Home / Pendekar / Pendekar Tengil / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Pendekar Tengil: Chapter 211 - Chapter 220

387 Chapters

Bab 211: Kelompok Bandit Desa Sanca

“Keparat!” teriak Indra dengan kencang.‘Brugh’Pohon yang besar itu langsung tumbang seketika setelah sebagian batangnya hancur terkena pukulan Indra. Sementara itu Mira hanya bisa memejamkan matanya sambil menghela nafas dalam. Dia paham kalau Indra sangat kesal, dia sendiri sebenarnya merasakan hal yang sama. Tapi mau bagaimana lagi, kali ini mereka memiliki tugas yang lebih penting demi tanah airnya.“Apa kita harus mengirimkan surat agar Maharaja mengirimkan pasukannya dan menghabisi raja kurang ajar itu?” tanya Indra dengan nafas memburu. Dia benar-benar terlihat sangat marah, selama ini Mira belum pernah melihat raut wajah Indra semarah itu.“Tenanglah Indra. Aku tahu apa yang kau rasakan, aku juga merasa benar-benar kesal dan marah. Tapi saat ini kita memiliki tugas penting yang tidak boleh dilupakan. Masalah ini bisa diurus nanti oleh Maharaja,” kata Mira mencoba menenangkan
last updateLast Updated : 2021-12-07
Read more

Bab 212: Mengamuk di Desa Sanca (part 1)

“Apa malam ini kita tidak akan bergerak?” tanya seorang pria agak tua sembari mengasah goloknya.“Untuk sementara Kang Kadut melarang kita bergerak. Dia bilang kalau Kerajaan Girilaya akhir-akhir ini sering mengawasi para bandit yang berkeliaran,” jawab pria paruh baya sambil duduk di teras rumah.“Mereka itu benar-benar brengsek ya. Mereka menganggap kita seolah bagaikan hama, padahal mereka sendiri adalah orang yang paling parah menghancurkan kerajaan ini. Kita mah nggak seberapa merusak, paling beberapa warga saja yang jadi korban. Lah mereka, semua rakyat Kerajaan Girilaya menderita karena ulah mereka,” gerutu pria tua yang mengasah golok.“Maklumlah. Meski sama-sama penjahat seperti kita tapi mereka kan punya jabatan di kerajaan, mereka punya prajurit untuk dikerahkan. Lah kita penjahat kecil-kecilan nggak bakalan menang melawan mereka,” timpal pria lainnya yang ada di sana. Jika ditotal mung
last updateLast Updated : 2021-12-08
Read more

Bab 213: Mengamuk di Desa Sanca (part 2)

“Siapa kau?” tanya Kadut.“Aduh, siapa ya,” jawab Indra sambil pura-pura berpikir.“Jawab yang bener kalau kau masih mau hidup,” gerutu pria paruh baya di belakang Indra setengah berbisik.“Kau berani mempermainkan diriku ya!” bentak Kadut sambil melayangkan tendangannya mengarah ke kepala Indra.‘Beukh’“Haduh!” jerit pria paruh baya di belakang Indra saat kepalanya terkena tendangan Kadut. Indra sendiri berhasil menghindari tendangan Kadut dengan cara membungkukan tubuhnya ke bawah. Karena itulah pria paruh baya di belakang Indra malah yang terkena tendangan Kadut.‘Bret’“Hihihi.. jangan buru-buru main kasar dong. Kasian anak buahmu,” ucap Indra sambil menghentakan kedua tangannya sekaligus hingga tali yang mengikat tangannya putus seketika. Semua bandit di belakang Indra segera mundur selangkah
last updateLast Updated : 2021-12-08
Read more

Bab 214: Mengamuk di Desa Sanca (part 3)

Belasan anak buah Kadut yang sudah berhasil naik ke atap rumah segera melesat menyerang Indra dan Mira. Sedangkan Kadut yang tadi ambruk juga terlihat mulai bangkit lagi. Dua bandit menyerang dari sisi kiri Indra dengan tebasan goloknya sementara tiga bandit melesat dari samping kanan Mira.Tanpa saling melihat sedikitpun Indra segera melompat ke atas dan memutar tubuhnya dengan tendangan kaki kanan melebar mengarah ke tiga bandit yang melesat dari arah kanan Mira, sedangkan Mira sendiri langsung berjongkok menundukan tubuhnya dengan kaki kanan diputar ke belakang untuk menyapu dua bandit yang menyerang dari arah kiri Indra.‘Beukh’‘Gdakh’‘Brukh’Suara benturan keras terdengar saat tendangan memutar Indra berhasil menghantam leher ketiga bandit yang menyerang dari kanan, sementara itu sapuan kaki kanan Mira juga berhasil mengenai kaki dua bandit yang menyerang dari kiri. Kelima ban
last updateLast Updated : 2021-12-08
Read more

Bab 215: Mengamuk di Desa Sanca (part 4)

Di saat yang bersamaan Mira juga langsung melompat ke udara tepat sebelum pukulan Indra menghantam atap rumah Kadut. Ketika dua pukulan Indra menghantam atap mendadak saja terdengar suara benturan yang amat keras, disusul atap yang bergetar hingga akhirnya dinding rumah Kadut ambruk karena tidak kuat menahan berat atap rumahnya yang kini ditempati oleh puluhan bandit ditambah terkena hantaman gerakan ketiga pancalima yang digunakan Indra.‘Brugh’Semua bandit yang berdiri di atap langsung berhamburan jatuh. Bandit-bandit yang masih mencoba naik juga ikut terpental saat rumah Kadut ambruk. Sementara itu Kadut sendiri masih bisa berdiri dengan mencengkram genteng rumahnya erat-erat. Indra dan Mira kembali berdiri di atap yang sudah hampir rata dengan tanah.“Hihihi.. bangun rumah kok atapnya doang yang kokoh. Yang ada tuh pondasi kokoh, dinding kuat sama atapnya juga kokoh. Baru bagus tuh rumah,” ledek Indra sambil tertawa
last updateLast Updated : 2021-12-09
Read more

Bab 216: Kekalahan Kadut

Indra hanya tersenyum saja seolah sejak awal memang itu yang dia rencanakan, sementara tiga bandit di dekatnya benar-benar kaget karena mereka tidak menyangka waktunya akan sangat tepat seperti itu. Di saat ketiga lawannya tertegun Indra segera melompat ke atas dan melayangkan tendangan memutar menghantam kepala ketiga bandit tersebut sampai ambruk ke tanah.Tapi Indra tidak punya banyak waktu untuk bersantai karena Kadut sudah datang lagi bersama empat bandit lainnya yang menyerang dari depan. Indra tidak terlihat gentar sedikitpun, dia segera menghentakan kakinya ke tanah sampai golok yang ada di tanah terpental ke atas, Indra lalu menangkap golok tersebut dan memainkannya di tangan kanannya.Dua bandit segera melompat k udara sambil menebaskan goloknya mengincar pundak Indra, dengan gesit Indra memiringkan tubuhnya ke samping sambil menghantam leher seorang bandit dengan bagian tumpul goloknya. Sontak bandit itu memekik pelan sebelum akhirnya ambruk ke t
last updateLast Updated : 2021-12-09
Read more

Bab 217: Sungai Cisoca

“Ya. Aku pikir tadinya pemimpin mereka cukup lumayan. Tapi mereka terlihat tidak bisa menggunakan ilmu kanuragan sedikitpun,” timpal Mira seraya menyandarkan tubuhnya ke batang pohon.“Jangan-jangan semua kelompok bandit di kerajaan ini memang begitu semua lagi,” ujar Indra seakan kecewa.“Bagus dong, itu artinya kita akan dengan cepat bisa menemukan Nyi Sarwati lalu kembali ke Kerajaan Panjalu,” tukas Mira.“Iya sih. Tapi rasanya kurang menantang begitu,” kata Indra sembari cengar cengir.“Oh iya, jika di Desa Cangkeul juga tidak ada berarti kita ke mana dulu nih? Ke kelompok bandit di arah timur laut atau ke tenggara?” tanya Indra.“Kita akan langsung bergerak ke Desa Gugur yang ada di Kadipaten Guntur. Jika dari sana tidak ada baru kita ke timur laut, jika tidak ada juga kita akan ke utara langsung,” jawab Mira.“Eh? Bukankah
last updateLast Updated : 2021-12-09
Read more

Bab 218: Kelompok Bandit Sungai Cisoca (part 1)

“Indra!” teriak Mira dengan nada cemas dia segera berlari mengejar Indra dari tepi sungai. Jantungnya terasa berdetak dengan kencang saking khawatirnya dia.“Dapet satu!” teriak Indra yang sudah jauh berada di hilir sungai sambil mengacungkan ikan besar di tangannya. Tentu saja hal itu membuat Mira agak kesal karena dia pikir Indra benar-benar hanyut ke hilir.“Tangkap!” ucap Indra lagi sembari melemparkan ikan ke arah Mira.“Kau ini! Aku pikir kau hanyut tadi!” gerutu Mira sambil menangkap ikan yang Indra lemparkan.“Hihihi.. memangnya kenapa kalau aku hanyut?” tanya Indra sambil tersenyum.“Nggak kenapa napa. Cuma aku bakalan nggak enak saja sama yang lain, nanti aku juga yang diomelin. Padahal kau hanyut karena salah kau sendiri,” jawab Mira.“Eh. Aku pikir kamua bakalan nangis kalau aku hanyut,” kata Indra sambil cengar
last updateLast Updated : 2021-12-10
Read more

Bab 219: Kelompok Bandit Sungai Cisoca (part 2)

“Hahaha… Aku bukanlah orang yang akan mengatakan sebuah informasi tanpa ada bayarannya begitu saja,” kata Jaram sambil tertawa.“Heh bandot! Eh, bandit! Katakan saja cepat jangan minta bayaran segala rupa, memangnya kau pedagang apa,” gerutu Indra.“Hahaha.. Memangnya di dunia ini ada yang gratisan apa? Kau sendiri tahu di kerajaan kita ini segalanya serba susah, pantes dong kalau aku minta bayaran,” balas Jaram.“Kami tidak membawa uang untuk membayarmu. Karena itu sebaiknya katakan saja ke mana wanita itu pergi!” tegas Mira.“Hahaha.. Tenang saja, aku tidak minta uang kalian. Lagipula aku tidak butuh uang kalian,” jawab Jaram. Indra hanya menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas lalu mengusap wajahnya perlahan.“Dasar rendahan,” ujar Indra pelan.“Lalu apa yang kau inginkan?” tanya Mira.“Eh
last updateLast Updated : 2021-12-10
Read more

Bab 220: Kelompok Bandit Sungai Cisoca (part 3)

“Heh! Katakan yang sebenarnya, kamu bertemu dengan Nyi Sarwati atau tidak?” tanya Mira setengah membentak sambil menampar kepala Jaram.“Saya ng-nggak pernah bertemu dengannya Nyai. Tadi saya cuma bercanda doang,” jawab Jaram yang masih terus tertunduk. Sontak saja Indra kembali tertawa mendengar jawaban Jaram tersebut.“Brengsek ya, memangnya kau itu anggap kami apa? Kalau bohong ya bilang saja bohong! Pake alesan bercanda segala rupa lagi,” gerutu Mira.“Iya Nyai. Maaf,” tukas Jaram dengan pelan. Sementara itu Indra mulai mengatur nafasnya agar tidak terus tertawa.“Jangan-jangan selama ini kau menjadi bandit juga bercanda ya?” tanya Indra lagi.“Iya Kisanak, eh maksud saya nggak,” jawab Jaram. Sontak Indra kembali tergelak tertawa karena mendengar jawaban Jaram yang masih menunduk.“Ayo kita pergi saja. Percuma tadi kita buang
last updateLast Updated : 2021-12-10
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
39
DMCA.com Protection Status