Semua Bab SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN: Bab 81 - Bab 90

104 Bab

Menjemput Bahagia

Dewa melangkahkan kaki cepat menuju lift. Tak lama pria itu masuk seorang diri dan menekan tombol 10 lantai paling atas setelah pintu lift terbuka. Raut wajahnya tegang seolah masalah sedang menumpu di kepalanya. Matanya bergerak-gerak seakan menangkap kecemasan.‘Apa dia menyadarinya? Apa dia akan memecatku? Sial!’ akhirnya Dewa menampakkan kekesalannya, dia pun mendengus “Cih!”Pria muda itu tak menyangka dirinya akan dipanggil Dareen secepat itu. Pesan yang dikirim saudara iparnya meski hanya satu kalimat, entah kenapa membuat perasaannya kian tak menentu.[Dewa. Temui aku sekarang di rooftop.]Kata-katanya memang tak menuduh. Namun dari apa yang Dewa lakukan tanpa sepengetahuannya serta dari sorot tajam mata Dareen yang menatapnya sebelumnya. Sangat wajar, dia berpikiran seperti itu. Setelah keluar dari lift, Dewa menuju anak tangga yang mengarah ke balkon. Jantungnya semakin berdebar kala melihat daun pint
Baca selengkapnya

Pertemuan Romantis

“Sampai kapan gini terus. Ish!” Qinara mendengus kesal.Hanna belum kembali. Entah kemana perginya? Terakhir kali wanita itu berpesan untuk minta tolong membersihkan cafenya selama dia pergi. Tak lama dia dijemput Joe Spyer menaiki mobil yang entah melaju kemana. Sudah sejam lebih belum kembali. Qinara yang tak terima diperlakukan seperti babu sedari tadi mengoceh tak karuan.“Sewot amat dari tadi. Kita bantuin kenapa sih.” Kalila tak ayal mengernyitkan kening melihat tingkah adiknya yang kekanak-kanakkan.“Kok Mbak Hanna seenaknya nyuruh kita bersih-bersih,” gerutunya.“Denger ya, Ra. Dia udah bayarin rumah sakit, udah kasih kita makan, udah kasih kita tinggal di sini. Jadi gak usah banyak ngeluh.” Cerocos Kalila menjelaskan. Berharap adiknya bisa berlapang dada menerima keadaan dan jalani apa adanya.“Ish!” Qinara hanya mencebik.Akhirnya percakapan kedua saudari itu berakhi
Baca selengkapnya

Pelukan Hangat

"Assalamu’alaikum.” Angela datang dengan penampilan yang berbeda dari biasanya.Kontan aku dan keluargaku melongo melihat gaya Angela yang anggun. Setelan blezzer atasan dan bawahan panjang, hijab gulungnya menjadikannya khas yang melingkar di lehernya, serta kacamata hitam yang ditambah dengan make-up yang glowing. Wanita campuran Paris-Jakarta itu tampil percaya diri dengan mengembangkan senyuman manis di depan semua orang.Kami tengah berada di ruang tamu. Aku duduk di sofa bagian tengah berdampingan dengan mama dan adikku yang ada di kanan kiriku. Mas Dareen dan Mas Dewa duduk bersebelahan di seberangku, sementara papa berada di tengah seorang diri.Aku tak menyangka dia masih berani menampilkan dirinya menarik perhatian dan simpati keluargaku dengan hijab seperti itu. Memang sedari awal penampilannya benar-benar membuat orang-orang sekitarnya berbinar. Tatapannya seperti magnet yang melekat.Sayang, aku sudah muak melihatnya.Dia m
Baca selengkapnya

POV Kalila

"Assalamu’alaikum.” Angela datang dengan penampilan yang berbeda dari biasanya.Kontan aku dan keluargaku melongo melihat gaya Angela yang anggun. Setelan blezzer atasan dan bawahan panjang, hijab gulungnya menjadikannya khas yang melingkar di lehernya, serta kacamata hitam yang ditambah dengan make-up yang glowing. Wanita campuran Paris-Jakarta itu tampil percaya diri dengan mengembangkan senyuman manis di depan semua orang.Kami tengah berada di ruang tamu. Aku duduk di sofa bagian tengah berdampingan dengan mama dan adikku yang ada di kanan kiriku. Mas Dareen dan Mas Dewa duduk bersebelahan di seberangku, sementara papa berada di tengah seorang diri.Aku tak menyangka dia masih berani menampilkan dirinya menarik perhatian dan simpati keluargaku dengan hijab seperti itu. Memang sedari awal penampilannya benar-benar membuat orang-orang sekitarnya berbinar. Tatapannya seperti magnet yang melekat.Sayang, aku sudah muak melihatnya.Dia m
Baca selengkapnya

Wanita Nekad

Aku terhenyak melihat Qinara melempar pisau yang dipegangnya. Terlihat jelas mata pisau itu berselimut cairan pekat yang sama dengan cairan yang mengalir di lantai dekat wanita yang terbaring tepat di depan Qinara. Aku, Mas Dareen, Mama dan pembantu yang berteriak tadi tak tahu apa yang dilakukan Qinara di sana karena ia sedari tadi duduk di lantai membelakangi kami semua. Yang pasti tak hanya aku yang kaget. Mereka semua di sini pun melebarkan mata.“Qinara? Kamu bunuh Angela?” tanya mama dengan mata melebar sempurna. Melihat dengan mata kepala sendiri, putri yang dicintai tengah duduk dengan Angela yang masih tak sadarkan diri.“Gak! Gak!” teriak Qinara. “Bukan aku yang jahat!” Adikku berbalik menghadap kami dengan mengernyitkan keningnya. Raut wajahnya terlihat ketakutan serta mengedipkan mata berkali-kali seolah juga tak percaya dengan apa yang dilakukannya. Terlihat ada goresan merah di pipinya seperti bekas darah.&ldquo
Baca selengkapnya

Kencan Ganda

Mr.Richard melangkah lebar menghampiriku, suamiku, Qinara dan Mas Dewa. Namun sorot matanya ke arah Mas Dareen yang ada disebelahku berdiri. Tiba-tiba pria blesteran itu melayangkan tangan kanannnya tepat di rahang kiri suamiku.Plak!“Argh!” Spontan Mas Dareen merespon sakitnya.“Pak!” Kontan aku melindungi wajah tampan paripurna suamiku meski tamparan telah diayunkan Mr.Richard.Kulihat dengan dekat, ada bekas cap tangan merah merona di pipinya. Dari bekasnya nampak sekali tekanan tamparan di pipinya cukup dalam. Terlihat pria bertubuh gempal di hadapan kami telah memukul suamiku dengan segenap seluruh kekuatannya.“Bisa kita bicara baik-baik? Bukan di sini,” titah Mas Dareen dengan tatapan serius.Tak biasanya Mas Dareen serius begini. Mengajak lawan bicara untuk bertatap muka di tempat yang baik dan nyaman. Mungkin itulah yang menjadi pesona Mas Dareen yang mampu membuat lawan bicaranya merasa nyaman d
Baca selengkapnya

POV Kalila

“Aku ke toilet dulu ya,” Qinara beranjak dari kursinya. “La, mau temenin,” pintanya.“Masih mau ngabisin ini.” Aku menunjukkan piringku yang sudah habis seperempat.Sebenarnya nasiku hampir habis, tapi Mas Dareen memberiku separuh nasi lagi untukku. Mungkin dia merasa kasihan aku lebih cepat habis duluan. Dikiranya aku masih lapar. Tak menyangka dia rela memberikan daging rendang dan separuh nasinya pada istrinya yang sedang hamil. So sweet.Apa aku harus pesan lagi buat Mas Dareen? Kasihan belum kenyang dia.Belum sempat aku bicara, Mas Dareen sudah membuka obrolannya. “Dewa, urusan kita belum selesai.” Mas Dareen menatap tajam pria di hadapan kami.Urusan?! Udah ah! Fokus pesan makanan dulu buat Mas Dareen. Biar cepat pulang. Sudah terlalu lama juga kita di sini. Kantin rumah sakit yang akhirnya menjadi tempat makan siang sekaligus kencan ganda kami.“Bentar Mas.&rd
Baca selengkapnya

Rencana Besar

“Sesuai rencana. Kalian pengalihan, kami yang beraksi,” ucap Mas Dareen sembari kedua tangannya memegang kemudi mobil.Aku tepat di sebelah suamiku. Sementara Mas Dewa dan Qinara berada di belakang kami. Style yang kami kenakan semua serba hitam. Terlihat Mas Dareen kaos panjang dipadukan jeans gelap, senada denganku yang memakai dress dan hijab syar’i senada dihiasi corak cardigan putih. Sementara Mas Dewa kemeja garis hitam putih senada dengan Qinara dengan balutan dress dengan garis yang sama serta hiasan hijab gulungan warna gelap.Kami dalam perjalanan menuju perusahaan Mr.Richard memakai mobil Mas Dareen. Di jam mobil terlihat tepat jam 9 pagi, suasana jalan sedikit lengang.“It’s show time.” Aku menaikkan sebelah sudut bibirku.Seperti yang dikatakan Angela dulu kala Mak lampir itu menunjukkan atraksinya dengan membelokkan mobil hingga hancur berantakan. Membuat aku dan Qinara harus melalui hal memilukan selama s
Baca selengkapnya

Beraksi

Aku menurunkan sun visor menatap wajah manisku yang berpoles makep tipis. Kupasang kacamata hitam agar lebih keren. “Let’s go!”Kubuka pintu mobil dan berdiri bersamaan dengan Mas Dareen, Qinara dan Mas Dewa pada sisi yang berbeda. Kupandangi mereka yang juga memasang kacamata hitam senada dengan setelan gelap yang kami kenakan.Dengan cantiknya dan gagahnya kami melangkah elegan menuju Richard Group. Sebelum sampai ke bibir gedung. Pandanganku terpaut pada mbak Hanna dan Joe Spyer yang tengah menunggu kami di tiang pancang di pojok gedung sisi kiri. Dan entah kebetulan atau direncanakan mereka memakai style yang sama dengan kami.Kontan aku dan Qinara menghampirinya lebih dulu disusul suami dan mas Dewa. Aku memeluk mbak Hanna meluapkan rasa rinduku meski hanya sepekan kami berkenalan. Begitupun Qinara yang sedari tadi mengusap lengan mbak Hanna.“Makasih mbak Kalila dan Qinara. Aku senang bisa ikut dalam rencana kalian.” Mb
Baca selengkapnya

Akhir

Joe Spyer dan Hanna saat ini tak hanya duduk manis di mobil sembari menunggu pasangan Kalila-Dareen, Qinara-Dewa kembali ke sini. Joe Spyer meraih benda pipih di dalam saku celananya. Cukup susah mengambilnya karena dia tengah duduk di jok bagian kemudi mobil Dareen. Mobil itu terparkir di antara parkiran mobil lainnya yang kurang lebih berjarak 20 meter dari bibir gedung perusahaan Richard Group.Pria blesteran itu tengah memainkan jemarinnya di layar ponsel mencari nama Mr. Richard. Nama itulah yang akan menjadi target untuk disadap.Semenatara Hanna memangku laptop yang sedari tadi terbuka. Jemari wanita berhijab segitiga itu tengah menari-nari di atas keyboard. Mengotak-atik video yang diterimanya dari Dareen untuk dipangkasnya. Video yang menggambarkan jalan raya serta adegan percakapan antara Angela dan Kalila di mobil yang kala itu juga ada Qinara yang tak sadarkan diri di jok belakang.Tiba-tiba ponsel Joe Spyer yang dipegangnya bergetar. Bola matanya me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status