Home / Romansa / SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN: Chapter 1 - Chapter 10

104 Chapters

Salah Masuk Kamar Pengantin

  "Di dalam apa di luar?" Pria itu menatap intens ke arahku. "Di luar!" jawabku ketus. Enak saja!  Dari awal, dia mah mau enaknya sendiri. "Apa bedanya di luar dan di dalam? Toh kita sama-sama melaluinya." Mas Dareen protes. "Lagi pula kalau di luar, akulah yang tersiksa! Kamu, sih, enak!" Mana ada yang enak? Harus melalui malam pertama dengan pria menyebalkan sepertinya. Membayangkan dekat dengannya saja tak pernah, apalagi sampai harus menikah dan satu kamar begini.  Ah, ngeselin! Kenapa juga aku harus bertukar tempat dengan Kinara, Tuhan? "Terserah!" ucapku enteng. Mana peduli aku pada perasaannya? "Pokoknya di luar. Aku pinjemin selimut dan bantal! Bawel!" "Tap ...." Suara Mas Dareen meninggi. Pasti mau protes, deh.  Ucapan itu belum selesai.Namun, kami harus menole
Read more

Kejadian Tadi Malam

Pria itu mengangkat daguku dengan jemarinya, hingga tatapan kami bertemu. Bisa kurasakan kehangatan di kedalaman dua manik mata pekat Mas Dareen. Perasaan apa ini? Padahal baru ini kami sedekat sekarang. Segera kutepis perasaan aneh itu. Aku tak boleh terperdaya pada buaya ini! Jelas saja dia bisa membuatku nyaman untuk sesaat, dia kan play boy! "Apa kamu ingin membalas mereka?" tanya Mas Dareen menatapku dalam. Kulempar tangannya menjauh dengan kasar. "Udah deh, jangan modus!" Kuseka mataku yang basah lalu meninggalkannya menjauh. "Hem. Ya sudah. Aku kan cuma menawarkan diri." Pria itu manggut-manggut.  Kan ... begitu santainya dia menanggapi situasiku. Apa namanya kalau gak modus! "Lagian, udah aku kasih selimut juga kan? Pakae alasan gak ada penghangat!" ucapku kesal. "Jangan lupa! Mas sudah janji gak akan nyentuh aku
Read more

Kegilaan Mas Dareen

"Ehm, iya. Tadi malam Mas Dewa tidur di post. Hehe. Nemenin saya katanya," jawab Pak satpam. Apa? Dia tak tidur di kamar bareng Qinara? Apa itu artinya ... suara-suara aneh dari kamar sebelah cuma akal-akalan Qinara? Atau ada hal lain yang terjadi pada perempuan yang katanya dihamili Mas Dewa itu? Aku yang terkejut, menatap Mas Dewa untuk melihat ekspresi pria itu. Lagi, Mas Dewa pun menatapku. Ada sebuah protes dalam tatapannya. Seolah tak terima aku menuduhnya yang tidak-tidak, seolah-olah dia tahu apa yang aku pikirkan tentangnya. Apa dia sebenarnya memang tak pernah menyentuh Qinara? Apa semalam ... Qinara sengaja memanas-manasiku agar aku sepenuhnya melepaskan Mas Dewa? Kalau begitu ... aku sudah melakukan kesalahan besar pada pria, yang namanya masih memenuhi ruang hatiku itu. Ah, nggak! Aku gak boleh lemah.  Dosa dia itu guede lho! Hamilin anak orang. Dan lebih menyak
Read more

Berburu Lingerie

 "Melihat bagaimana stamina Kalila, aku bahkan yakin dia bisa melahirkan lebih banyak dari itu." Mas Dareen menatap ke arahku. Lebih tepat menatap bagian kepala hingga kaki, hingga membuatku kikuk sendiri. Mataku menyipit ke arah Mas Dareen. Ingin sekali mengatakan bahwa apa yang dilakukannya itu sudah keterlaluan. Namun, justru akulah yang terkesan keterlaluan di depan semua orang. Dia kan sekarang suamiku, wajar jika bercanda demikian. 'Tapi ... Apa maksud pria mesum itu sekarang? Apa dia ingin mengatakan pada semua orang bahwa kami sudah melakukannya? Dasar gila! Nggak secepat itu juga kale, Mas!' "Kamu lagi ngapain, Mas?" tanyaku dengan nada heran. Pria itu seolah tak mau berkedip menatap ke wajahku sekarang. "Menatap masa depan. Gak boleh?" Mas Dareen mengangkat kedua alisnya. Aku mendesis. Tersenyum masam. Kalau cewek lain bolehlah klepek-klepek dibucinin. Tapi
Read more

Suami Menyebalkan

 "Oh ya, Sayang kamu bilang tadi ada lingerie diskon di Mall. Kamu pasti takut kehabisan kan? Ayuk biar aku antar." Mas Dareen, tiba-tiba ikut bangkit, lalu meraih tanganku. Kontan saja aku menatap bingung, wajahnya lalu jemarinya yang tertaut dengan jemariku erat. Aku tak bisa mengerti bagaimana jalan pikiran Mas Dareen. Apa dia ingin menyelamatkanku dari kebingungan menjawab pertanyaan Nenek? Atau dia sengaja mengejek? Ah, seenggaknya kalau memang mau bantu, ya jangan nyebut lingerie lah. Kan bisa bilang mau beli sabun, odol kek, skincare. Ck. Emang aja, otak dia mesum. "Kalau begitu, kami permisi dulu, Pa, Pi, Ma, Nek." Pria itu berpamitan dengan sopannya. Tersenyum pada semua orang, lalu tersenyum padaku. Sementara aku, hanya bisa melongo mendengar alasannya yang tak masuk akal. Untuk apa aku berburu lingerie diskonan? Lalu pasrah mengikutinya meninggalkan meja makan ke kamar kami.
Read more

Ke Hotel Saja

 "Waw ... aku sangat ingin berkomentar, Kalila. Tapi ... aku sadar bahwa berkomentar mengenai seseorang adalah hak netizen," ucapnya dengan tatapan takjub. Dasar buaya! Entah, itu pujian atau dia menahan diri memujiku kali ini. Tapi yang jelas, bukannya aku senang mendengar ucapannya. Tapi ... malah pengen ngakak! Aku tergelak menahan tawa, tapi tak lama tawa itu pecah juga.  "Hahaha." Aku bahkan sampai lupa kalau saat ini tengah berduka. Pernikahan dengan orang yang kucintai telah gagal. Kalau dipikir, Mas Dareen selalu mengalihkan perhatianku tanpa sadar. Saat di meja makan dan tadi saat melihat pasangan pengkhianat itu terlihat mesra, di bibir kamar mereka. "Ck. Sudah kuduga kamu akan tertawa seperti ini. Mana ada wanita yang bisa menolak pesona seorang Dareen?" Pria itu bangkit dari ranjang.  "Wokeh! Ayo kita lanjutkan
Read more

Aplikasi Pasangan

Pesan itu datang dari nomor Mas Dewa.   [Kalila, semua belum terlambat untuk kita. Mumpung kamu ada di luar rumah. Katakan sekarang ada di mana? Aku akan menjelaskan semua kesalahpahaman ini]   Dahiku mengerut. Menjelaskan semuanya? Jadi dia meminta kesempatan lagi. Padahal sebelum ini aku sudah keukeh untuk tidak meladeninya. Sepertinya bicara sekali akan cukup. Dia tak akan mengangguku lagi setelah ini.   Tapi ... bagaimana kalau malah aku terpengaruh?   "Ada apa, mukanya anyep gitu?" seloroh Mas Dareen.    Rupanya diam-diam dia memperhatikanku.    "Ahm, nggak, Mas." Aku menggeleng. Tak ingin dia tahu dan ikut campur.   "Pesan dari siapa? Rentenir?"   "Ish ngadi-ngadi! Emang ngapain rentenir
Read more

Senyum Mas Dewa

"Aku juga tahu alasanmu kenapa tiba-tiba menikahi Kalila." Ucapan terakhir Mas Dewa membuat mataku sontak menyipit ke arahnya. Dia tahu? Benarkah? Sementara Mas Dareen terlihat diam, menatap pria itu. Lebih tepatnya terlihat tenang. Entah, apa yang ada dalam pikirannya sekarang? "Oya?" Mas Dareen manggut-manggut kemudian. "Huft." Pria itu meniup pelan udara dari mulutnya. Lalu berbalik tubuh menatapku. Sadar ia akan bicara padaku, aku pun menghadap Mas Dareen hingga kami saling tatap. "Katakan padaku, kamu ingin bicara padanya?" tanya Mas Dareen, menatapku dalam. Aku menggeleng. Meski aslinya sangat ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang Mas Dewa lakukan sampai Qinara bisa hamil? Kenapa dia bisa tiba-tiba menjalin hubungan dengan Qinara, dan sejak kapan? "Aku ulangi lagi." Mas Dareen masih menautkan tatapannya padaku. Tak berali
Read more

Aku Mencintaimu

 "Dareen?" Mas Dewa mengucap tak suka pada kehadiran suamiku.  Mungkin apa yang ingin disampaikan adalah mengenai Mas Dareen juga. Atau ada sesuatu yang ingin dia sampaikan padaku saja, tanpa mau didengar oleh orang lain. Suamiku justru tersenyum ia seolah tak peduli pada reaksi Mas Dewa yang tak bersahabat itu. "Maaf jika kamu tak suka, mana bisa sebagai suami kubiarkan istriku bicara berduaan dengan pria lain?" "Ck. Sial," decak Mas Dewa. Ya Tuhan, nyaris saja tak pernah kudengar mengumpat selama aku mengenalnya. "Kalau aku membawanya ke atas masuk kamar baru kamu boleh ikut. Kami hanya bicara, di tempat ramai pula. Kenapa kamu harus turut serta?" protesnya lagi. "Apa?" Mas Dareen menatap pria itu.Senyumnya memudar. "Ehm. Ya. Benar. Biarkan Mas Dareen bergabung. Dia suamiku," ucapku kemudian. Tak a
Read more

Aku Mencintaimu ....

"Dareen?" Mas Dewa mengucap tak suka pada kehadiran suamiku.  Mungkin apa yang ingin disampaikan adalah mengenai Mas Dareen juga. Atau ada sesuatu yang ingin dia sampaikan padaku saja, tanpa mau didengar oleh orang lain. Suamiku justru tersenyum ia seolah tak peduli pada reaksi Mas Dewa yang tak bersahabat itu. "Maaf jika kamu tak suka, mana bisa sebagai suami kubiarkan istriku bicara berduaan dengan pria lain?" "Ck. Sial," decak Mas Dewa. Ya Tuhan, nyaris saja tak pernah kudengar mengumpat selama aku mengenalnya. "Kalau aku membawanya ke atas masuk kamar baru kamu boleh ikut. Kami hanya bicara, di tempat ramai pula. Kenapa kamu harus turut serta?" protesnya lagi. "Apa?" Mas Dareen menatap pria itu.Senyumnya memudar. "Ehm. Ya. Benar. Biarkan Mas Dareen bergabung. Dia suamiku,"
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status