Saat sedang asik menyuap makanan di meja makan, tatapan Miranti digagalkan oleh bayangan berkelebat di ruang tamu yang dihubungkan oleh ruang tengah tanpa pintu. Karena posisi wanita menghadap ke ruang tamu, jadi bisa melihat apa yang ada di depan hanya dengan mendongak."Hem? Apa itu tadi?" gumamnya sendirian.Tak ada orang lain, sebab Qinara atau pun Dewa sudah kembali ke kamar. Hanya ada si Mbak yang senantiasa menemaninya, dan siap kapan saja kala majikannya itu memerlukan bantuan."Masa Dewa, sih? Kalau iya, kenapa juga dia mengendap-endap ke luar? Qinara? Apalagi dia? Dia kan sedang hamil. Nenek ...? Hem, bisa saja. Tapi masa iya Nenek? Kayanya lebih gembul." Wanita paruh baya itu, berpikir yang bukan-bukan, hingga akhirnya memutuskan bangkit dari duduknya untuk melihatnya.Miranti berjalan cepat, meninggalkan dapur, menyusuri lantai marmer di ruang tengah, lalu ke ruang tamu.Namun, terlambat ... baru saja kakinya menjejak ruang tamu, deru m
Read more