“Aku ke toilet dulu ya,” Qinara beranjak dari kursinya. “La, mau temenin,” pintanya.“Masih mau ngabisin ini.” Aku menunjukkan piringku yang sudah habis seperempat.Sebenarnya nasiku hampir habis, tapi Mas Dareen memberiku separuh nasi lagi untukku. Mungkin dia merasa kasihan aku lebih cepat habis duluan. Dikiranya aku masih lapar. Tak menyangka dia rela memberikan daging rendang dan separuh nasinya pada istrinya yang sedang hamil. So sweet.Apa aku harus pesan lagi buat Mas Dareen? Kasihan belum kenyang dia.Belum sempat aku bicara, Mas Dareen sudah membuka obrolannya. “Dewa, urusan kita belum selesai.” Mas Dareen menatap tajam pria di hadapan kami.Urusan?! Udah ah! Fokus pesan makanan dulu buat Mas Dareen. Biar cepat pulang. Sudah terlalu lama juga kita di sini. Kantin rumah sakit yang akhirnya menjadi tempat makan siang sekaligus kencan ganda kami.“Bentar Mas.&rd
Baca selengkapnya