Share

See You

Author: Alfarin
last update Last Updated: 2022-02-14 19:45:45

Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.  Setiap kejadian yang kita alami merupakan rancangan sempurna Sang Pencipta. Pun dengan pertemuanku dengan Adrian pagi ini di hotel, aku tidak menganggapnya sebagai kebetulan belaka. Namun, aku masih belum mampu menyelami maksud Tuhan mempertemukan kami kembali disaat aku tengah berusaha memantapkan hati pada Keanu.

Mungkin benar adanya, butuh ujian untuk melihat seberapa kuatnya ketetapan hati ketika mencintai seseorang. Disaat Keanu telah berhasil merebut tempatnya kembali di hatiku, Adrian kembali muncul. Meski setitik rasa yang kemarin sempat membuatku goyah mulai kembali menyapa, tetapi kupaksakan untuk sirna.

Adrian menyantap makanannya dalam diam, terlihat larut dalam pikirannya. Setelah tadi aku sempat menyinggung rencana Kea

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Broken Wings   Curiga

    Pagi ini mendung. Dari kemarin sore awan gelap terus saja menggantung. Seolah tak mau membiarkan langit tersenyum bersama mentari. Membuat siapa saja yang tidak mempunyai keperluan penting di luar rumah, enggan beranjak dari peraduan. Namun, pagi ini aku merasa suntuk berdiam diri di unitku. Biasanya selalu ada Adrian yang mengusir rasa bosan ini. Dia selalu bisa kuandalkan sebagai teman bercerita. Tak terasa sudah satu tahun pertemananku dan Adrian terjalin. Rasanya sudah sangat lama pria itu hadir dalam kehidupanku. Lalu kini entah kenapa, rasa kosong itu benar-benar terasa ketika tak lagi menghubunginya. Rasa kosong yang berbeda ketika melepas Keanu pergi. Bahkan rasa kosong yang kurasa ketika ditinggal Dendra, tak sekosong ini. Apa benar, aku sebenarnya tanpa sadar sudah jatuh cinta pada Adrian? Denting halus dari ponsel membuyarkan lamunanku tentang Adrian. Sebuah pesan dari Rani. [Beib, ketemuan yuk. Kapan lo nggak terbang?]Gegas k

    Last Updated : 2022-02-18
  • Broken Wings   Sahabat Pengkhianat

    "Kenapa lo?" tanya Rani saat dia sudah kembali ke meja. "Lo masih suka kontak sama Dendra?" Aku balik bertanya dengan tatapan nanar. Tak menyangka sahabat yang kukenal baik selama ini akan berkhianat. "Uhm, nggak kok." Rani mengendikkan bahu. Kemudian duduk dengan ekspresi biasa di kursinya. Terbukti bahwa Rani tak jujur. Jika dia memang tidak pernah berhubungan lagi dengan Dendra, kenapa pesan dari Dendra tadi menunjukkan kalau lelaki itu mengetahui rencana kami bertemu hari ini. "Lo tau nggak, pas kita habis liat apartemen kemarin, Dendra juga ada di sana. Tu orang kayak hantu juga ya. Gentayangin gue mulu." Aku berusaha memancing dan melihat reaksi Rani. Sekilas kulihat Rani mengerjap sebelum dia berkata, "Dia ngapain di situ?""Nggak tau, gue nggak nanya ...." Kalimatku terhenti saat melihat sosok itu mendekat ke meja kami. "Terus sekarang orangnya juga lagi datang ke sini tuh!" aku menunjuk dengan dagu ke arah yang kutuju. "

    Last Updated : 2022-02-24
  • Broken Wings   Kejutan

    Aku mematut kembali penampilan di cermin. Rambutku telah tergelung rapi dalam tatanan rambut frenchtwist, model gelungan rambut standar ketika sedang bertugas. Tas hitam kecil dari kulit telah tersampir di bahu. Koper pun telah siap. Aku melenggang turun ke lobi, menyeret koperku.Hari ini aku akan berangkat ke London. Sengaja tak kuberi tahu Keanu perihal jadwalku hari ini, berniat memberinya kejutan. Alamatnya telah kukantongi, hasil mengorek informasi dari Sarah, adik perempuannya. Aku juga mewanti-wanti agar dia tidak memberi tahukan Keanu perihal keberangkatanku hari ini ke negara asal Pangeran Charles tersebut."Bismillah." Kurapalkan kembali doa, ketika pesawat bergerak pelan di taxi way untuk persiapan ke landasan pacu.

    Last Updated : 2022-02-24
  • Broken Wings   Goodbye

    Aku sudah menyusun banyak rencana untuk mengunjungi beberapa tempat bersama Keanu ketika berada di London. Suasana romantis setiap sudut kota ini seharusnya bisa menjadi tempat melepas rindu, tetapi Tuhan tidak mengizinkan segala anganku terwujud. Sekali lagi, aku terlalu pongah sebagai manusia, masih saja lupa meminta Sang Pemilik hati, agar menjaga hati Keanu untukku.Semalaman menangis, membuat kepalaku pagi ini terasa begitu berat bagai ditindih ribuan beban. Luka itu kembali hadir di tempat yang sama. Terasa lebih perih.[Mei, kamu menginap di mana? Apa kita bisa bertemu?] sebuah pesan masuk dari pria itu.[Sudah, tidak usah bertemu lagi, Kean. Tidak ada gunanya lagi.] Aku membalas pesannya dengan

    Last Updated : 2022-02-25
  • Broken Wings   Tunas yang Terabaikan

    "Lalu, apakah kamu tidak takut kalau aku terkesan menerimamu hanya sebagai pelarian?" pertanyaan itu tiba-tiba saja meluncur tanpa berpikir terlebih dahulu."Kalau begitu aku akan menjadi tempat pelarian yang nyaman untukmu. Biar kamu betah." Cengiran lebar menghiasi wajah teduhnya."Ha-ha bisa saja kamu! Masalah hati jangan dibuat main-main lagi, ah!" sergahku.Namun, tidak dapat dipungkiri, hatiku memang terasa nyaman setiap kali bercerita dengan pria ini.Itulah mengapa beberapa bulan yang lalu aku merasa ketar-ketir. Ketika mulai menyadari rasa terhadapnya lebih kuat dari pada rasa terhadap Keanu. Mata hatiku tertutup

    Last Updated : 2022-02-25
  • Broken Wings   Krisis Kepercayaan

    Baru saja aku melangkahkan kaki keluar dari pintu kedatangan dan mengaktifkan ponsel, telepon dari Adrian masuk."Mei, coba lihat ke sebelah kiri," perintahnya. Serta merta aku menoleh ke arah yang ditunjukkannya, mencari tau apa yang harus kulihat.Sekitar beberapa meter dari tempatku berdiri, di sebuah meja restoran siap saji, di pelataran luar terminal kedatangan, kulihat pria itu melambaikan tangan dengan wajah cerah.Aku bergegas mendekatinya, "Hei! Kamu ngapain di sini?" tanyaku ketika telah berada tepat di hadapannya."Nungguin, kamu." senyum khasnya kembali terukir, dengan satu sudut bibir yang terangkat lebih tinggi dari sudut yang lain.Seperti biasa, dia menarikkan sebuah kursi untuk kududuki."Mau makan dulu?""Enggak, masih kenyang," tolakku. Sejujurnya selera makanku sedang mengalami penurunan. Padahal biasanya, walaupun selesai makan, aku masih bisa menghabiskan dua porsi burger ukuran jumbo. "Ngapain nungguin aku?" m

    Last Updated : 2022-02-27
  • Broken Wings   Tentang Masa Depan

    Adrian pamit pulang setelah jam menunjukkan pukul delapan malam. Setelah mendengar ceritaku yang berulang-ulang tentang rasa sakit hatiku terhadap Keanu dan Dendra. Tentang bagaimana rasa luka ini dikhianati sahabat sendiri. Adrian mendengarkannya dengan khusuk tak menjeda kalimatku dengan nasihat apapun. Dia tau, aku sedang butuh didengarkan. "Istirahat, ya!" ucap Adrian saat kuantar ke pintu. "Beneran nggak perlu aku anter ke bawah?" tanyaku untuk memastikan kembali. "Nggak usah, kamu pasti capek." Adrian tersenyum lembut. "Makasih, Dri." Lalu entah dari mana keberanian ini datang, tiba-tiba saja aku mendekatkan diri dan melabuhkan kecupan ringan di pipinya. Well, mungkin bagi sebagian orang hal itu biasa, tetapi bagiku hal itu rasanya sangat memalukan. Adrian terpana sambil mengusap pipinya. Wajahnya pun menunjukkan rasa terkejut akibat perbuatanku tadi. Aku buru-buru mengucapkan salam dan menutup pintu, malu rasanya melihat dia menat

    Last Updated : 2022-02-27
  • Broken Wings   Belum Bisa Berterus Terang

    "Bundo, aku mau berhenti kerja." kuutarakan rencanaku pada Bundo untuk melihat bagaimana reaksi ibuku. "Apa Keanu yang meminta?"Aku menghela napas panjang. Bingung bagaimana menjelaskan pada Bundo tentang kandasnya hubunganku dengan pria itu. Saat ini aku belum siap mengatakannya pada kedua orangtuaku, karena belum menemukan alasan selain perselingkuhan yang dilakukan Keanu. Aku memilih untuk menyimpannya untuk saat ini, lalu mencari waktu yang tepat untuk mengatakannya nanti. "Mei?" Panggilan Bundo menyadarkanku bahwa panggilan masih tersambung. "Bukan. Aku sudah merasa capek kerja tak tentu waktu seperti ini. "Kenapa, Bun?" Kali ini suara ayah yang terdengar di samping Bundo. "Mei mau berhenti kerja." Terdengar Bundo menyahut. "Mei, apa rencanamu setelah berhenti kerja?" Ayah mengambil alih percakapan. "Untuk saat ini mau menikmati dulu jadi pengangguran, Yah." Aku terkekeh setelah mengatakan hal itu. "Pulang

    Last Updated : 2022-03-05

Latest chapter

  • Broken Wings   The End For Beginning

    Setelah tersiksa oleh rasa sakit selama lebih dari 12 jam, akhirnya makhluk mungil yang kami tunggu pun hadir dengan tangisnya yang lantang membelah malam. Hampir tengah malam kala tubuh mungil yang masih merah itu di telungkupkan di dadaku, menyesap makanan pertamanya dari tubuhku. Tidak hanya aku, Adrian juya terlihat sangat lelah. Rambutnya sudah tak lagi serapi saat datang, karena telah menjadi korban jambakanku ketika proses melahirkan. Ah! Maafkan aku suamiku. Namun, segala kesakitan dan rasa lelah itu terasa terbayar saat melihat mulut mungil itu mengecap-ngecap di dadaku. "Thanks, Mei," bisik Adrian mengecup lembut sisi kepalaku. Tiba-tiba seperti ada tetesan hangat jatuh di pipiku. Aku mendongak, mendapati mata Adrian yang basah, tetapi dengan senyum mengulas di bibirnya. "Makasih sudah berjuang untuk makhluk terindah ini," imbuhnya saat melihatku mengerjap-ngerjap menahan haru menatap ke arahnya. Aku masih merasa tak percaya saat menelisik wajah mungil yang dengan rakusnya

  • Broken Wings   Partus

    Memasuki hari ketujuh setelah aku dan Adrian keluar dari rumah sakit. Adrian sudah mulai kembali bekerja, meskipun dia belum bisa menyetir sendiri untuk berangkat ke kantor. Pak Isa—sopir keluarga ibu mertuaku—yang diperbantukan untuk menjemput dan mengantar suamiku itu ke kantor. Berhubung kantor Adrian merupakan perusahaan keluarga, jadi Adrian tidak terlalu dituntut untuk hadir sesuai jadwal kantoran. Dia bisa berangkat agak siang, dan pulang lebih awal. Sehingga lumayan menghemat tenaganya selama pemulihan, karena tidak terlalu lama terjebak di jalan. Tadinya ayah yang menawarkan diri untuk mengantar, tetapi Adrian menolak karena merasa sungkan. Pagi ini setelah melepas Adrian berangkat ke kantor, aku memilih berjalan-jalan di taman apartemen, ditemani oleh bundo. Sebenarnya aku masih agak takut berada di luar ruang seperti ini. Rasa trauma itu masih ada. Terkadang, aku kembali mengalami mimpi buruk. Terbangun di tengah malam dan berteriak kesetanan kala tak kudapati Adrian bera

  • Broken Wings   Ujian

    Hari ini Adrian sudah dipindah ke ruang rawat biasa. Aku masih saja terus mengucap syukur dalam hati. Kendati Adrian belum sepenuhnya bisa banyak gerak, tetapi melihat senyum tersungging di bibirnya, sudah membuat rasa syukurku berlipat. Dengan persetujuan dokter juga aku bisa dirawat dalam satu ruangan dengan Adrian, sehingga kami tak terlalu saling mencemaskan satu sama lain. Karena dengan kondisi seperti itu Adrian masih saja mencemaskan kandunganku, dia bahkan sampai lupa luka yang tengah ia derita kala melihatku harus meminimalisir gerak. "Apakah istri saya baik-baik saja, Dok?" See? Meskipun dia masih terbaring lemah, tetapi kalimatnya masih mengkhawatirkanku. "Tekanan darahnya sudah normal. Hanya kadar protein urin masih agak tinggi, besok istri bapak sudah bisa rawat jalan," terang dokter yang tengah memeriksa keadaan Adrian. Kulihat bibir Adrian menyunggingkan senyum. Lebih terlihat lega, setelah seharian tadi dia berkali-kali bertanya apa benar aku merasa baik-baik saja.

  • Broken Wings   Tak Sanggup Tanpamu

    Pihak rumah sakit akhirnya mengizinkanku untuk mengunjungi ruang rawat Adrian. Aku tak dapat membendung tangis begitu melihat tubuh lelaki yang kucintai itu terbujur dengan berbagai alat bantu di tubuhnya. Adrian belum sadarkan diri, meskipun telah melewati masa kritis akibat syok karena kehilangan banyak darah. Kantong darah yang masih menggantung pada salah satu sisi bed, menandakan seberapa banyak darah yang hilang diakibatkan oleh luka itu. Menurut cerita ibu mertuaku, tusukan Dendra mengenai paru-paru Adrian, sehingga tak hanya kehilangan banyak darah, Adrian juga harus menjalani operasi untuk mengeluarkan darah yang mengumpul di paru-paru, serta menjahit luka tersebut. Keluarga Adrian saat ini tengah memperkarakan kasus ini ke jalur hukum. Meskipun Dendra dibebaskan pada kasus penyerangan di kafe Adrian dengan alasan kondisi kejiwaan yang tidak stabil, keluarga Adrian tak peduli. Mba Olivia—kakak tertua Adrian— bersikeras untuk memperkarakan Dendra dan menuntut agar laki-laki i

  • Broken Wings   Takut

    Hari ini aku dan Adrian pergi ke pusat perbelanjaan, untuk mencari perlengkapan menyambut anggota keluarga baru kami. Sekalian mencari barang yang kuperlukan saat persalinan nanti. Masih banyak barang-barang persiapan persalinan yang belum kubeli. Selama memutari beberapa toko yang menjual perlengkapan bayi, tangan Adrian tak lepas menggenggam tanganku, seolah takut aku terlepas dan hilang di pusat perbelanjaan ini. Ia hanya melepas genggaman ketika aku mulai memilih barang-barang yang hendak kubeli dari rak toko. "Ini lucu nggak, Dri?" tanyaku memamerkan tuxedo berukuran mini di depan dada. Ya, bayi kami diprediksikan berjenis kelamin laki-laki, sehingga pakaian yang menarik perhatianku selama berbelanja adalah pakaian untuk bayi laki-laki. "Lucu." Adrian setuju dengan pendapatku. "Ah! Tapi harganya lumayan," ujarku ketika melihat tag harga sambil cengengesan. "Beli saja kalau suka."Aku menggeleng. "Tampaknya belum perlu bayi kita memakai tuxedo, kata Mbak Salma pakaian bayi yan

  • Broken Wings   Because You're My Lady

    Bandung dan setumpuk rindu di hati yang sulit kulerai. Rindu yang kurasa kali ini bukan lagi milik Dendra, tetapi rindu akan hal-hal yang pernah aku lakukan di sana tanpa Dendra. Pagi ini bersama Adrian, aku memilih pergi dengan kendaraan umum menuju tempat penjual kupat tahu yang kuidamkan itu. Adrian tampak agak kurang setuju dengan usulku, mengingat kondisiku yang terkadang tiba-tiba turun jika terlalu lelah. "Nggak apa-apa, aku baik-baik saja," ujarku berusaha meyakinkan suami protektif yang berkali-kali bertanya apakah aku tidak merasa pusing, karena angkot yang kami tumpangi berhenti terlalu lama menunggu penumpang. Berbeda jauh dengan saat aku masih kuliah dulu, angkot menuju pasar tradisional tujuan kami ini jarang sekali ngetem lama seperti ini. Mungkin karena pada saat aku kuliah dulu belum ada transportasi online, sehingga angkutan kotalah yang menjadi pilihan utama sebagai moda transportasi. Jarak tempuh dari tempat kami menginap ke tempat yang kami tuju sebenarnya hanya

  • Broken Wings   Bandung dan Sepenggal Kisah

    Ternyata masa-masa kehamilan pada trimester pertama tidak semulus bayanganku. Hampir setiap waktu aku merasa ingin mengeluarkan seluruh isi perut. Di saat perut sudah tak berisi apapun, rasa mual itu malah semakin menjadi. Serba salah, diisi salah, tak diisi pun makin parah. Adrian yang merasa khawatir dengan kondisiku, memilih untuk menemaniku di apartemen. Segala pekerjaan ia kerjakan di apartemen. Hanya sesekali ia keluar, itu pun tak lama. Bahkan Adrian berkali-kali menelpon dokter kandungan, menanyakan apakah kondisiku seperti itu normal. Adrian yang kukenal tenang selama ini, berubah penuh kecemasan. Wajahnya hampir sepanjang waktu terlihat tegang. "Mei, mau aku buatkan sesuatu?" Adrian kembali melongokkan kepala di ambang pintu kamar.Aku hanya menggeleng lemah. Entah pertanyaan yang keberapa kali ia ajukan semenjak tadi pagi. Aku menyuruhnya keluar, karena entah kenapa belakangan ini aroma tubuhnya selalu saja membuatku mual. Meski terlihat sedih, tetapi Adrian menuruti keing

  • Broken Wings   Putusan Hakim

    Senyum tak berhenti nengulas di bibir Adrian semenjak kami keluar dari ruang praktek dokter kandungan tadi. Janin yang kini tumbuh di rahimku masih berumur enam minggu, masih sebesar kacang. Aku harus memperhatikan asupan makanan yang bergizi agar janin ini tumbuh sempurna. Mengenai masalah mual yang belakangan mulai terasa, menurut dokter selagi aku tidak sampai lemas, seharusnya tak masalah. Karena itu hal wajar terjadi pada trimester pertama kehamilan. Kebahagiaan jelas terpancar pada raut wajah Adrian saat mengetahui janin di rahimku tumbuh sesuai usianya. Bahkan setiap kali berhenti di lampu merah, Adrian memandang takjub foto hasil USG calon bayi kami di layar ponselnya. "Sepertinya aku akan terlupakan setelah ini," godaku pura-pura merajuk, tatkala Adrian kembali menatap layar ponselnya. Adrian terkesiap, menoleh ke arahku dengan cepat. "Ah! Maaf!" Adrian meletakkan ponsel, tertawa gugup sembari menggaruk tengkuk, seakan menyadari kelakuannya yang membuatku merasa tersingkir

  • Broken Wings   Our Little Happiness

    Harusnya hari ini aku menghadiri acara sidang putusan kasusku dengan Dendra, tetapi dari semenjak selesai salat subuh, tubuhku seakan tak mampu berkompromi. Rasa mual yang tak tertahankan berkali-kali membuatku harus berlari ke kamar mandi. Sementara itu, Adrian dari semalam tidak kembali ke apartemen karena tengah sibuk mempersiapkan acara grand opening kafe barunya yang tinggal beberapa hari lagi. Rasa pusing dan mual yang kurasa sedari pagi, membuat tubuhku seakan kehilangan tenaga. Setelah menelpon pengacara dan mengatakan bahwa tak sanggup mengikuti acara persidangan hari ini, aku kembali merebahkan tubuh. Setelah kepala kembali menyentuh bantal, rasanya tubuhku mulai membaik. Entah berapa lama tertidur, ketika aku merasakan kecupan lembut dan sedikit geli menusuk kulit pipi. Saat membuka mata, kulihat Adrian mengulas senyum, wajahnya terlihat letih dengan rambut halus yang belum dicukur menghiasi dagu, dan sisi rahangnya. "Kamu baru pulang?" tanyaku dengan suara sedikit serak

DMCA.com Protection Status