Semua Bab SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN: Bab 71 - Bab 80

104 Bab

Wanita Penggoda

Kalila memeluk tubuh saudarinya hingga mata Qinara membulat sempurna. Perasaan haru biru menyelimuti Kalila yang akan menjadi seorang ibu. Berbeda dengan Qinara yang hanya terdiam dengan wajah datar.Memori pedihnya saat di Tanzania kembali muncul begitu saja. Seakan memperingatkannya bahwa rasa sakitnya harus terbalaskan. Rasa sakit yang dialaminya sepanjang perjalanan di negeri asing itu. Wanita itu telah melupakan bahwa ada juga kenangan manis sebelum dia berpulang ke tanah air.“Masya Allah. Gak nyangka Qinara. Aku hamil. Yaa Allah. Mas Dareen senang dengarnya.” Kalila memeluk erat wanita di depannya dengan mata berlinang. Sesekali terdengar sesenggukannya pertanda kebahagiaan.Wanita berhijab itu begitu bahagia saat dirinya akan memiliki seorang bayi mungil. Bersyukur dalam waktu singkat bisa memberi harapan bagi keluarganya yang sangat menantikan hadirnya keturunan.Namun berbeda dengan Qinara. Entah kenapa rasanya menyebalkan mendengar
Baca selengkapnya

Ponsel

“Aku Hanna. Mungkin Mbak semua belum kenal aku. Kita pernah ketemu kok sekali. Di acara pernikahan kalian berdua.” Hanna memperkenalkan dirinya di depan kedua pasang mata yang menatapnya penuh penasaran.“Apa?! Masa?!” Qinara memicingkan matanya, curiga.“Joe Spyer pernah dengar? Aku istrinya,” ucapnya datar.‘Apa aku mengundangnya? Gak mungkin teman Mas Dareen? Mungkin teman papa atau teman papi? Kalila mengernyitkan keningnya berusaha mengingat kedua nama yang baru dikenalnya. “Kamu kenal, Ra?”“Aku gak kenal.” Qinara sedari tadi mengernyitkan dahi menatap tajam wanita yang berhijab segitiga di hadapannya. ‘Apa aku harus percaya sama wanita ini?’ Wanita di depannya yang sekarang suaminya bekerja sama dengan Pak Biantara. Orang suruhan untuk melakukan sesuatu yang membuat orang lain merasa terdzolimi. Membayangkan dirinya dan suaminya sempat menjadi orang terlantar di negeri as
Baca selengkapnya

Sebuah Kebenaran

“Ya, Mbak … ada apa?” tanya salah seorang perawat yang masih duduk manis sembari melengkungkan kedua sudut bibir tipisnya pada Qinara yang tengah berdiri seolah meminta sesuatu.“Eh … gak ada, hehe …” spontan wanita itu nyengir sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.Menanyakan informasi itu memang sangat penting. Terlebih mereka sekarang di rumah sakit yang tak tahu tepatnya daerah mana. Dengan adanya koneksi orang dalam, atau dengan menyebut nama papa ataupun papi Dareen, tentunya masalah semua akan selesai. Jangkauan bisnis papa juga termasuk luas. Jika diketahui kedua putrinya di rumah sakit ini, keluarga mereka akan segera menemukannya.Namun, entah kenapa rasanya tak perlu menanyakan hal ini sekarang. Ada yang mengganjal hati. Sepertinya, jika diucapkan akan menambah keguncangan hati wanita yang rambutnya terurai sepunggung itu. Membuat bibir seolah kaku, sulit mengeluarkan untaian kata. Qinara membayangka
Baca selengkapnya

Rahasia

Tiba – tiba Qinara tersandung pada tiang infus. Tepat di depannya Kalila yang tengah duduk di sisi ranjang. Kontan wanita itu menarik pergelangan tangan kakaknya hingga keduanya pun jatuh terduduk.“Argh!” Kalila merintih kesakitan bersamaan dengan suara rintihan Qinara.“Maaf, La. Sakit ya?” wanita itu melipat kedua bibirnya mengekspresikan khawatir pada saudarinya.“Perutmu gak apa-apa?” tanyanya.“Gak … gak apa-apa. Alhamdulillah. Cuma kaki yang nyeri. Ini masih rada ...” Kalila memegang kaki kanannya yang pergelangan hingga telapak terbalut gips. “Bantu aku, Ra.”“Ohh ...” jawab Qinara datar setelah mendengar reaksi Kalila yang menampakkan perutnya baik-baik saja.Rencana menjatuhkan diri bersama-sama seolah tiang infus sebagai pelaku utama dan kedua wanita itu menjadi korban. Tentunya kecelakaan seperti itu sering terjadi di drama. Apakah kurang kuat me
Baca selengkapnya

Wanita tak Tahu Diri

“Hah … hah … hah …” Hanna terbangun dari ranjangnya dengan keringat dingin mengucur di wajahnya. Perasaan takut menyelimutinya kala mimpi kelam itu muncul lagi.“Kamu gak apa-apa, honey?” Joe Spyer memposisikan duduk dan memeluk istrinya dengan erat.Sentuhan hangat dari suaminya membuat Hanna tak kuasa menahan emosi yang berkecamuk. Kontan air yang sedari tadi menggenang di pelupuk mata, akhirnya mengalir deras membasahi pipi wanita itu. Isak tangis terdengar sebagai pertanda luapan emosi yang selama ini disembunyikannya.“Saya menunggu cukup lama sampai kamu berani bilang. Seminggu sekali kamu pasti seperti ini. Saya gak mau kamu gini terus, honey. Ada apa? kenapa?” Untaian kata perlahan diucapkan pria blesteran itu, jauh dari kesan menghakimi.Tak lama isak tangis dari seorang wanita di rengkuhannya pun kian samar-samar. Perlahan wanita itu bisa mengatur napasnya. Kepalanya menengadah ke atas men
Baca selengkapnya

Pilihan?

“Ish! Sebel!” Wanita itu mencucu, termakan dengan omongan sendiri.Mengingat dia pernah mengatakan pada suaminya untuk tak menerima telpon asing. Apa benar Dareen menurutinya? Atau memang kebetulan dia lagi sibuk? Apapun itu, saat ini Kalila hanya memikirkan dirinya yang tertutup kegelisahan karena tak bisa menghubungi suaminya.“Duh, telpon aja kok susah sih!” sambungnya.Tiba-tiba ada seorang wanita yang merebut benda pipih yang sedari tadi didekatkan di telingannya. Seseorang dari belakang dengan gercep menyambar ponsel yang dipegang Kalila. Kontan wanita itu berbalik.“Kamu …”“Halo …” Terdengar suara dari balik ponsel. Namun segera dimatikan wanita yang merebutnya.“Qinara! Ngapain?!” Kalila merengutkan wajahnya.“Oh … eum … nih!” Tanpa diduga seperti slowmotion, Qinara bergaya keren sembari menerbangkan benda pipih itu, melayang h
Baca selengkapnya

Aksi Para Pria

“Gimana? Ikut atau gak?” tanya Hanna menegaskan permintaannya. Kata-kata wanita di depannya seolah menyihir kedua saudari itu. Dihadapkan dua pilihan. Apakah mereka mengikuti permintaan Hanna? atau sebaliknya, ada rencana lain? ‘Berarti maksudnya, dia ngajak kita bersembunyi dari wanita yang membuat kita seperti ini?! Menjauhi si Mak Lampir Angela sementara waktu.’ Kalila menerka maksud ajakan Hanna. “Sampai kapan kita bersembunyi nantinya?” tanya Kalila menekankan ucapannya. “Sampai kita bisa ngusir Angela jauh dari kita semua. Mbak bisa bantu?” “Deal.” Qinara menyepakati tantangan ini. “What?!” Kalila mengelak dengan bola mata membulat sempurna. Sejatinya melawan Angela memang tidak sembarang orang. Wanita blesteran itu mampu menghadapi secara fisik maupun psikis lawannya. Ancamannya tak main-main. Dia bisa aja melakukan hal lebih dari ekspektasi.   Sebenarnya bukan takut, Kalila hanya tak mau nantinya or
Baca selengkapnya

Wanita Tangguh

“Mohon maaf, saya tak bisa memberikan informasi lebih jauh.” Wanita itu menunduk sebagai tanda menghargai orang di hadapannya.“Ish! What is it?” Joe Spyer tergelak kaget kala dia tersadar telah menginjak sesuatu di atas paving block. Membuyarkan memorinya yang sedari tadi melekat.Alas sepatu sebelah kanan pria itu menempel bekas permen karet. Kontan dia berusaha menggerak-gerakkan kasar kakinya, dan sesekali menggosok alas sepatunya ke paving yang sedikit berpasir agar permen karet itu terlepas. “Ish! Sial! Gak nemu mereka. Tapi malah dapat … Cih!” Joe Spyer mencebik kesal.Pria itu berharap dengan berada di rumah sakit ini, menemukan jawaban dan bisa membawa kedua wanita yang dicarinya itu kembali ke suaminya masing-masing. Padahal infromasinya, mereka baru saja keluar dari rumah sakit. Harusnya masih berada di area parkir. Namun nyatanya tak sesuai ekspektasi.“Udah gak dapat mereka. Malah dapatnya perm
Baca selengkapnya

Kepercayaan

“Good job, Boy. Sesuai dengan harapan. Kamu satu-satunya orang yang saat ini aku andalkan. Aku percaya padamu.” Angela tengah merapatkan ponselnya ke telinga. Wanita itu menaikkan sebelah sudut bibirnya. Akhirnya apa yang direncanakannya berhasil. Rencana yang disusunnya bersama seseorang di balik telepon. “Gak usah bertele-tele. Gimana permintaanku? Ada kabar soal Qinara?" pria itu bertanya balik. “Oya, untuk permintaanmu, aku masih mencarinya. Kamu gak perlu cemas. Jalani tugasmu, maka aku juga jalani tugasku. Dan tambahan spesial untukmu, aku menjamin kedudukan di perusahaan papaku,” sambung wanita blesteran itu dengan ekspresi meyakinkan lawan bicaranya. “Kalau aku bikin kekacauan lagi di perusahaan, Dareen lama-lama akan tahu. Dia sepertinya sudah mulai curiga. Apa kamu yakin gak akan ada masalah? Apa kamu bisa jamin bakal aman sampai aku di posisi tinggi seperti Dareen?” Pria itu menekankan ucapannya. “Tenang aja, gak mungkin ketahuan sabotase p
Baca selengkapnya

Kejujuran

“Siapa di dalam?” tanya seorang pria yang terdengar langkahnya kian mendekat.Kalila dan Qinara saling bertatapan mendengar seorang pria berada di luar sisi kamarnya. Keduanya pun beranjak dari ranjang dan mendekati dinding. Kalila mendekati pintu untuk meraih hijabnya sedangkan Qinara meraih kresek obat yang tergeletak di atas meja. Wanita yang terurai rambutnya itu menggerakkan mata dan mulutnya seolah membisikkan sesuatu. Mengkode kalau Hanna telah datang dan memberi obat untuk mereka. Wanita berhijab pun manggut-manggut mengerti maksud adiknya.“Please Honey. I know you’re hiding something. You hid a man?! Would you have an affair?” tanya pria itu lagi di balik ruangan ini. Kali ini pertanyaan yang membuat lawan bicaranya tersudut.“Ada pria bule sama Hanna kayaknya,” gumam Kalila meyakinkan saudarinya kalau pria itu tengah bertanya pada Hanna.“Suaminya hanna orang bule kayaknya,” bisik Qinara men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status