Home / Horor / 'Ana-Ya'Inu: Tatapan Nyai Dasimah / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of 'Ana-Ya'Inu: Tatapan Nyai Dasimah: Chapter 1 - Chapter 10

25 Chapters

I

 Allah Ta 'Ala berfirman:"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. An Nisa': 32)Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan: "Orang yang memandang dengan pandangan kagum khawatir bisa menyebabkan ain pada benda yang ia lihat, maka cegahlah keburukan tersebut dengan mengucapkan: Allahumma baarik 'alaih." (Ath Thibbun Nabawi, 118) °°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
last updateLast Updated : 2021-09-25
Read more

II

Pagi itu jerit histeris Imas mewarnai kediaman Galih."Sakiit ... aakh!" erang Imas sambil memegang kepalanya. Ia berguling ke kiri dan kanan, sebab sakit yang tak tertahankan.Galih yang panik merasakan ada sesuatu yang ganjil. Ini bukan sakit kepala biasa. Aku harus bawa dia ke Bilik Ruqyah, batinnya. Galih pun segera mengambil kunci mobil."Neng, ayo, kita ke rumah Ustaz Fikri," ajak Galih seraya memegang tangan Imas yang masih mengerang di lantai.Imas mengangguk lemah. "Iya, A ...."Dengan hati-hati Galih membopong tubuh Imas yang lemah menuju mobil, dan membaringkannya di jok belakang. Mereka lalu meluncur ke BilikRuqyah. Sekitar 30 menit perjalanan, akhirnya mereka tiba. Ada beberapa pasien ruqyah beserta keluarga yang mendampingi terlihat duduk santai di teras."Alhamdulillah tidak terlalu ramai," gumam Galih. "Neng, tunggu sebentar, ya. Aa mau daftar dulu."Imas hanya mengangguk sambil memijat pelan keningnya. Galih turun dar
last updateLast Updated : 2021-09-25
Read more

III

Seperti biasa, pagi itu Dasimah hendak pergi ke rumah Rima. Di perjalanannya, ia sengaja menyimpang ke rumah Imas. Dengan hati-hati, Dasimah mendekati rerimbunan pohon teh-tehan yang menjadi pagar rumah itu.Dasimah menengok kiri kanan. "Sepi," gumamnya. Kemudian, ia mengeluarkan kantong keresek dari dalam tas. Setelah kantong itu dibuka, Dasimah komat-kamit membaca mantra, lalu menaburkan tanah kuburan di sekitar rumah Imas. Dasimah tersenyum miring. "Rasakan akibatnya kalau kamu berani merebut apa yang seharusnya jadi kebahagiaanku!"Setelah melakukan aksinya, Dasimah melanjutkan berjalan. Langkahnya terhenti saat melihat pasangan suami istri yang sedang bertengkar di teras rumah."Saya juga mau atuh, Kang, punya mobil bagus seperti dia!" seru si istri sambil menunjuk.Dasimah mengikuti arah telunjuk itu, yang mengarah ke halaman rumah tetangga mereka yang baru saja membeli mobil baru."Pokoknya, kalau Akang tidak beli mobil, kita cerai!" Si
last updateLast Updated : 2021-09-25
Read more

IV

Galih terpaku di kasurnya, tak berkedip menatap wajah sang istri yang kini telah berubah menjadi sangat menyeramkan."Alloohu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum ...." Terbata Galih mengucapkannya dengan bibir gemetar. "Alloohu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum ...." Galih mengulanginya, tanpa bisa meneruskan."Hahahahahaahaaaa!" Imas tertawa nyaring seolah meledek.Galih tercekat. Ia beristigfar dalam hati, memohon kekuatan kepada Allah. Setelah dia yakin bisa merapalkan kembali ayat Kursi, Galih pun menyuarakannya dengan lantang.Tubuh Imas yang berada di dinding selayaknya cecak tiba-tiba merayap turun dengan cepat ke hadapan Galih, dan berusaha mencekik. Dengan sigap Galih menghindar, lalu memegang kuat tangan Imas."Imas, sadar! Istigfar, Neng!"Imas berontak, Galih semakin kewalahan. Dengan tenaga yang masih tersisa, Galih berusaha membisikkan Al Fatihah ke telinga Imas. Setelahnya Imas pun tak sadarkan diri.Galih terdudu
last updateLast Updated : 2021-09-25
Read more

V

Acara hajatan dihentikan setelah penonton ricuh sebab ada dua orang yang kerasukan. Mereka diketahui salah satu sanak saudara yang punya hajat, yang memang mempunyai ilmu kebatinan. Sehingga mereka tak dapat mengendalikan diri saat mendengarkan tembang Bangbung Hideung."Ayo, bangun. Kamu pulang saja." Dasimah ditarik oleh salah satu pemain gamelan. "Di belakang panggung sudah menunggu orang yang mau bayar kamu."Dasimah mengangguk, lalu beranjak ke belakang panggung. Setelah mendapatkan apa yang menjadi haknya, Dasimah melangkah pulang.Saat membuka pintu rumah, Dasimah tercekat. Dia mendapati sosok wanita berkebaya berdiri membelakanginya. Perlahan Dasimah menghampiri."Punteun, Teh. Saha nya? Milarian saha? Kenapa ada di rumah saya?" tanya Dasimah.Wanita berkebaya itu membalikkan badan, memperlihatkan wajahnya yang hancur. Ternyata dia adalah sosok yang dilihat Dasimah menari di sudut panggung. Dasimah menjerit, dan mundur selangkah dengan tang
last updateLast Updated : 2021-10-01
Read more

VI

Wa nunazzilu minal qur-aani maa huwa syifaa-uw warahmatul-lil mu’miniin." Ustaz Fikri menunjuk ke arah Imas sambil membaca surah Al-Israa 17:82 yang artinya: Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Imas seketika merasakan mual. Ustaz Fikri memberi isyarat kepada sang istri, Ustazah Azizah, untuk segera menyiapkan keresek karena Imas akan muntah. Dan benar saja, saat keresek itu disimpan di bawah dagu Imas, dia langsung mengeluarkan isi perutnya, yang hanya lendir bercampur darah. Tak lama kemudian, Imas tak sadarkan diri. Setelah hampir 10 menit hilang kesadaran, akhirnya Imas siuman. "Alhamdulillah!" seru Ustaz dan Galih bersamaan. "Bagaimana perasaan Ibu sekarang?" tanya Ustaz. "Sudah agak enakan, Ustaz," jawab Imas. "Bu ... Ibu banyak-banyak
last updateLast Updated : 2021-10-01
Read more

VII

Aa tidak menyangka, ternyata banyak juga, ya, penjual makanan yang pakai penglaris," ujar Galih setibanya mereka di rumah. Imas mengangguk. "Begitulah, A. Segala cara dihalalkan agar dagangan mereka laku. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah, ya, A. Aamiin." "Aamiin. Sekarang kita tidur saja, yuk." Galih mengedipkan sebelah matanya, membuat pipi Imas bersemu. Mereka pun beranjak ke kamar, dan larut dalam kemesraan selayaknya pasangan pengantin baru. Sementara itu, di luar sana Kang Asep sedang mendorong gerobak nasi gorengnya pulang dengan wajah semringah. "Ning! Nining!" Tanpa mengucap salam ia mengetuk pintu rumah. "Enya antosan!" sahut Nining dari dalam, lalu membuka pintu. "Naon atuh, Kang? Meni gegerewekan!"  Kang Asep bergegas masuk. Nining yang kebingungan langsung m
last updateLast Updated : 2021-10-01
Read more

VIII

"Ibu merasa tidak, kalau di kampung kita ini sepertinya sudah tidak aman." "Tidak aman bagaimana? Banyak maling?" Ustaz Fikri menyesap kopinya, lalu menggeleng. "Bukan ... bukan maling, tapi sesuatu yang lebih berbahaya." "Maksudnya bagaimana, sih, Pak? Ibu tidak mengerti." Ustazah Azizah menatap wajah sang suami dengan dahi yang mengerut dalam. "Pasien kita semakin hari semakin banyak. Gangguan yang menyerang mereka pun bermacam-macam. Kalau dua tiga tahun ke belakang, kan, pasien yang datang paling hanya kesurupan biasa atau yang sedang menjalani terapi pengobatan syari saja." Ustazah Azizah mengangguk pelan. "Iya juga, ya, Pak. Apa jangan-jangan ...." "Jangan-jangan apa, Bu?" "Mm ... jangan-jangan di kampung kita ada orang yang sedang mempraktikkan ilmu hitam, Pak." "Astagfirullah ... jangan suudzon, Bu. Tidak baik
last updateLast Updated : 2021-10-16
Read more

IX

Pria kurus tersebut mengangguk. Ia mengambil dua batang kayu yang runcing. Dengan sedikit canggung, sambil berjongkok di tepi balong, pria itu mulai membaca jampi, “Aki Gangga nu ti girang, Aki Ginggi nu ti hilir, aing ménta ingon-ingon, geura top!”  Dilemparkannya kayu itu ke balong. Ikan-ikan kemudian bermunculan, tapi tak ada satu pun yang bertabrakan. Tak berapa lama, kayu yang dilempar mengambang bersamaan dengan seekor ikan. Pria gendut sampai melongo saking terpana melihatnya. Namun, tidak dengan Nyai Dasimah. Ia justru tertawa mendengar jampi yang dirapalkan pria kurus itu. "Hati-hati, Kang ...,” katanya kemudian. "Hati-hati kenapa atuh, Nyai?" "Jangan sampai nanti yang datang bukannya ikan, malah siluman." Dasimah terkekeh, lalu meninggalkan kedua pria yang ternganga sembari menatap punggung Dasimah yang kian menjauh. Sesampainya di warteg,
last updateLast Updated : 2021-10-19
Read more

X

 Galih mengernyit." Tapi ... ini tidak tampak seperti ayat Alquran. Ayat apa? Surat apa?" Bibir Galih terlihat mencoba membaca huruf Arab gundul itu. "Simpanlah itu untuk menjagamu dan Imas supaya tidak terkena gangguan jin," hasut Dasimah. Galih melipat kertas itu dan memberikannya kepada Dasimah. "Maaf, aku tidak bisa, Imah. Aku takut." Galih terdiam. Di benaknya terlintas kenangan bertahun-tahun ke belakang, saat dirinya mengetahui Dasimah memakai susuk ketika menjadi sinden, dan selalu menyanyikan Bangbung Hideung untuk memikat penonton. Dasimah berusaha bersikap setenang mungkin. Ia tahu jika Galih pasti merasa ada yang tidak beres. "Galih." Galih menatap mata Imas. Mereka beradu tatap sepersekian detik. "Percayalah, ini aman." Dasimah memberikan kembali kertas tadi dan satu kertas lainnya. "Apa lagi ini?" tanya Galih heran. 
last updateLast Updated : 2021-10-21
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status