Aku mendekap Kalila yang sedari tadi merintih kesakitan. Udah kesekian kali dia mencengkram jempol kananku. Nyeri banget, tapi apalah daya, rasa sakitnya pastinya sudah beratus kali lipat dari jempolku ini. Aku memang belum merasakannya, tapi kalau dilihat dari ekspresi kakakku, sakit yang dirasakannya membuatku begidik dan keringatan. Rasa cemas, ketakutan bercampur aduk. Sesekali aku melihat roknya. Berharap tak ada aliran dan tembusan karena cairan merah. Takut kalau-kalau seperti diriku di masa lalu.“Kenapa Mas Dareen gak masuk-masuk sih?” sewotku. Pandanganku tertuju pada seorang pria di luar yang kehujanan. Tak lama dia berjalan menjauh hingga tak terlihat lagi dari balik jendela. “Lho?! Kok malah?”“Kenapa … La?” tanya Kalila yang perlahan membuka matanya sedikit sembari ekspresinya meritnih kesakitan.“Eh ,gak apa-apa,” jawabku mencoba menenangkannya.Jangan sampai dia tahu kalau suaminya per
Baca selengkapnya