Share

Rahasia

Penulis: Wafa Farha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tiba – tiba Qinara tersandung pada tiang infus. Tepat di depannya Kalila yang tengah duduk di sisi ranjang. Kontan wanita itu menarik pergelangan tangan kakaknya hingga keduanya pun jatuh terduduk.

“Argh!” Kalila merintih kesakitan bersamaan dengan suara rintihan Qinara.

“Maaf, La. Sakit ya?” wanita itu melipat kedua bibirnya mengekspresikan khawatir pada saudarinya.

“Perutmu gak apa-apa?” tanyanya.

“Gak … gak apa-apa. Alhamdulillah. Cuma kaki yang nyeri. Ini masih rada ...” Kalila memegang kaki kanannya yang pergelangan hingga telapak terbalut gips. “Bantu aku, Ra.”

“Ohh ...” jawab Qinara datar setelah mendengar reaksi Kalila yang menampakkan perutnya baik-baik saja.

Rencana menjatuhkan diri bersama-sama seolah tiang infus sebagai pelaku utama dan kedua wanita itu menjadi korban. Tentunya kecelakaan seperti itu sering terjadi di drama. Apakah kurang kuat me

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Wanita tak Tahu Diri

    “Hah … hah … hah …” Hanna terbangun dari ranjangnya dengan keringat dingin mengucur di wajahnya. Perasaan takut menyelimutinya kala mimpi kelam itu muncul lagi.“Kamu gak apa-apa, honey?” Joe Spyer memposisikan duduk dan memeluk istrinya dengan erat.Sentuhan hangat dari suaminya membuat Hanna tak kuasa menahan emosi yang berkecamuk. Kontan air yang sedari tadi menggenang di pelupuk mata, akhirnya mengalir deras membasahi pipi wanita itu. Isak tangis terdengar sebagai pertanda luapan emosi yang selama ini disembunyikannya.“Saya menunggu cukup lama sampai kamu berani bilang. Seminggu sekali kamu pasti seperti ini. Saya gak mau kamu gini terus, honey. Ada apa? kenapa?” Untaian kata perlahan diucapkan pria blesteran itu, jauh dari kesan menghakimi.Tak lama isak tangis dari seorang wanita di rengkuhannya pun kian samar-samar. Perlahan wanita itu bisa mengatur napasnya. Kepalanya menengadah ke atas men

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Pilihan?

    “Ish! Sebel!” Wanita itu mencucu, termakan dengan omongan sendiri.Mengingat dia pernah mengatakan pada suaminya untuk tak menerima telpon asing. Apa benar Dareen menurutinya? Atau memang kebetulan dia lagi sibuk? Apapun itu, saat ini Kalila hanya memikirkan dirinya yang tertutup kegelisahan karena tak bisa menghubungi suaminya.“Duh, telpon aja kok susah sih!” sambungnya.Tiba-tiba ada seorang wanita yang merebut benda pipih yang sedari tadi didekatkan di telingannya. Seseorang dari belakang dengan gercep menyambar ponsel yang dipegang Kalila. Kontan wanita itu berbalik.“Kamu …”“Halo …” Terdengar suara dari balik ponsel. Namun segera dimatikan wanita yang merebutnya.“Qinara! Ngapain?!” Kalila merengutkan wajahnya.“Oh … eum … nih!” Tanpa diduga seperti slowmotion, Qinara bergaya keren sembari menerbangkan benda pipih itu, melayang h

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Aksi Para Pria

    “Gimana? Ikut atau gak?” tanya Hanna menegaskan permintaannya. Kata-kata wanita di depannya seolah menyihir kedua saudari itu. Dihadapkan dua pilihan. Apakah mereka mengikuti permintaan Hanna? atau sebaliknya, ada rencana lain? ‘Berarti maksudnya, dia ngajak kita bersembunyi dari wanita yang membuat kita seperti ini?! Menjauhi si Mak Lampir Angela sementara waktu.’ Kalila menerka maksud ajakan Hanna. “Sampai kapan kita bersembunyi nantinya?” tanya Kalila menekankan ucapannya. “Sampai kita bisa ngusir Angela jauh dari kita semua. Mbak bisa bantu?” “Deal.” Qinara menyepakati tantangan ini. “What?!” Kalila mengelak dengan bola mata membulat sempurna. Sejatinya melawan Angela memang tidak sembarang orang. Wanita blesteran itu mampu menghadapi secara fisik maupun psikis lawannya. Ancamannya tak main-main. Dia bisa aja melakukan hal lebih dari ekspektasi. Sebenarnya bukan takut, Kalila hanya tak mau nantinya or

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Wanita Tangguh

    “Mohon maaf, saya tak bisa memberikan informasi lebih jauh.” Wanita itu menunduk sebagai tanda menghargai orang di hadapannya.“Ish! What is it?” Joe Spyer tergelak kaget kala dia tersadar telah menginjak sesuatu di atas paving block. Membuyarkan memorinya yang sedari tadi melekat.Alas sepatu sebelah kanan pria itu menempel bekas permen karet. Kontan dia berusaha menggerak-gerakkan kasar kakinya, dan sesekali menggosok alas sepatunya ke paving yang sedikit berpasir agar permen karet itu terlepas. “Ish! Sial! Gak nemu mereka. Tapi malah dapat … Cih!” Joe Spyer mencebik kesal.Pria itu berharap dengan berada di rumah sakit ini, menemukan jawaban dan bisa membawa kedua wanita yang dicarinya itu kembali ke suaminya masing-masing. Padahal infromasinya, mereka baru saja keluar dari rumah sakit. Harusnya masih berada di area parkir. Namun nyatanya tak sesuai ekspektasi.“Udah gak dapat mereka. Malah dapatnya perm

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Kepercayaan

    “Good job, Boy. Sesuai dengan harapan. Kamu satu-satunya orang yang saat ini aku andalkan. Aku percaya padamu.” Angela tengah merapatkan ponselnya ke telinga. Wanita itu menaikkan sebelah sudut bibirnya. Akhirnya apa yang direncanakannya berhasil. Rencana yang disusunnya bersama seseorang di balik telepon. “Gak usah bertele-tele. Gimana permintaanku? Ada kabar soal Qinara?" pria itu bertanya balik. “Oya, untuk permintaanmu, aku masih mencarinya. Kamu gak perlu cemas. Jalani tugasmu, maka aku juga jalani tugasku. Dan tambahan spesial untukmu, aku menjamin kedudukan di perusahaan papaku,” sambung wanita blesteran itu dengan ekspresi meyakinkan lawan bicaranya. “Kalau aku bikin kekacauan lagi di perusahaan, Dareen lama-lama akan tahu. Dia sepertinya sudah mulai curiga. Apa kamu yakin gak akan ada masalah? Apa kamu bisa jamin bakal aman sampai aku di posisi tinggi seperti Dareen?” Pria itu menekankan ucapannya. “Tenang aja, gak mungkin ketahuan sabotase p

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Kejujuran

    “Siapa di dalam?” tanya seorang pria yang terdengar langkahnya kian mendekat.Kalila dan Qinara saling bertatapan mendengar seorang pria berada di luar sisi kamarnya. Keduanya pun beranjak dari ranjang dan mendekati dinding. Kalila mendekati pintu untuk meraih hijabnya sedangkan Qinara meraih kresek obat yang tergeletak di atas meja. Wanita yang terurai rambutnya itu menggerakkan mata dan mulutnya seolah membisikkan sesuatu. Mengkode kalau Hanna telah datang dan memberi obat untuk mereka. Wanita berhijab pun manggut-manggut mengerti maksud adiknya.“Please Honey. I know you’re hiding something. You hid a man?! Would you have an affair?” tanya pria itu lagi di balik ruangan ini. Kali ini pertanyaan yang membuat lawan bicaranya tersudut.“Ada pria bule sama Hanna kayaknya,” gumam Kalila meyakinkan saudarinya kalau pria itu tengah bertanya pada Hanna.“Suaminya hanna orang bule kayaknya,” bisik Qinara men

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Menjemput Bahagia

    Dewa melangkahkan kaki cepat menuju lift. Tak lama pria itu masuk seorang diri dan menekan tombol 10 lantai paling atas setelah pintu lift terbuka. Raut wajahnya tegang seolah masalah sedang menumpu di kepalanya. Matanya bergerak-gerak seakan menangkap kecemasan.‘Apa dia menyadarinya? Apa dia akan memecatku? Sial!’ akhirnya Dewa menampakkan kekesalannya, dia pun mendengus “Cih!”Pria muda itu tak menyangka dirinya akan dipanggil Dareen secepat itu. Pesan yang dikirim saudara iparnya meski hanya satu kalimat, entah kenapa membuat perasaannya kian tak menentu.[Dewa. Temui aku sekarang di rooftop.]Kata-katanya memang tak menuduh. Namun dari apa yang Dewa lakukan tanpa sepengetahuannya serta dari sorot tajam mata Dareen yang menatapnya sebelumnya. Sangat wajar, dia berpikiran seperti itu.Setelah keluar dari lift, Dewa menuju anak tangga yang mengarah ke balkon. Jantungnya semakin berdebar kala melihat daun pint

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Pertemuan Romantis

    “Sampai kapan gini terus. Ish!” Qinara mendengus kesal.Hanna belum kembali. Entah kemana perginya? Terakhir kali wanita itu berpesan untuk minta tolong membersihkan cafenya selama dia pergi. Tak lama dia dijemput Joe Spyer menaiki mobil yang entah melaju kemana. Sudah sejam lebih belum kembali. Qinara yang tak terima diperlakukan seperti babu sedari tadi mengoceh tak karuan.“Sewot amat dari tadi. Kita bantuin kenapa sih.” Kalila tak ayal mengernyitkan kening melihat tingkah adiknya yang kekanak-kanakkan.“Kok Mbak Hanna seenaknya nyuruh kita bersih-bersih,” gerutunya.“Denger ya, Ra. Dia udah bayarin rumah sakit, udah kasih kita makan, udah kasih kita tinggal di sini. Jadi gak usah banyak ngeluh.” Cerocos Kalila menjelaskan. Berharap adiknya bisa berlapang dada menerima keadaan dan jalani apa adanya.“Ish!” Qinara hanya mencebik.Akhirnya percakapan kedua saudari itu berakhi

Bab terbaru

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Tak Ada Angin dan Hujan, Dia Datang

    “Nenek … Nenek … Nenek …” tak hanya Kalila, satu pasukan dikerahkan mencari keberadaan sang nenek.Satu perumahan ditelusuri. Dari rumah ke rumah yang kebanyakan sepi karena menjelang siang hari. Langkah kaki yang berlari kecil seiring keringat yang mengalir di sekujur tubuh. Semakin lama kaki terasa berat melangkah.Kecuali Kalila yang pasca melahirkan, dia hanya berjalan santai menyusuri gang rumahnya saja, sementara yang lain berjalan ke arah gang sebelah. Gang demi gang ditelusuri Qinara, dewa dan Dareen. Pastinya capek dan sangat melelahkan.Entah terlintas begitu saja di kepala Kalila, pikiran tentang seseorang yang tinggal di depan perumahannya. Kontan wanita berhijab ceruty itu mendekati suaminya yang hanya tiga meter darinya.“Mas, bisa bawa mobil? Antarin aku ke depan sekarang,’ titah wanita itu.“Buat apa?” tanya

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Waktu yang Salah

    Rasa kantuk menghadang membuat Kalila tak kuat membuka lebar kelopak matanya. Kedua matanya terasa berat sekali, dua lengannya terasa lemas seolah hawa dingin menyerang tubuhnya hingga rasanya ingin sekali rebahan. Malam yang melelahkan hingga akhirnya wanita itu memejamkan mata sesaat.“Kalila! Kalila!” Seorang wanita yang tak asing memanggilnya.“Eh …” Kalila membuka mata dengan lilir melihat siapa wanita yang menepuknya sedari tadi.“Bayimu! Zubair” Mama menepuk lengannya berkali-kali dengan menautkan dua alisnya.Mendengar nama bayinya langsung melebarkan mata sempurna. Ingat kalau dirinya tengah menyusui putranya hingga tidur tertunduk. Tak menyadari Zubair di pangkuannya.“Zubair!” Kontan Kalila menegakkan tubuhnya sembari kepalanya menunduk untuk melihat putranya.Ternyata Zubair ketindihan tubuh b

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Malam yang Melelahkan

    “Duh, kenapa gak diangkat lagi. Astaghfirullah … sabarkan yaa Allah.” Kalila melipat dua bibirnya sembari memainkan dua jempol tangannya. Terlihat kecemasan di raut wajahnya.Jam dinding menunjukkan jam 5 lebih di sore hari menjelang maghrib. Angin sepoi-sepoi menembus jendela kamar wanita itu.Bayi Zubair yang sedari tadi terlelap, tiba-tiba saja menangis begitu saja. Kalila spontan terhenyak dari lamunannya. Tak tega mengdengar bayinya yang bersuara lebih kencang. Dia akhirnya mendekati box bayi, menggendongnya perlahan. Wanita itu merebahkan bokongnya sembari memangku lembut sang bayi yang akhirnya terdia. Mengeluarkan jusur jitu asi favorit putranya.“Kemana kabar abamu sayang,” gumam Kalila sembari mengecup kening putranya.Sejak tadi malam hingga sekarang Dareen susah dihubungi. Lebih tepatnya jarang menghubungi Kalila hingga sekarang. Terakhir kabar dari Dareen h

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Akal Bulus

    Dareen berbalik arah dan meraih handuk yang menggantung di samping kamar mandi. Digulung-gulungnya ke telapak tangan kanannya. Kemudian pria itu berbalik arah. Dan dengan cepat mendorong kuat lengan kiri wanita itu hingga menabrak dinding.Ini satu-satu cara agar menyentuhnya tanpa tersentuh. Dareen sangat memahami bahwa haramnya menyentuh yang bukan mahramnya. Bahkan Hadost riwayat Thobroruni menjelaskan kalau ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.“Argh!” Wanita blesteran merintih kesakitan kala lengannya mendapat tekanan kuat dari sang pria di depannya.Mata elang pria itu menyorot tajam seolah kemarahan berkobar di sepasang netranya. Sementara Clara menelan saliva sembari membalas tatapan Dareen dengan berani meski masih terlihat aura ketakutan di matanya.Pandangan Dareen beralih pada tangan kanan wanita di hadapannya itu tengah merogoh sesuatu. Pria i

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Mari Kita Mulai

    “Mari kita mulai. Mana kontrak baru kalian. Aku mau baca. Hem.” Mr. Richard menaikkan dua alisnya.Dareen melirik Dewa, mengkodenya untuk menaruh berkas map yang sedari tadi dibawanya.Meja makan yang awalnya penuh dengan piring dan gelas, kini kosong melompong. Pelayan wanita itu sebelumnya telah sepenuhnya membereskannya. Wajar, Dewa segera menunjukkan berkas itu tanpa sungkan.Dareen menyandarkan punggungnya sambil menyilangkan dua tangannya ke dada. “Silahkan. Nyambi ngopi juga bisa. Saya panggilkan, Hahaha …” Pria itu mencoba berkelakar mencairkan suasana. Dia tersenyum percaya diri.Begitulah Dareen cara meyakinkan lawan mainnya. Kata-katanya yang seolah membuatnya tebar pesona, sikap percaya dirinya juga turut jadi daya tarik yang tentu menjadi poin penting dalam berbisnis. Karakter pria yang satu ini memang kharismatik.“Hihihi … Mas Dareen itu yang kusuka darimu.” Clara terkekeh sembari men

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Aku Gigit Ya

    “Mana anaknya daddy?” Wajah Dareen terlihat jelas di layar ponsel Kalila.“Lama-lama jadi sugar daddy? Udah ah! Aba aja oke, lebih alim. ” Kalila membujuk dengan mengedipkan mata genit.“Oppa gimana?” Pria itu mengedikkan dua alisnya. “Oppa Dareen Sarange … hahaha …” Dia bertingkah cute dengan suara dimiripin emak-emak yang kesemsem sama actor korea.“ Hahahaha … Mas ihh.” Kalila terpingkal-pingkal dengan tingkah konyol suaminya.Video call yang dari beberapa menit lalu, pagi ini hanya membahas panggilan nama orangtua untuk Kalila dan Dareen.“Appa Amma gimana?” Kalila mengedikkan alisnya sembari melayangkan senyuman manis.“Aa … Aa …” Suara bayi terdengar bangun dari arah belakang wanita itu. kontan Kalila terhenyak dan menoleh ke belakang.“Masya Allah, anaknya jawab tuh.” Mata Dareen berbinar kala Kalil

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Dareen Kembali

    Dareen kembali ke kamar pasien, mendekati istrinya dengan wajah lesu.“Sayang.” Pria itu duduk di sisi ranjang. Dia menatap lekat istrinya seolah mimikirkan rangkaian kata yang akan diucap. Pria itu merengkuh tubuh Kalila yang ada di sampingnya. Bibirnya mendekat ke telinga wanita itu, “Maaf sayang, aku harus pergi sore ini ke Prancis.”“A-apa?” Kalila segera menarik kepalanya menjauh. Melepas pelukan suaminya.“Perusahaan sedang genting. Mr. Richard menuntut royalty yang tak masuk akal. Aku dan Dewa harus ke sana, membujuknya dan menyutujui kontrak baru.” Dareen kembali melingkarkan lengan ke leher Kalila, memeluk erat, membuat istrinya bersandar di bahunya. Membujuk istrinya untuk meridhoi kepergiannya.“Mr. Richard? Papanya Angela?” Kalila menarik kepalanya. Namun kembali pasrah, tak kuat melepasnya.Dareen perlahan melonggarkan lengannya lalu mengusap kedua lengan istrinya. Di tatapnya

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Penggoda

    “Masalah perusahaan, apa sudah ada perkembangan? Ku dengar proyek sebelumnya banyak kerugian.” Dewa memulai membuka topik. Pria itu mengaduk gelas cappuchino di depannya sembari menunduk. Pembahasan ini juga terasa berat baginya.Sadar kalau yang ia bahas ini termasuk proyek yang pernah dirusaknya karena suruhan Angela. Sebenanya bisa saja Dewa tak mengikuti Angela. Namun ambisi yang menginginkan posisi yang sama seperti Dareen membuatnya pasrah dan mengikuti kemauan Angela kala itu.Tentunya jelas membawa trouble bagi perusahaan Biantara Group. Berawal Property Hyatt memakai kualitas rendah yang dipesannya dari perusahaan itu. Hingga akhirnya hotel yang di bangun atas kerjasama itu mengalami keretakan hebat.Kini Property Hyatt menuntut mendekor ulang. Padahal jelas tidak bisa karena sudah ada beberapa tamu yang masih check in di sana. Pihak Biantara ingin segera mengosongkan wilayah itu karena berbahaya. Namun Mr. Richard tak bergeming dan tetap ke

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Jaga Suamimu Baik-Baik

    “Jatahku mana, sayang?” tanya Dewa sembari langkahnya kian mendekat.Seketika itu tangan Qinara berhenti menata kue-kue yang sedari tadi berserakan di atas meja. Rencana kue-kue itu mau di taruh di toples dan dimasukkan dalam kantung kresek. Wanita itu tertohok, matanya membulat sempurna.‘Kenapa Mas Dewa minta, di saat situasi begini?’Melihat Qinara yang masih terbebani dengan kakaknya yang akan melahirkan. Entah hingga sekarang belum tahu apa yang terjadi dengan Kalila dan bayinya. Tersadar, ponsel wanita itu masih tertancap erat di usb dalam mobil. Belum lagi, tujuan mereka ke sini untuk membawa bekal untuk Kalila dan Dareen yang pastinya akan meningap di rumah sakit beberapa hari di tempat kedua bumil itu sering kontrol kehamilan. Wajar, penasaran Qinara semakin di ubun-ubun karena tak tahu apa sebenarnya yang terjadi pada kakaknya di sana.“Maksudnya?” Qinara menerka maksud Dewa. Perasaan gugup kala menatap dua ma

DMCA.com Protection Status