Semua Bab SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN: Bab 91 - Bab 100

104 Bab

Menatap Mesra

“Sekarang jelaskan apa yang kalian lakukan tadi?” tanya Qinara sembari menyilangkan tangannya ke dada.Wanita itu duduk di jok mobil bersamaku bagian tengah. Terlihat Mas Dareen dan Mas Dewa duduk bagian paling belakang. Sementara Joe Spyer memegang kemudi dan Mbak Hanna tepat di sebelahnya.Sepanjang perjalanan dengan mobil berlambang tiga wajik warna merah milik suamiku, pandangan Qinara terus menyorot padaku.Aku menarik napas panjang, “Ya … ya … aku mengerti kenapa kamu marah, dan mungkin kalian juga pasti nyesel. Aku minta maaf ya.”Sebenarnya sangat disayangkan rencana kami berakhir tak seperti ekspektasi. Jika dipikir kembali, kami sudah melakukan yang terbaik. Berhasil mengambil black box dash cam, mengeditnya lalu menyebarkan bukti lewat speaker aktif. Namun dengan mudahnya aku meng-cancle semua itu. Tak lagi melanjutkan rencana penyebaran video bukti kejahatan Angela kepada semua karyawan di perusahaan Richa
Baca selengkapnya

Happy Ending

9 bulan kemudian...Kusempurnakan ibadahku dengan sujud pada Sang Kuasa. Melakukan sholat dhuha sudah menjadi kebiasaan selama hamil. Tak lupa bacaan dzikir pagi kulantunkan pelan. Berharap bayi di dalam perutku bisa mendengar dan merasakannya betapa menyenangkan dan menangkan bisa bermunajat pada Allah.Selain itu, aku mendengar informasi kalau gerakan sholat bisa mempermudah kelahiranku nanti. Terutama kala kehamilan yang sudah memuncak besarnya justru harus memperbanyak sujud agar posisi bayi kepalanya ke bawah.Selesainya melipat mukena, aku pun bergegas menuju meja makan dan langsung menyambar sendok untuk menuangkan madu lalu minyak zaitun setelahnya. Setiap hari menjadi rutinitas dua jam setelah sarapan. Katanya sih, selain menjaga imun juga menjaga tumbuh kembang si bayi di perut. Setelah itu, aku mengambil buah pisang kesuakaanku. Pisang memang buah paling gampang dikupas dan tak ada biji. Selama hamil aku sering membeli pisang sebagai camilan sehat dar
Baca selengkapnya

Seorang Diri

Aku mendekap Kalila yang sedari tadi merintih kesakitan. Udah kesekian kali dia mencengkram jempol kananku. Nyeri banget, tapi apalah daya, rasa sakitnya pastinya sudah beratus kali lipat dari jempolku ini. Aku memang belum merasakannya, tapi kalau dilihat dari ekspresi kakakku, sakit yang dirasakannya membuatku begidik dan keringatan. Rasa cemas, ketakutan bercampur aduk. Sesekali aku melihat roknya. Berharap tak ada aliran dan tembusan karena cairan merah. Takut kalau-kalau seperti diriku di masa lalu.“Kenapa Mas Dareen gak masuk-masuk sih?” sewotku. Pandanganku tertuju pada seorang pria di luar yang kehujanan. Tak lama dia berjalan menjauh hingga tak terlihat lagi dari balik jendela. “Lho?! Kok malah?”“Kenapa … La?” tanya Kalila yang perlahan membuka matanya sedikit sembari ekspresinya meritnih kesakitan.“Eh ,gak apa-apa,” jawabku mencoba menenangkannya.Jangan sampai dia tahu kalau suaminya per
Baca selengkapnya

Sakit Tak Berdarah

Di tengah hujan yang begitu lebatnya, datang seseorang dengan jaket serta masker serba hitamnya mengetuk keras jendela mobil.“Ini aku! Cepat buka!” teriak pria di luar mobil yang masih gencarnya mengetuk pintu.Siapa coba yang tak panik jika posisi sepertiku yang di dalam mobil seorang diri?! Panik? Ya panik lah!Apa dia penjahat? Penculik? Pemerkosa? Perampok? Banyak pertanyaan yang memenuhi pikiranku tentang siapa orang itu.Buka gak? Fokus Ra! Siapa tahu dia orang baik. Ayo positif thinking. Hatiku bergejolak.Pandanganku terpaku pada botol minuman yang masih penuh. Aku segera meraihnya dan kuayunkan keras setelah jendela mobil separuh kubuka. Namun sayang, pria itu lebih gercep menangkap tanganku yang masih memegang botol minuman.“Ini aku!” seru pria misterius itu.Suaranya tak asing tapi aku masih belum bisa menerka siapa? Mungkin ketakutan yang membuat pikiranku tak bisa fokus begini.Dengan cepa
Baca selengkapnya

Jatahku Kapan Sayang?

Dewa melangkah mendekat dengan sorot mata tajam. Terlihat kemarahannya yang bergejolak dalam diamnya. Mendadak tubuhnya menunduk mengambil sapu yang tergeletak di lantai. Dia kembali beranjak sambil sapunya diangkat tinggi-tinggi.Kontan Qinara yang sedari tadi ketakutan dengan sikap suaminya langsung menyilangkan dada sambil memejamkan erat matanya.“Mau tahu seberapa besar marahku, terlebih bayi itu?!” kecam pria itu sembari menunjuk perut Qinara dengan sapu.‘Kenapa Mas Dewa jadi begini? Apa dia lagi kerasukan karena masalah tadi? Apa dia mau membunuh bayi di perut ini?’ Pertanyaan bertumbuk di kepala wanita itu. Dia segera memeluk perutnya dengan matanya masih merem. Takut melihat wajah suaminya yang masih meradang.Tiba-tiba Qinara merasakan ada sesuatu yang halus seperti bulu baru saja melewati kakinya. Kontan wanita berhijab plisket itu terhenyak dengan melebarkan matanya sempurna. “Apa?!” Dia segera tersadar mel
Baca selengkapnya

Jaga Suamimu Baik-Baik

“Jatahku mana, sayang?” tanya Dewa sembari langkahnya kian mendekat.Seketika itu tangan Qinara berhenti menata kue-kue yang sedari tadi berserakan di atas meja. Rencana kue-kue itu mau di taruh di toples dan dimasukkan dalam kantung kresek. Wanita itu tertohok, matanya membulat sempurna.‘Kenapa Mas Dewa minta, di saat situasi begini?’Melihat Qinara yang masih terbebani dengan kakaknya yang akan melahirkan. Entah hingga sekarang belum tahu apa yang terjadi dengan Kalila dan bayinya. Tersadar, ponsel wanita itu masih tertancap erat di usb dalam mobil. Belum lagi, tujuan mereka ke sini untuk membawa bekal untuk Kalila dan Dareen yang pastinya akan meningap di rumah sakit beberapa hari di tempat kedua bumil itu sering kontrol kehamilan. Wajar, penasaran Qinara semakin di ubun-ubun karena tak tahu apa sebenarnya yang terjadi pada kakaknya di sana.“Maksudnya?” Qinara menerka maksud Dewa. Perasaan gugup kala menatap dua ma
Baca selengkapnya

Penggoda

“Masalah perusahaan, apa sudah ada perkembangan? Ku dengar proyek sebelumnya banyak kerugian.” Dewa memulai membuka topik. Pria itu mengaduk gelas cappuchino di depannya sembari menunduk. Pembahasan ini juga terasa berat baginya.Sadar kalau yang ia bahas ini termasuk proyek yang pernah dirusaknya karena suruhan Angela. Sebenanya bisa saja Dewa tak mengikuti Angela. Namun ambisi yang menginginkan posisi yang sama seperti Dareen membuatnya pasrah dan mengikuti kemauan Angela kala itu.Tentunya jelas membawa trouble bagi perusahaan Biantara Group. Berawal Property Hyatt memakai kualitas rendah yang dipesannya dari perusahaan itu. Hingga akhirnya hotel yang di bangun atas kerjasama itu mengalami keretakan hebat.Kini Property Hyatt menuntut mendekor ulang. Padahal jelas tidak bisa karena sudah ada beberapa tamu yang masih check in di sana. Pihak Biantara ingin segera mengosongkan wilayah itu karena berbahaya. Namun Mr. Richard tak bergeming dan tetap ke
Baca selengkapnya

Dareen Kembali

Dareen kembali ke kamar pasien, mendekati istrinya dengan wajah lesu.“Sayang.” Pria itu duduk di sisi ranjang. Dia menatap lekat istrinya seolah mimikirkan rangkaian kata yang akan diucap. Pria itu merengkuh tubuh Kalila yang ada di sampingnya. Bibirnya mendekat ke telinga wanita itu, “Maaf sayang, aku harus pergi sore ini ke Prancis.”“A-apa?” Kalila segera menarik kepalanya menjauh. Melepas pelukan suaminya.“Perusahaan sedang genting. Mr. Richard menuntut royalty yang tak masuk akal. Aku dan Dewa harus ke sana, membujuknya dan menyutujui kontrak baru.” Dareen kembali melingkarkan lengan ke leher Kalila, memeluk erat, membuat istrinya bersandar di bahunya. Membujuk istrinya untuk meridhoi kepergiannya.“Mr. Richard? Papanya Angela?” Kalila menarik kepalanya. Namun kembali pasrah, tak kuat melepasnya.Dareen perlahan melonggarkan lengannya lalu mengusap kedua lengan istrinya. Di tatapnya
Baca selengkapnya

Aku Gigit Ya

“Mana anaknya daddy?” Wajah Dareen terlihat jelas di layar ponsel Kalila.“Lama-lama jadi sugar daddy? Udah ah! Aba aja oke, lebih alim. ” Kalila membujuk dengan mengedipkan mata genit.“Oppa gimana?” Pria itu mengedikkan dua alisnya. “Oppa Dareen Sarange … hahaha …” Dia bertingkah cute dengan suara dimiripin emak-emak yang kesemsem sama actor korea.“ Hahahaha … Mas ihh.” Kalila terpingkal-pingkal dengan tingkah konyol suaminya.Video call yang dari beberapa menit lalu, pagi ini hanya membahas panggilan nama orangtua untuk Kalila dan Dareen.“Appa Amma gimana?” Kalila mengedikkan alisnya sembari melayangkan senyuman manis.“Aa … Aa …” Suara bayi terdengar bangun dari arah belakang wanita itu. kontan Kalila terhenyak dan menoleh ke belakang.“Masya Allah, anaknya jawab tuh.” Mata Dareen berbinar kala Kalil
Baca selengkapnya

Mari Kita Mulai

“Mari kita mulai. Mana kontrak baru kalian. Aku mau baca. Hem.” Mr. Richard menaikkan dua alisnya.Dareen melirik Dewa, mengkodenya untuk menaruh berkas map yang sedari tadi dibawanya.Meja makan yang awalnya penuh dengan piring dan gelas, kini kosong melompong. Pelayan wanita itu sebelumnya telah sepenuhnya membereskannya. Wajar, Dewa segera menunjukkan berkas itu tanpa sungkan.Dareen menyandarkan punggungnya sambil menyilangkan dua tangannya ke dada. “Silahkan. Nyambi ngopi juga bisa. Saya panggilkan, Hahaha …” Pria itu mencoba berkelakar mencairkan suasana. Dia tersenyum percaya diri.Begitulah Dareen cara meyakinkan lawan mainnya. Kata-katanya yang seolah membuatnya tebar pesona, sikap percaya dirinya juga turut jadi daya tarik yang tentu menjadi poin penting dalam berbisnis. Karakter pria yang satu ini memang kharismatik.“Hihihi … Mas Dareen itu yang kusuka darimu.” Clara terkekeh sembari men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status