Home / Pendekar / Pendekar Tengil / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Pendekar Tengil: Chapter 141 - Chapter 150

387 Chapters

Bab 141: Empat Ajian Tingkat Tinggi Milik Wirarasa

“Setahuku, Perguruan Margabuana memanglah sebuah perguruan yang paling banyak memiliki ilmu kanuragan tingkat tinggi. Sebab Mahaguru mereka yang bernama Purbakala sangat berambisi untuk menguasai seluruh ilmu kanuragan yang ada di dunia ini. Jika dia tidak bisa mempelajarinya maka dia akan menirunya, jika tidak bisa menirunya maka dia akan menciptakan ilmu kanuragan yang sangat mirip dengan incarannya,” tutur Ki Sukmara.“Hingga saat ini ada empat ilmu kanuragan tingkat tinggi yang aku tahu berasal dari Margabuana. Pertama adalah ajian ekabaya, sebuah ajian yang penggunaannya dihantamkan ke permukaan tanah. Kedua ajian dwibaya yang penggunaannya dihantamkan ke udara melalu kedua tangan, ketiga ajian tribaya yakni ajian yang mampu membakar musuhnya sampai jadi abu, yang terakhir ajian caturbaya yaitu ajian yang mampu menghancurkan tubuh musuhnya sampai berkeping-keping,” sambung Ki Sukmara.“Begitu ya. Saya pernah berhadapan den
last updateLast Updated : 2021-11-15
Read more

Bab 142: Menghadap Maharaja Kalya Cakra

“Ada apa Indra?” tanya Ki Sukmara saat melihat Indra merenung dan menghela nafas dalam.“Aku hanya ingat masa laluku Ki,” jawab Indra sambil tersenyum.“Oh. Kalau tidak salah kau juga mengatakan kalau Pasir Gede itu di Kadipaten Mandala ya?” tukas Ki Sukmara.“Iya Ki. Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat,” jawab Indra seraya menghela nafas dalam lagi.“Yah itulah namanya hidup. Di saat kau seumur denganku nanti kau malah akan merasakan waktu yang berlalu lebih cepat dari sekarang, kau akan sadar ketika orang-orang yang pernah bersamamu meninggalkanmu satu persatu. Aku sendiri merasa kalau kemarin-kemarin aku masih gagah perkasa, mengelana ke seluruh penjuru kerajaan. Rasanya baru kemarin aku bermain bersama kakakku,” timpal Ki Sukmara sambil terus berjalan bersama Indra.Sore harinya mereka akhirnya sampai di kediaman Adipati Nanggala yang ada di perbatasan
last updateLast Updated : 2021-11-15
Read more

Bab 143: Ujian dari Sang Maharaja

“Tanah air saya,” jawab Indra dengan cepat.“Aku akan mengatakan suatu hal yang mungkin tidak kau ketahui Indra. Sebenarnya Wirarasa menawarkan sesuatu agar perang ini tidak terjadi, aku tidak tahu dari mana dia mengetahui tentang dirimu. Tapi dia menawarkan jika aku mengirimkan kepalamu kepadanya maka perang ini tidak akan terjadi dan dia akan pergi meninggalkan Panjalu,” tutur Kalya Cakra. Sontak saja Indra terperanjat kaget. Bukan hanya Indra tapi petinggi kerajaan yang ada di sana juga kaget, sepertinya mereka baru mendengar tawaran tersebut.“Kelihatannya dia tahu kalau Maung Lara bukanlah ancaman lagi, kelihatannya dia juga tahu kalau kau adalah satu-satunya ancaman bagi dirinya saat ini. Karena itu aku akan bertanya kepadamu, jika aku perintahkan kau untuk mati demi mencegah perang ini apakah kau bersedia?” tanya Kalya Cakra. Indra hanya menghela nafas dalam lalu tersenyum.“Saya akan menolaknya,
last updateLast Updated : 2021-11-15
Read more

Bab 144: Tugas Khusus

“Kami ingin kau tidak ikut turun langsung ke medan perang, tapi mencari celah untuk menghabisi Wirarasa yang ada di Perguruan Manahsulaya,” timpal Saktiwaja.“Saya siap. Tapi menyelinap di medan perang untuk sampai ke markas musuh adalah hal yang cukup sulit,” ujar Indra. Jujur saja jika harus menyelinap di tengah-tengah medan perang dan pergi ke markas musuh akan sangat menyulitkan, terlebih ajian halimunan yang dikuasainya tidak sehebat Windu.“Kau tidak perlu menyelinap di medan perang. Sebab kau akan menyelinap dari belakang Perguruan Manahsulaya dan menghabisi Wirarasa tanpa harus turun ke medan perang,” jawab Saktiwaja.“Jadi saya harus berjalan memutari Gunung Manahsulaya dan menyerang mereka dari arah belakang?” tanya Indra memastikan tebakannya.“Ya, kau akan berangkat lebih dulu dari yang lain sebelum perang dimulai. Meski begitu aku yakin Wirarasa juga tidak akan leng
last updateLast Updated : 2021-11-15
Read more

Bab 145: Langkah Pertama Memulai Tugas (part 1)

Indra terus berjalan keluar kediaman Adipati Nanggala. Mira dan Rima masih terus cekcok tak berhenti. Sementara itu Astriani dan Elin hanya membiarkan mereka berdua tanpa mau terlibat. Sesampainya di luar Indra langsung bersandar ke tiang rumah sambil menatap kedua gadis yang sedang perang dingin tersebut, perlahan Indra menghela nafas dalam.“Jadi sebenarnya bagaimana ceritnya kalian bisa bersama seperti ini?” tanya Indra. Merasa tidak ada yang kunjung menjawab, Elin terlihat menghela nafas panjang.“Beberapa hari yang lalu saat perwakilan dari semua perguruan besar berkumpul dengan para Adipati dan petinggi kerajaan lainnya Maharaja mengatakan membutuhkan empat orang pendekar untuk menemani Kang Indra dan Ki Sukmara dalam menjalankan tugas khusus. Awalnya Mahaguru Maung Lodra meminta saya dan Kang Bara untuk ikut, lalu Guru Kawung Cala mengajukan Kang Purba dan Astriani untuk ikut juga. tapi besoknya saat berkumpul ternyata Kang Purba da
last updateLast Updated : 2021-11-16
Read more

Bab 146: Langkah Pertama Memulai Tugas (part 2)

“Hihihi.. Loh-loh diam-diam ternyata kalian bisa akur juga ya,” sindir Indra sambil tersenyum dan berjalan mundur karena menghadap keempat gadis cantik yang terus mengikutinya.“Ih siapa yang akur? Sama dia? Ogah deh,” kata Mira sambil bergidik.“Eh wanita angkuh, siapa juga yang mau akur sama kamu!” balas Rima seraya bergidik.“Hihihi.. Siapa yang menyindir kalian? Aku lagi ngobrol kok sama Astri dan Elin,” kata Indra sambil tertawa. Mendengar hal itu Astriani serta Elin langsung tersenyum kecil, sementara Rima dan Mira terlihat kesal karena merasa dipermainkan oleh Indra.“Kalian berdua itu udah cantik, ramah, murah senyum gampang akur lagi,” goda Indra kepada Asti dan Elin.“Kang Indra memang kebiasaan,” tukas Elin tersipu malu.“Kang Indra emang nggak berubah ya, padahal udah lama kita nggak bertemu,” tutur Astriani. Me
last updateLast Updated : 2021-11-16
Read more

Bab 147: Sehari Sebelum Perang

Sementara itu di dekat perbatasan selatan Kadipaten Kupa sendiri para prajurit kerajaan dan para pendekar aliran putih sudah berkumpul dan siap untuk berangkat ke medan perang. Mahapatih Candra Durgala yang menjadi panglima perang sudah siap dengan pakaian perangnya. Jika sesuai waktunya siang hari ini mereka akan bergerak ke perbatasan Kadipaten Kupa yang akan menjadi medan perang besok harinya.Kawung Cala, Mahaguru Pratiwi serta Mahaguru Maung Lodra tampak berada di tenda Candra Durgala bersama Senopati Saktiwaja dan beberapa tokoh pendekar aliran putih serta petinggi kerajaan lainnya, hadir pula di sana Adipati Kupa, Adipati Tohaga dan Adipati Rohaka yang kekuasannya diambil oleh pendekar aliran hitam. Mereka tampak sedang mendengarkan laporan dari prajurit yang diutus untuk mengawasi medan perang.“Semua warga yang beradai di perbatasan Kadipaten Kupa sudah mengungsi semuanya. Penduduk yang berada di sekitar Gunung Manahsulaya juga sudah mengungs
last updateLast Updated : 2021-11-16
Read more

Bab 148: Dihadang Pendekar dari Girilaya

“He? Jadi itu ya Gunung Manahsulaya,” ucap Indra sambil menatap gunung yang tinggi menjulang di depannya. Ki Sukmara dan yang lainnya juga ikut berhenti berjalan dan menatap gunung yang masih agak jauh dari tempat mereka berada.“Apa kita tidak salah jalan Ki?” tanya Mira.“Kelihatannya tidak,” jawab Ki Sukmara sambil terus memandang gunung tempat salah satu perguruan besar di Kerajaan Panjalu itu berada.“Memangnya kenapa Teh?” tanya Astriani seraya menatap Mira.“Aku hanya heran saja sebab kita rasanya terlalu mudah masuk ke wilayah musuh,” jawab Mira sambil merenung. Semua orang yang ada di sana tiba-tiba ikut terdiam, jika dipahami lebih dalam memang terasa cukup aneh.“Bukankah itu bagus? Kita bisa berjalan dengan sangat lancar seperti ini, apa yang harus dikhawatirkan,” tukas Rima yang seperti biasa selalu memilih untuk menentang pendapat Rim
last updateLast Updated : 2021-11-17
Read more

Bab 149: Ki Sukmara vs Ki Baplang

“Heh tengil! Jaga ucapanmu. Aku tidak peduli kalian mau ada urusan atau tidak, yang jelas aku tidak akan membiarkan si peot Sukmara itu pergi begitu saja!” bentak Ki Baplang.“Indra sebaiknya kalian pergi saja melanjutkan perjalanan. Aku akan menghadapinya di sini. Kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu yang ada. Jika tidak maka perang akan keburu terjadi, terlebih aku yakin di Gunung Manahsulaya itu Wirarasa sudah menyiapkan pasukan untuk melindunginya dari berbagai titik. Kalian pasti akan berhadapan dengan mereka dulu sebelum bertemu Wirarasa, karena itu jangan buang-buang waktu di sini karena perjalanan kalian masih panjang,” ucap Ki Sukmara sambil memainkan tongkat di tangannya.“Loh, dia kan cuma sendiri Ki. Kalau kita keroyok bisa cepet mati dia,” kata Indra yang tidak setuju dengan usul Ki Sukmara.“Sudah aku bilang jaga ucapanmu! Kalau tidak kau juga akan mati di sini!” bentak Ki Baplang.
last updateLast Updated : 2021-11-17
Read more

Bab 150: Ajian Rawa Rontek

‘Tap’Hampir saja Ki Baplang terkena serangan andaikan dia tidak menggerakan tubuhnya ke samping. Ki Sukmara langsung memutar tubuhnya sembari memegang tongkat dengan kedua tangan secara horizontal menempel di punggungnya. Ki Baplang langsung menundukan tubuhnya ke bawah untuk menghindar hantaman tongkat. Akan tetapi Ki Sukmara mengubah gerakan tongkatnya secara diagonal mengincar tubuh Ki Baplang yang ada di bawah.‘Trang’Satu hantaman berhasil dihalau oleh Ki Baplang dengan goloknya, tapi tubuh Ki Sukmara langsung berputar berlawanan arah dengan sebelumnya membuat hantaman ujung tongkat lainnya datang dan berhasil menghantam leher bagian belakang Ki Baplang dengan telak. Suara benturan keras terdengar seiring dengan raut wajah Ki Baplang yang meringis kesakitan. Kemudian Ki Sukmara tidak membiarkan semuanya berakhir, dia mengayunkan tendangannya mengincar dada lawan.Kali ini Ki Baplang berhasil menahan t
last updateLast Updated : 2021-11-17
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
39
DMCA.com Protection Status