIS*** Marc sudah memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah. Semua orang keluar. Termasuk dirinya juga. Setelah bunyi cicitan dua kali, mereka masuk ke dalam rumah. “Bocah-bocah, selalu ceroboh. Molor nggak dikunci.” Zubaedah ngedumel. Dia berlalu meninggalkan dua orang yang masih terlelap itu. “Heh, bangun! Molor aja!” Ruben dan Jason tergagap saat Marc memukul tipis lengan mereka. “Kalian lama, jadinya ketiduran.” Ruben bangun kemudian menuju belakang untuk mencuci muka. “Bangun dulu cuci muka ke belakang.” Marc menghempaskan tubuhnya ke kursi. Sedangkan Zahra
last updateLast Updated : 2021-11-23
Read more

Apalagi Tanpa Baju 1

“Apa? Gue tahu lo yang super jahil itu pasti memiliki rencana jahil yang menggemaskan.” Mereka tertawa bersama, sampai Zubaedah mengintrupsi karena membawakan kopi hitam dan juga beberapa camilan. ***Meyyis*** Jason mengambil camilan yang tadi di bawakan oleh Zubaedah. Singkong yang sudah dibentuk bola-bola dengan kelapa membalut. “Enak, apaan ini?” Jason menggigit kembali dan membolak-baliknya. “Nggak tahu namanya, yang pasti itu dari singkong.” Ruben mengikuti mengambil camilan itu dan menggigitnya. Rasa manis yang bercampur dengan gurih kelapa membuat rasanya nikmat. Belum lagi rasa singkongnya yang pulen. Sepertinya paduan yang sangat nikmat. “Lanjut entar. Kalian nikmatin aja camilannya. Aku salat dulu.” Sudah pukul lima tapi Marc belum Salat Ashar. Dia langsung bergabung dengan mereka tadi. Marc mengambil air wudu kemudian melaksanakan kewajiban s
last updateLast Updated : 2021-11-23
Read more

Apalagi Tanpa Baju 2

“Kalian mau pesen apa? Mama mau ke depan.” Ke depan maksudnya ke jalan yang digunakan untuk pasar dadakan. Kalau sore hari ada banyak penjual yang menjajakan makanan. Banyak makanan khas nusantara yang dijajakan tidak hanya khas Bali. Di sini pula temu kangen Zubaedah jika ingin merasakan masakan khas daerahnya. Sepertinya memang dunia serba mudah saat ini. “Apa saja kami lahap, Ma.” Jason kali ini yang bicara. “Baiklah!” Zubaedah tersenyum. ***MEYYIS*** “Jadi ayah bayinya Erika adalah Nyoman bartender K’Nigh.” Zahra membelalkan matanya Dia bahkan tersedak bola-bola ketela yang dia makan. “Kamu serius, Jas? Aku nggak nyangka. Nyoman itu anaknya Rakai Abiyaksa. Kok bisa begitu?” Zahra masih tidak percaya yang dikatakan oleh jason.dia mengkonfirmasi lagi. Siapa tahu memang telinganya yang bermasalah. &ld
last updateLast Updated : 2021-11-23
Read more

Jangan Menangis 1

“Kakek Albert sakit? Baiklah aku akan menyampaikan.” Marc yang dari luar sudah mendnegar lamat-lamat kemudian merasa penasaran. “Siapa yang menelpon?” Jason hanya memberikan ponselnya. “Halo, ada apa?”  ***Meyyis*** “Siapa yang menelpon?” Jason hanya memberikan ponselnya. “Halo, ada apa?” Marc sudah hafal bahwa itu telepon dari keluarganya. “Halo, Tuan Muda. Kakek sakit dan ingin bertemu dengan Anda. Beliau meminta Anda pulang.” Hening sejenak. Kemudian Marc memandang lurus ke depan. Dia tahu jika keluarganya menelpon pasti akan ada yang terjadi atau minimal dia disuruh pulang. “Baiklah, aku akan pulang.” Marc memutuskan sambungannya.  Dia mengembalikan ponselnya kepada Jason dengan sedikit melemparkannya. “Ais, kalau j
last updateLast Updated : 2021-11-24
Read more

Jangan Mennagis 2

“Kau memang yang terbaik. Aku juga mencintai papa.” Marc bangkit dan mencium puncak kepala sang anak. Interaksi antar mereka selalu membuat siapa pun terkesima. Mereka terlihat sangat dekat bahkan melebihi seorang anak dengan ayah kandungnya. Marc mencurahkan cintanya tanpa pamrih kepada anak tersebut. Yang tidak mengenal mereka akan menyangka jika Jelita pasti anak kandungnya. “Selesaikan makanmu, Nak. Setelah itu belajar dan bobok. Besok mama agak pagi, jadi Jelita harus tidur lebih awal.”  ***MEYYIS*** Pagi sudah menjelang. Seperti biasa aktivitas di rumah Zahra sangat sibuk. Apalagi kali ini mereka akan pergi ke Prancis dan Jeti sama neneknya akan pergi ke Surabaya. Maka pagi ini mereka sudah peraktivitas dari sebelum subuh tiba. “Sayang, sarapan dulu biar nggak mual.” Zahra menyuruh Jelita untuk sarapan karena bocah itu hanya diam sebab masih meng
last updateLast Updated : 2021-11-24
Read more

Kakek Merajuk 1

“Sayang, Jelita putrinya mama. Hati-hati dengan nenek, ya? Kalau Jelita kangen mama atau papa kabari via telepon.” Satu kecupan mendarat di kening Jelita. Air mata tidak kuasa tumpah di pipi manis Zahra. Sehingga Jelita menghapusnya dengan telapak tangannya. “Jangan menangis. Mama. Hanya sebentar.” Ah, meleleh hati Zahra. Jelita adalah anak paling pengertian. Dia juga lebih berpikir dewasa dari pada anak seusianya.   ***Meyyis*** “Jangan menangis. Mama. Hanya sebentar.” Ah, meleleh hati Zahra. Jelita adalah anak paling pengertian. Dia juga lebih berpikir dewasa dari pada anak seusianya.   “Mama nggak menangis, kok. Hanya terharu karena bangga memiliki putri sebaik Jelita.” Akhirnya mereka benar-benar berpisah. Marc menggendeng Jelita. Sedangkan barangnya sudah ada yang mengatur. Mereka berpisah jalur sudah. Marc segera menuju ke temp
last updateLast Updated : 2021-11-24
Read more

Kakek Merajuk 2

“Takut, ya? Sekarang sudah aman.” Zahra menunduk dan entah mengapa air mata yang tadi hanya menggenang luruh sudah. “Hai, sudahlah. Aku di sini.” Marc memeluk tubuh  Zahra. Setelah istrinya tenang, dia melepaskannya. “Sudah lebih baik? Sekarang tidur saja biar nggak kerasa mual.” Satu kecupan mendarat di kening sang istri. Zahra menutup mata untuk merasakan kehangatan bibir Marc. Dia merebahkan diri di sandaran kursi dan mencoba untuk terpejam. Marc sendiri juga demikian. Akhirnya mereka menuju alam mimpi. ***MEYYIS*** Zahra tertidur agak lama. Setelah sadar sudah landing di Singapura. Menurut informasi hanya landing sebentar. Memang benar, setelah itu pesawat berangkat lagi. Zahra memjamkan mata saat pesawat bergoncang. Dia masih saja takut. Akhirnya mereka merasa lega ketika pesawat sudah tenang mengudara. Perjalanan dari Singapura ke Prancis membutuhkan lebih dari dua belas jam. Namun Zahra memilih duduk d
last updateLast Updated : 2021-11-24
Read more
PREV
1
...
7891011
...
23
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status