Home / Romansa / SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN: Chapter 31 - Chapter 40

104 Chapters

Melepaskan

"Aku akan mengatakan yang kamu minta pada Kalila, jadi kirimkan uang untuk semuaaa biaya pernikahan. Bukan hanya resepsi. Tapi juga lamaran, dan semua yang kuberikan pada Kalila." Suara dia ujung telepon terdengar tanpa basa-basi."Apa?" Suara di ujung telepon terdengar terkejut."Kenapa terkejut begitu? Apa uangmu habis?" Dewa terkekeh di ujung pertanyaannya.Pria itu melirik sesekali pada wanita yang duduk bersandar di atas ranjang. Wanita yang tak lain adalah istrinya sendiri itu, menatapnya dengan bingung. Lelaki di depan jendela kamarnya, menopang siku di mulut jendela itu dengan pandangan jauh ke luar, sambil bicara pada orang di ujung ponsel."Apa yang dilakukannya? Apa dia sedang memalak Dareen? Memeras? Cih ... dia lebih buruk dari pada aku," gumam Qinara dengan mata memicing ke arah pria tersebut."Tapi apa yang mereka sembunyikan dari Kalila? Aku penasaran." Qinara mengetuk-ngetukkan jemari ke pipinya."Oke! Tunggu sebentar ...."
Read more

Ini Pertama Bagiku

Miranti menatap kamarnya dengan heran. Ruangan itu terlihat rapi. Dan ... terasa lengang.Pagi-pagi biasanya ranjangnya berantakan karena selimut sang suami, tapi kali ini ia tak mendapati hal yang sudah menjadi kebiasaan tersebut."Apa Papa tak tidur di kamar semalam?" gumamnya. Diketukkan jemari ke pipi, berpikir apa terjadi sesuatu pada pria itu?"Ini sungguh aneh!" Miranti mendesah panjang. Sebelum akhirnya keluar kamar, berniat mencari sang suami.Ketika melihat ibu mertuanya, sedang berolahraga di kebun kecil belakang rumah, Miranti segera mendekat untuk bertanya. Karena tak mungkin bertanya pada Qinara yang seolah menutup mata pada orang-orang di sekeliling.Miranti sendiri bahkan mengakui, bahwa si bungsu itu kelewat egois.Kalau saja ada Kalila di rumah, pasti ia bisa bertanya tentang semua hal di rumah ini. Anak sambungnya itu, bukan hanya dekat dengan ayah dan neneknya, dia bahkan dekat dengan pembantu mereka. Juga tahu apa yang m
Read more

Malunya Kalila

Nenek masuk ke kamar tamu dengan mengendap-endap, memanfaatkan waktu saat semua orang sedang sibuk makan di dapur. Menutup pintu dengan hati-hati, agar tak menimbulkan suara, hingga Miranti memergoki mereka.Wanita itu membawa makanan yang sudah dibuatnya subuh tadi, untuk puteranya. Karena pagi ini mereka berniat untuk tidak datang ke meja makan."Huft. Apa harus begini, Nek?" tanya Pramana bimbang."Heem." Nenek mengangguk. "Apa kamu mau tinggal di kantor saja? Atau menyewa rumah dekat kantor?" tanya Ibu Pramana itu penuh pertimbangan.Lagi, Pramana mendesah panjang. Ia merasa lelah jika harus menghindari istrinya sendiri. Kalau saja boleh, sedari semalam pria paruh baya itu ingin memperjelas semuanya dengan bicara. Hingga ia tahu apa yang sebenarnya terjadi?Namun, sakit yang ia miliki memaksanya menghindar dan menjauhi Miranti, sebagai sumber penyakit baginya sekarang. Hal itu sejalan dengan yang ibunya katakan. Bahwa, ia harus menjauhi sumber
Read more

Honeymoon

Saat sedang asik menyuap makanan di meja makan, tatapan Miranti digagalkan oleh bayangan berkelebat di ruang tamu yang dihubungkan oleh ruang tengah tanpa pintu. Karena posisi wanita menghadap ke ruang tamu, jadi bisa melihat apa yang ada di depan hanya dengan mendongak."Hem? Apa itu tadi?" gumamnya sendirian.Tak ada orang lain, sebab Qinara atau pun Dewa sudah kembali ke kamar. Hanya ada si Mbak yang senantiasa menemaninya, dan siap kapan saja kala majikannya itu memerlukan bantuan."Masa Dewa, sih? Kalau iya, kenapa juga dia mengendap-endap ke luar? Qinara? Apalagi dia? Dia kan sedang hamil. Nenek ...? Hem, bisa saja. Tapi masa iya Nenek? Kayanya lebih gembul." Wanita paruh baya itu, berpikir yang bukan-bukan, hingga akhirnya memutuskan bangkit dari duduknya untuk melihatnya.Miranti berjalan cepat, meninggalkan dapur, menyusuri lantai marmer di ruang tengah, lalu ke ruang tamu.Namun, terlambat ... baru saja kakinya menjejak ruang tamu, deru m
Read more

Honeymoon 2

Kalila keluar kamar mandi dengan langkah gontai. Ada rasa nyeri yang menjalar di salah satu bagian tubuhnya."Aneh, kenapa rasanya lemas begini? Padahal aku sudah mandi dua kali," keluhnya sambil memegangi handuk di kepala yang nyaris jatuh.Tidak seperti mandi pertama yang terburu-buru, kali ini bisa bergerak dengan santai karena Dareen tak lagi mengincarnya. Langkah wanita itu kemudian berjalan ke depan cermin besar hotel yang berdiri di samping lemari.Tak lama, Dareen pun keluar dari kamar mandi. Tampak segar, meski yang ia rasa tak jauh beda dari Kalila. Kalila melirik dengan menyembunyikan malu. Menahan senyumnya karena merasa bahagia.Wanita baru tahu, bahwa melampiaskan cinta bisa membuatnya sesenang sekarang.Pria itu berjalan lebih dulu ke lemari mencari pakaian ganti. Ia ingin menggoda Kalila, tapi entah ke mana sebagian gairah hidupnya menghilang.Ia mereasa begitu lelah. Rasanya Dareen ingin segera menyudahi aktivitasnya dan kem
Read more

Kamu Mau Lagi?

"Ish, kenapa harus wudhu lagi, sih?" Kalila menggerutu.Bibirnya mencebik seolah kesal karena perlakuan Dareen. Walau sebenarnya Kalila sendiri menyukainya.Perempuan itu bukannya cepat menyempurnakan wudhu, ia malah mematut diri di depan cermin. Kalila melakukan itu, karena sadar kopernya belum datang. Dipegangi bibir merah miliknya sambil tersenyum."Jadi begini rasanya?"Ingatannya berputar saat bersama Dewa dulu. Beberapa kali pria itu berusaha menciumnya. Tak dipungkiri saat jatuh cinta pada Dewa, ia sangat menginginkannya juga. Untung saja, setiap kali hal itu terjadi ada saja gangguan, dan Kalila bisa menghindarinya.Dia bersyukur mengenal Islam, hingga bisa berhati-hari dan menjaga diri dari pergaulan yang Tuhannya haramkan. Meski pun keduanya sudah menetapkan tanggal pernikahannya, tetap saja belum halal melakukan apa saja.Kalila kembali tersenyum, menatap pantulan bayangan di cermin. Seorang wanita cantik yang masih memegangi bibi
Read more

Tak Canggung Lagi

"Kenapa?" tanya Dareen.Pasti ada alasan kenapa Kalila melarangnya mentransfer uang pada Dewa. Dan tentu saja akan berbeda dengan alasannya yang ingin memberi pelajaran pria sombong itu."Karena aku gak mau kehilangan, Mas," jawabnya lemah, karena kecemasan tengah memenuhi hatinya."Hah?" Mata Dareen melebar dengan dua alis terangkat. Kalila sekarang menggantikan perannya jadi bucin."Kalila," panggilnya kemudian."Ya?" sahutnya cepat."Jadi kamu masih mau lagi?" Pria itu merasa, ucapan wanitanya adalah sebuah kode."Hah?" Kalila menarik kepala, melihat pada Dareen yang tengah menatap tegang ke arahnya.Wanita itu tertawa kecil. Kemudian mencubit pipi yang ditumbuhi jambang halus milik kekasihnya dengan gemas. Pria itu benar-benar punya otak mesum!"Apaan, sih, Mas? Ini aja masih selimutan kita!" ketusnya. Tangan Kalila mnyubit selimut yang menutupi tubuh mereka dan mengangkat ke atas sebagai penegasan."Ah, ya. K
Read more

Aku Sedang Sibuk Bermain

Dewa turun tangga dengan bersungut-sungut. Mulai merasa frustasi menunggu kabar dari Dareen. Entah, apa rencananya kali ini akan berhasil?"Sial! Dia memang sengaja mempernainkanku! Katanya mau transfer tapi malah tak ada kabarnya sampai pagi," ucap pria yang kakinya menapaki anak-anak tangga.Pria yang selalu berpakaian rapi itu tengah menuju lantai bawah. Untuk menemui Nenek yang selama ini terlihat berpihak pada Dareen."Yah jelas saja ibu tua itu lebih berpihak pada Dareen, pria kaya yang memiliki segalanya. Bukan Dewa yang hanya rakyat jelata," gumamnya kesal.Saat kakinya baru saja menjejak di lantai bawah, matanya menangkap sosok Qinara yang tengah menenangkan Mamanya. Wanita paruh baya itu seperti tengah menangis kehilangan sesuatu."Ada apa?" tanya Dewa penasaran.Bukannya menjawab Qinara melirik pria itu dengan kesal. Mamanya tak peduli, pada keberadaan Dewa. Pria yang sejak awal tak ia sukai.Miranti lebih sibuk memikirkan
Read more

Fokus pada Dareen

"Kamu tahu, karena banyaknya permintaanmu, dan mama ikut-ikutan, Papamu jantungan dan Nenek meminta Papa menceraikan Mama!" Pengakuan Miranti membuat Qinara membeliakkan mata .Ia bertanya dalam benak. Apa maksud mamanya? Kenapa tiba-tiba menyalahkannya? Apa ini tanda wanita itu mulai sadar dan berbalik menentang semua kemauan dan rencana besar yang sudah mereka susun bersama?"Apa maksud Mama? Kenapa Mama tiba-tiba marah padaku?" Qinara bertanya heran."Karena kamu sudah menghancurkan semuanya Qinara. Cinta, hubungan keluarga, hubungan mama dengan nenek dan juga hubungan dengan papamu!" Suara Miranti dipenuhi emosi."Kamu tahu ... Papamu jantungan Qinara, kita harus menghentikan ini Qinara." Meski ia silau terhadap uang, tapi Miranti memiliki perasaan yang dalam pada suaminya. Pria yang selama ini mencintainya dengan tulus.Berbeda dengan kebanyakan pria di luar sana.Pramana satu-satunya pria yang mau menerimanya apa adanya."Heh."
Read more

Maaf .… (Full Bucin)

"Silakan Nyonya Dareen yang cantik." Dareen menarik kursi untuk Kalila.Dikulum senyum manis sebagai refleksi hati Dareen.Jangankan hanya menggeser kursi, menggeser hotel pun akan dilakukan jika Kalila yang meminta.Wanita ayu di hadapannya menoleh, matanya menangkap bibir tipis suaminya yang melengkung. Ia pun membalasnya tak kalah manis. Dalam waktu singkat, senyuman yang tulus akan menerbitkan senyum tulus lainnya.Bagi Kalila, tidak ada sesuatu yang lebih menyenangkan, selain menimbulkan senyum di wajah orang lain, terutama wajah yang kita cintai."Makasih, Mas."Wanita itu tersipu. Selain lucu dan menyebalkan, Dareen juga bisa bersikap sangat manis untuknya.Keduanya telah saling jatuh cinta, meski Kalila tak pernah mengucapkannya. Jatuh cinta adalah perasaan terbaik yang mereka alami dalam hidup.Namun di sisi lain, perasaan itu kadang menyiksa wanita itu. Jantung berdebar tak karuan, kepala tak karuan rasanya saat melih
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status