“Good job, Boy. Sesuai dengan harapan. Kamu satu-satunya orang yang saat ini aku andalkan. Aku percaya padamu.” Angela tengah merapatkan ponselnya ke telinga. Wanita itu menaikkan sebelah sudut bibirnya. Akhirnya apa yang direncanakannya berhasil. Rencana yang disusunnya bersama seseorang di balik telepon. “Gak usah bertele-tele. Gimana permintaanku? Ada kabar soal Qinara?" pria itu bertanya balik. “Oya, untuk permintaanmu, aku masih mencarinya. Kamu gak perlu cemas. Jalani tugasmu, maka aku juga jalani tugasku. Dan tambahan spesial untukmu, aku menjamin kedudukan di perusahaan papaku,” sambung wanita blesteran itu dengan ekspresi meyakinkan lawan bicaranya. “Kalau aku bikin kekacauan lagi di perusahaan, Dareen lama-lama akan tahu. Dia sepertinya sudah mulai curiga. Apa kamu yakin gak akan ada masalah? Apa kamu bisa jamin bakal aman sampai aku di posisi tinggi seperti Dareen?” Pria itu menekankan ucapannya. “Tenang aja, gak mungkin ketahuan sabotase p
Baca selengkapnya