Home / Urban / Broken Wings / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Broken Wings: Chapter 41 - Chapter 50

82 Chapters

Bertemu Rani

Rani sudah menunggu di kafe yang berada di basement area apartemen yang akan kami lihat. Kulihat ibu muda itu tengah asyik mengobrol via ponsel dengan secangkir minuman di hadapannya. Tampaknya dia tak menyadari kehadiranku hingga kami hanya berjarak satu meter, Rani melambaikan tangan dengan senyum lebar. Ia segera menyudahi percakapan ketika aku berada tepat di hadapannya. "Udah lama?" tanyaku sambil mengecup pipi kiri dan kanan sahabatku itu. "Ng, bentar!" Aku menempelkan telapak tanganku ke cangkir yang ada di meja kemudian berkata, "Masih anget," tukasku dengan senyum penuh kemenangan. Cara itu selalu kami lakukan setiap kali janjian. Jika minuman hangat yang kami pesan masih dalam kondisi hangat, itu pertanda bahwa waktu menunggu belum lama, pun sebaliknya, jika minuman hangat tersebut berubah dingin, pertanda salah seorang dari kami sudah lama menunggu."Lupa tadi nambahin es, biar lo ngerasa bersalah," kekeh Rani. Aku ikut tertawa mendengar i
Read more

Nyaman Yang Salah

Aku dan Rani akhirnya menemui pihak manajemen apartemen untuk melihat unit yang disewakan. Ada beberapa tipe unit yang tersedia dengan berbagai fasilitas mulai dari yang standar hingga yang mewah. Setelah melihat fasilitas yang mereka tawarkan, aku tertarik untuk menempati salah satu unit tipe studio. Tempatnya cukup nyaman dan tidak jauh dari pusat perbelanjaan serta akses jalan tol. Di lantai dasar apartemen pun tersedia food court dengan berbagai macam varian makanan, baik lokal maupun internasional. Setelah menyelesaikan administrasi perjanjian sewa, aku dan Rani meninggalkan tempat itu. Mulai minggu depan, tempat itu akan menjadi tempat tinggalku selanjutnya. Untuk area gedung memang tidak se asri apartemenku yang lama, karena tempat ini masih tergolong baru. "Masih sempat jalan dulu nggak, Ran?" tanyaku setelah semua urusan sewa menyewa selesai. "Boleh, yuk!" ajak Rani setelah melihat jam di pergelangan tangannya.Karena sudah jam makan si
Read more

Rindu Itu Berat

Aku tiba di bandara tepat tiga puluh menit sebelum pembekalan para kru dilaksanakan. Dengan secepat kilat aku mengganti pakaian, memoles wajah dengan kosmetik, dan menata rambut. Seperti biasa selesai briefing, aku menelpon ayah ... dan Adrian. Ya, kali ini Adrian lah yang kuhubungi, bukan Keanu. Sebenarnya karena hanya ingin mengucapkan terima kasih, karena telah menyelamatkanku dari Dendra. "Safe Flight." Itu kalimat yang diucapkan lelaki itu sebelum aku mengakhiri percakapan. Kata-kata seperti itu pula yang kuharapkan dari kekasihku. Kalimat singkat yang berisi harapan dan sepotong doa untuk keselamatanku, para kru yang bertugas, serta para penumpang yang melakukan perjalanan. Entah itu pulang atau hendak pergi. Namun, hampir satu tahun menjalin hubungan dengan Keanu, tak pernah sekali pun kami berkomunikasi sebelum aku terbang. Dan tentu saja, aku pun tak pernah mendengar kalimat itu dari bibir Keanu. Setelah memastikan jumlah penumpang
Read more

Kosong

Hari ini aku pulang mengendarai mobil Adrian yang kupinjam tempo hari. Dengan tubuh yang lelah, aku memacu mobil ke apartemen setelah menelpon Adrian. Kami janjian untuk bertemu di area parkiran apartemen untuk menukar kembali mobil kami. Tadinya aku berpikir untuk menyambangi ke kafenya di Kemang, tetapi Adrian melarang dengan alasan jalanan ke kafenya malam ini terlalu macet, dan aku pasti sudah capek karena baru saja mendarat. Akhirnya aku menyetujui tawaran Adrian, bertemu dengannya di apartemen yang kini kutempati. Begitu sampai di basement, mobilku sudah diparkir di tempat biasa. Tak kulihat lelaki itu ada di sana. Setelah memarkirkan mobil Adrian di sebelah mobilku, aku menelpon lelaki itu. "Aku di kafe atas ya, Mei," ujarnya begitu menjawab telpon dariku. "Okay, aku langsung ke sana." Kugeret koper menuju lift. Area parkir begitu sepi. Sebenarnya, ini adalah hal yang paling tidak aku sukai dari hunian apartmen, sunyinya terlalu mencekam. Hanya bun
Read more

Cinta Harus Sabar

Kembali pada kehidupanku yang sunyi. Setelah kejadian terakhir kali aku memutuskan sambungan telepon dari Keanu, pria itu tidak menghubungiku lagi. Biasanya dia yang lebih dahulu menghubungiku untuk meminta maaf. Kali ini mungkin dia merasa perlakuanku sudah keterlaluan. Mungkin saja dia juga sudah muak dengan sifatku yang terlalu kekanak-kanakan.Adrian juga sama. Dia menepati janji untuk tidak menghubungi dan menemuiku. Hatiku kembali terasa kosong. Mereka yang selama ini tanpa kusadari telah berada di sana, serasa pergi meninggalkanku, menyisakan ruang kosong yang sulit kuisi. Memasuki akhir tahun, jadwal penerbanganku makin padat. Tidak ada istilah libur untuk pekerja sepertiku disaat orang lain menikmati jadwal libur yang panjang. Akhir tahun ini aku lebih banyak mendapat jadwal rute penerbangan internasional. Aku hampir tidak pernah kembali ke apartemen. Membuatku mampu kembali menata hati. Mencoba berpikir dengan cara logis seperti biasa.Orang ya
Read more

Hati Yang Hangat

Langit Hong Kong yang mendung berubah cerah kurasa. Kegalauan hati yang selama beberapa minggu bergelayut sirna sudah. Ah! Semudah itu Keanu meyakinkanku untuk menunggunya. Suaranya memberi kekuatan pada hatiku. "Kean, boleh aku minta satu hal?" "Apa? Jangan susah-susah, nanti aku enggak bisa kasih." Tawa ringannya begitu menenangkan. Gigi kelinci membuat senyumnya terlihat seksi. "Enggak, kok. Cuma minta kamu sempatin balas chat aku. Biar aku bisa tenang," pintaku penuh harap dengan wajah merajuk. Permintaan yang kesekian kali kuutarakan.  "Aku usahakan." Dia tersenyum lembut. "Aku kan pernah bilang sama ka
Read more

Future Plan

  Angin dingin menerpa wajahku begitu keluar dari restoran. Aku merapatkan syal di leher, dan menutupkannya ke kepala untuk meredam rasa dingin yang terasa menusuk. Hari sudah mulai gelap, lampu-lampu pertokoan telah dinyalakan, menambah semarak Kowloon District yang mulai ramai.       Aku berjalan kembali ke hotel, tidak tertarik untuk menambah padatnya tempat ini. Aku hanya berniat menghabiskan malam tahun baru dalam kesenyapan kamar. Kemeriahan menyambut pergantian tahun telah dimulai, serpihan cahaya warna-warni dari kembang api serta lampu-lampu sorot, begitu indah menghiasi langit.       Aroma minuman sarat kafein dari penjual kopi yang ku lewati menggelitik indera penciuman. Mengusik memori akan satu tempat di bilangan Kemang,
Read more

Pertemuan Tak Terduga

Pagi kembali menyapa disertai bunyi alarm yang melengking memekakkan telinga. Aku menggeliat masih dengan mata yang enggan dibuka. Baru beberapa menit rasanya aku tertidur. Jika memperturutkan mata yang masih terasa berat, aku enggan beranjak dari bawah selimut yang hangat. Namun, aku tidak mampu mengabaikan kewajiban yang harus ku lakukan di setiap awal hari, melaksanakan ibadah shalat.   Kulihat Kristi sudah meringkuk dalam selimutnya di tempat tidur sebelah. Aku tidak sadar jam berapa gadis itu kembali. Dengkuran halusnya menandakan dia masih terbuai mimpi, meskipun pagi telah menjelang.   Kulirik langit pagi ini, masih terlihat gelap, walaupun cahaya matahari telah mengintip malu-malu di ujung langit sana. Penunjuk suhu pada ponsel menampilkan
Read more

See You

Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.  Setiap kejadian yang kita alami merupakan rancangan sempurna Sang Pencipta. Pun dengan pertemuanku dengan Adrian pagi ini di hotel, aku tidak menganggapnya sebagai kebetulan belaka. Namun, aku masih belum mampu menyelami maksud Tuhan mempertemukan kami kembali disaat aku tengah berusaha memantapkan hati pada Keanu. Mungkin benar adanya, butuh ujian untuk melihat seberapa kuatnya ketetapan hati ketika mencintai seseorang. Disaat Keanu telah berhasil merebut tempatnya kembali di hatiku, Adrian kembali muncul. Meski setitik rasa yang kemarin sempat membuatku goyah mulai kembali menyapa, tetapi kupaksakan untuk sirna. Adrian menyantap makanannya dalam diam, terlihat larut dalam pikirannya. Setelah tadi aku sempat menyinggung rencana Kea
Read more

Curiga

Pagi ini mendung. Dari kemarin sore awan gelap terus saja menggantung. Seolah tak mau membiarkan langit tersenyum bersama mentari. Membuat siapa saja yang tidak mempunyai keperluan penting di luar rumah, enggan beranjak dari peraduan. Namun, pagi ini aku merasa suntuk berdiam diri di unitku. Biasanya selalu ada Adrian yang mengusir rasa bosan ini. Dia selalu bisa kuandalkan sebagai teman bercerita. Tak terasa sudah satu tahun pertemananku dan Adrian terjalin. Rasanya sudah sangat lama pria itu hadir dalam kehidupanku. Lalu kini entah kenapa, rasa kosong itu benar-benar terasa ketika tak lagi menghubunginya. Rasa kosong yang berbeda ketika melepas Keanu pergi. Bahkan rasa kosong yang kurasa ketika ditinggal Dendra, tak sekosong ini. Apa benar, aku sebenarnya tanpa sadar sudah jatuh cinta pada Adrian? Denting halus dari ponsel membuyarkan lamunanku tentang Adrian. Sebuah pesan dari Rani. [Beib, ketemuan yuk. Kapan lo nggak terbang?]Gegas k
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status