Home / Urban / Broken Wings / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Broken Wings: Chapter 21 - Chapter 30

82 Chapters

Pernikahan Evan

Kedatanganku bersama Keanu ke Solo ternyata bertepatan dengan hari-hari persiapan pernikahan Evan—sepupunya—keponakan dari Tante Anjani. Tak ayal, kehadiranku menjadi keriuhan tersendiri diantara keluarga besarnya. Apalagi, Keanu memang sudah lama direcoki dengan pertanyaan sejuta umat pada kaum lajang, "Kapan menikah?" "Oh, jadi ini calon mantu Lik Anjani. Pantes Keanu mau nunggu lama," ujar salah seorang kerabat Keanu. "Iya, doakan saja lancar urusan mereka berdua," sahut Tante Anjani dengan senyum teduhnya. Calon mantu, kata-kata yang tak pernah terpikirkan olehku akan disebut oleh orangtua dari laki-laki yang mencintaiku. Aku terlalu takut jika kehadiranku kembali tak diterima, tapi ketakutan itu seperti tak beralasan. Keramah-tamahan keluar
Read more

Acceptance

Tidak terlintas dipikiran untuk meluruskan kesalahpahaman yang membuat heboh jagat grup alumni. Bukan bermaksud membohongi mereka, hanya saja aku ingin Dendra menyerah dalam usahanya untuk mendekatiku kembali karena melihat berita itu. Ngomong-ngomong soal Dendra, aku baru sadar keberadaannya di dalam grup. Entah sejak kapan dia masuk. Untuk memenuhi rasa ingin tahuku, aku mengetikkan pesan pada Rani, sahabatku yang menjadi admin di group, sekaligus biang penyebab kehebohan group pagi ini. [Ran, lagi sibuk?] pesan kukirim. Dalam hitungan sepersekian detik, pesanku dibalas oleh Rani, [Eh, calon manten. Jahat Lo Mei, nggak ngomong-ngomong šŸ˜­] Rani memang sahabat dekatku ketika SMA, akhir-akhir
Read more

Bertengkar

Aku kira hubunganku dengan Keanu akan berjalan baik-baik saja. Restu dari kedua orangtua telah kami raih. Hatiku pun mulai menerimanya secara utuh. Bukan hanya karena fisiknya yang sempurna, tapi caranya memperlakukanku membuatku merasa istimewa. Namun dalam suatu hubungan, ada saja masalah yang harus dihadapi. Seperti malam ini. Rasa lelah untuk menembus kemacetan setelah mendarat dari Solo, membuatku dan Keanu malam ini memilih untuk makan malam pada sebuah warung tenda kaki lima yang terdapat tak jauh dari gedung apartemenku. Selain itu, Keanu juga ingin mengobati rasa rindunya pada kuliner Indonesia. Tempat yang kami datangi juga cukup nyaman dan bersih. Suasana warung tenda begitu ramai malam ini. Kebanyakan pengunjungnya adalah pekerja kantoran yang baru pulang bekerja. Banyak diantara pengunjung yang datang, menikma
Read more

Perpisahan

"Kean, biar nanti aku yang menjemputmu. Sepertinya mau hujan." Aku menelpon Keanu segera, ketika kulihat di luar jendela awan gelap sudah menggantung menutupi langit, bergulung-gulung tertiup angin. Cuaca hari ini seolah menegaskan perasaanku yang kelabu. "Ok, aku sarapan di hotel saja. Karena barang-barangku belum semua di-packing," sahutnya terkesan dingin. Keanu tak mengajakku sarapan bersamanya pagi ini seperti biasa. Mungkin dia masih ingin menenangkan diri karena pertengakaran kami kemarin. Cuaca yang dingin, makin saja terasa dingin karena sikap Keanu. Sepertinya pria itu benar-benar kesal dengan sikapku kemarin. Aku mendengkus membuang napas kasar, berharap sedikit melepaskan gundahku. Dalam hitungan jam, aku akan kembali pada kehidupan nor
Read more

Bertemu Adrian

Setelah sosok Keanu sudah tak lagi terlihat dari tempatku berdiri, barulah aku beranjak meninggalkan pelataran bandara. Menoleh kembali ke arah pintu keberangkatan, berharap sosok jangkung itu akan muncul kembali dari pintu itu. Yakin, dia telah benar-benar pergi, aku beranjak ke area parkiran. Matahari sore yang redup menyambutku saat berada di tempat parkir. Awan mendung masih saja menggantung. Sinar crepuscular yang menyeruak di antara awan, menciptakan garis-garis cahaya bagai ribuan pedang yang dihujamkan ke bumi. Menimbulkan rasa sunyi yang makin menjadi. Darahku berdesir, tatkala membuka pintu mobil. Aroma parfum Keanu yang menempel pada sandaran jok membuatku seolah merasakan kehadirannya disana. Wanginya masih nyata. Sambil menunggu udara panas dari dalam mobil keluar, aku menyandarkan tubuh ke sandaran k
Read more

Perempuan Yang Terluka

Sampai di apartmen, aku tak langsung naik ke lantai unitku, berniat berbelanja beberapa makanan ringan dan bahan baku makanan di minimarket 24 jam yang terdapat di lantai basement gedung. Belanja dengan cepat, agar aku bisa segera kembali ke unitku. Seharusnya sebentar lagi Keanu sudah sampai di negara transit, dan mungkin akan menelponku. Keluar dari minimarket, kuperiksa ponsel yang sedari tadi disimpan di dalam tas. Tiba-tiba saja seseorang menubrukku, membuat ponsel yang baru saja kukeluarkan, terpelanting dan tergilas oleh troli yang didorong seseorang yang keluar dari minimarket. Krak! Terdengar bunyi suara pecah dari benda pipih itu. "Ah!" Pekikan berbarengan keluar dari mulutku dan orang yang menggilas ponselku.&nbs
Read more

Where Are You

Harusnya ini adalah waktu dimana aku sudah berada di tempat tidurku yang nyaman. Mengobati kesedihan karena perpisahan dengan Keanu. Entah kesalahan apa yang membuatku pantas menerima hukuman seperti ini. Telepon genggamku hancur, dituding sebagai pelakor, di tampar oleh istri mantan. Lalu sekarang aku harus mencari toko selular yang masih buka di tengah malam,  untuk mendapatkan pengganti telepon genggamku yang rusak. Bisa dikatakan ini adalah hari terburukku dalam sepuluh tahun terakhir ini. Kesialan seolah bertubi-tubi kuterima. Kembali terbayang tatapan yang penuh amarah seakan ingin membunuh, dari sorot mata Nisya–istri Dendra, membuatku bergidik. Terkadang memang cinta yang tak berbalas membuat orang bisa melakukan apa saja diluar batas kewajaran. 
Read more

He's Coming Back

"So, where have you been?" (Jadi kemana saja kamu?) Kuulangi pertanyaanku, setelah tangis mereda. Tumpukan rindu dan emosi yang kupendam selama beberapa minggu ini seolah disapu oleh suara beratnya. Membersihkan rasa sakit yang kutahan. "I'm sorry Mei. I did something stupid ... karena kepikiran kenapa nomormu tidak aktif, aku sampai lupa meninggalkan handphone-ku dimana. Aku baru sadar ketika di pesawat pada saat hendak mematikanya, handphone-ku sudah tidak ada di kantong." Aku menyimak keterangan pria itu. Mengisi ruang rindu yang telah kosong dengan suaranya. "Ternyata kita melakukan kebodohan yang sama setelah berpisah, ya?" aku terkekeh mendengar penjelasannya. Aku pikir perpisahan di bandara adalah kali terakhirku melihat senyumnya. Ternyata Tuhan masih mengizinkanku mendengar suar
Read more

Jalan Yang Terbuka

Pagi hari aku bisa bangun dengan perasaan tenang. Pikiran yang mengganjal telah hilang. Ada beban yang terasa telah terangkat, begitu ringan. Suara Keanu masih saja terngiang-ngiang bagai nyanyian merdu yang terus saja diputar ulang. "Sudah enakan, ya?" tanya Disti yang baru saja keluar kamar mandi ketika mendengarku bersenandung kecil saat berhias. "Sudah. Semalam aku bisa tidur nyenyak," sahutku menoleh padanya. "Kamu hari ini enggak balik ke Surabaya lagi, ya?" Disti ikut duduk di depan cermin besar tempatku tengah mempersiapkan diri. Mengambil pengering rambut yang ada di laci, dan menyalakannya. "Enggak, kamu masih balik ya?" tanyaku setengah berteriak untuk mengimbangi kebisingan suara
Read more

Ajakan Makan Siang

Segala kepenatan hilang setelah mandi, membuat mood menjadi lebih baik. Perut pun minta jatah untuk diisi. Mashed potato dan scramble egg kupilih untuk menu malam ini, mungkin nanti ditambah sedikit nasi, biar kenyangnya lebih afdol. Kukeluarkan beberapa bahan baku yang ada di kulkas, bersiap untuk mengolahnya. Setengah jam persiapan, berkutat dengan alat masak dan bahan mentah, hidangan makan malam selesai. Baru saja hendak menyantapnya, ponselku berdering. Nomor yang tak kukenal tertera di layarnya yang mungil dan berwarna abu-abu. "Halo." "Eh, Mei ... are you okay?" Ternyata Adrian yang menelpon. Nomornya memang belum aku simpan di ponsel baru ku. "Hai,
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status