Home / Pendekar / Pendekar Tengil / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Pendekar Tengil: Chapter 161 - Chapter 170

387 Chapters

Bab 161: Kekalahan Nyi Rukmini

Mira langsung bergerak menuju Nyi Rukmini sambil mengarahkan ajian bayubaraja di tangan kirinya. Meski awalnya agak terkejut melihat tindakan Mira yang tanpa diduga itu, Nyi Rukmini kemudian melesat menyongsong kedatangan lawannya dengan ajian rekasanca sudah siap di tangan kanannya. Mira sekilas menatap Astriani seolah memberikan sebuah isyarat kepadanya, Astriani langsung tersenyum dan menganggukan kepalanya tanda mengerti.‘Dhoomrrr’‘Gggrrrrr’Di saat yang bersamaan Mira dan Nyi Rukmini menghantamkan ilmu kanuragannya. Suara dentuman keras terdengar jelas bersamaan dengan riuh angin yang bergemuruh. Tanah di tempat mereka berdiri terasa bergetar saat benturan dua ajian tingkat tinggi itu terjadi. Debu-debu serta dedaunan yang ada di sekitar mereka langsung berhamburan tertiup oleh angin yang menderu.Saat tanah mereka masih beradu pukulan tiba-tiba saja Astriani sudah melesat dari samping Nyi Rukmini den
last updateLast Updated : 2021-11-21
Read more

Bab 162: Musuh Lama Datang Menghadang

“Kau juga tidak perlu mengkhawatirkanku, aku masih bisa bertarung dengan baik. Tadi juga kalau lawanku sama mudahnya dengan yang dilawan mereka pasti aku tidak akan sampai begini,” timpal Rima seraya menyindir Mira.“Oke. Nanti kalau ada lawan lagi kau bisa pilih mana yang menurutmu paling lemah. Biar aku yang melawan yang paling kuat,” balas Mira karena kesal sebab Rima menganggap Nyi Rukmini lebih lemah dari Brawara yang dilawan olehnya.“Hmmh.. mulai lagi,” ujar Indra sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.“Mungkin ada baiknya nanti kita melawan musuh bersama-sama agar bisa saling melindungi. Jika ada musuh yang kuat langsung kita lawan berempat, itu akan jauh lebih ringan,” usul Astriani.“Aku tidak sudi kalau harus membantunya,” kata Rima dengan ketus.“Siapa juga yang mau dibantu olehmu. Aku sendirian saja sudah cukup kok,” balas Mira.
last updateLast Updated : 2021-11-21
Read more

Ban 163: Menggempur Markas Musuh

“Tapi, jumlah mereka terlalu banyak,” kata Indra.“Kami akan baik-baik saja. kamu sebaiknya cepat-cepat pergi, pagi sudah hampir tiba. Jangan buang-buang waktu di sini,” tukas Mira yang juga sudah siap dengan kuda-kudanya. Begitu juga dengan Astriani dan Elin.“Baiklah. Tapi ingat jangan memaksakan diri, jika jumlah musuh bertambah sebaiknya kalian pergi dan tidak perlu menungguku,” kata Indra.Mira serta yang lainnya langsung mengangguk paham. Indra menghela nafas dalam untuk menenangkan dirinya, dia yakin keempat gadis itu akan baik-baik saja. Setelah cukup tenang dia langsung melompat melewati Ki Bisara dan keempat belas anak buahnya. Melihat hal itu Ki Bisara tidak tinggal diam dan langsung melompat.“Tidak akan aku biarkan kau kabur!” teriak Ki Bisara sambil mengayunkan pukulannya.‘Beukh’Suara benturan terdengar nyaring saat pukulan Ki Bisa
last updateLast Updated : 2021-11-21
Read more

Bab 164: Persiapan Perang Sudah Selesai

Indra masih terus berhadapan dengan Jalu di dalam kediaman Mahaguru Raksawira, beberapa bilik rumah terlihat sudah hancur berantakan karena benturan tenaga dalam mereka. Indra yang sangat ingin menyelesaikan pertarungan terus berusaha menyerang Jalu secara bertubi-tubi, namun nyatanya Jalu memang bukanlah pendekar sembarangan karena mampu menepis semua serangannya sejauh ini.Indra mencoba menyerang Jalu dengan pukulan tangan kanannya dalam gerakan pancalima, tapi dengan gesit Jalu menghindar jauh ke samping sembari melompat lagi dengan tendangan kaki kiri mengarah ke leher. Indra masih bisa menghindarinya dan membalas serangan dengan tendangan kaki kirinya, tapi tanpa diduga Jalu langsung menjatuhkan tubuhnya ke lantai dengan bertumpu kepada kedua tangannya sementara kaki kirinya mengayun ke atas menghantam dagu Indra.‘Beukh’“Hehehe.. kelihatannya kau buru-buru amat, apa kau pikir bisa mengalahkanku dengan mudah hah?”
last updateLast Updated : 2021-11-22
Read more

Bab 165: Langkah Pertama di Medan Perang

Saat fajar sudah menyingsing dan sinar mentari mulai tampak di ufuk timur, semua prajurit dan pendekar aliran putih Kerajaan Panjalu sudah siap berbaris rapi. Tak lama kemudian Mahapatih Candra Durgala datang dengan pakaian perangnya. Pedang kesayangannya terlihat terikat kuat di pinggangnya.Perlahan dia berjalan menuju kuda yang akan ditunggangi olehnya di medan perang kali ini. saat itu juga pasukan langsung membuka barisan agar Panglima Perang mereka bisa masuk ke tengah-tengah barisan. Kawung Cala dan Putu Sagara juga ikut menunggang kuda mendampingi Candra Durgala.“Wahai para prajurit dan pendekar tangguh Kerajaan Panjalu. Saat ini kita dihadapkan dengan situasi genting di kerajaan kita tercinta. Saudara-saudara kita yang berbeda pandangan dan jalan telah memutuskan untuk menentang kerajaan dan menyatakan perang kepada kita. Mereka dengan keji dan biadab menyerang tiga perguruan besar lalu menghabisi semua tokoh penting dari ketiga perguruan te
last updateLast Updated : 2021-11-22
Read more

Bab 166: Perang Mulai Berkecamuk!

Akhirnya jarak diantara mereka sudah sangat dekat, dalam jarak sedekat itu mereka belum menemukan satu wajah musuhpun yang mereka kenali. Tapi mereka juga tidak mungkin merenung terus dalam keadaan seperti itu sebab musuh tetap bergerak menyongsong mereka. Candra langsung mengacungkan pedangnya lagi tinggi-tinggi ke langit.“Habisi mereka! Setelah mereka tamat barulah kita serang markas musuh di kaki Gunung Manahsulaya! Kita akan membuat mereka menyesal karena telah berani melakukan kejahatan besar di negeri ini!” teriak Candra.Sorakan pasukan kembali terdengar menyambut kata-kata dari panglima perang mereka. Kedua kubu pasukan akhirnya bertemu, suara dentingan senjata yang beradu mulai terdengar. Candra, Kawung dan Putu dengan gagah berani langsung menghentakan kudanya masuk ke tengah-tengah barisan lawan.‘Tap’Putu serta Kawung melompat dari kudanya lalu menghantamkan pukulannya menuju pasukan musuh yang
last updateLast Updated : 2021-11-22
Read more

Bab 167: Dahsyatnya Ajian Pancabaya

“Tidak mungkin,” ujar Putu Sagara saat merasakan tanah yang berguncang.“Ini, Wirarasa?” ucap Candra yang masih berhadapan dengan Arcayuda.“Apakah ini yang namanya ajian pancabaya?” gumam Kawung sembari menatap ke sekelilingnya seolah ingin mencari dari mana Wirarasa menggunakan ajian terlarang miliknya itu.“Hahaha… Nikmatilah saat-saat terakhir kalian!” ucap Arcayuda seakan puas melihat Candra yang terkejut bukan main.“Mundur!” terdengar teriakan Saktiwaja lagi dari kejauhan. Candra Durgala langsung melompat mundur menjauhi Arcayuda. Sementara itu teriakan para prajurit yang ketakutan terdengar bersahutan. Retakan tanah akhirnya sampai juga ke tempat pertarungan Candra, Kawung dan Putu.“Kawung! Putu! Ikuti retakan ini, sebisa mungkin redam ajian pancabaya miliknya!” perintah Candra yang langsung melesat secepat kilat mengikuti retakan t
last updateLast Updated : 2021-11-23
Read more

Bab 168: Dampak dari Ajian Terlarang

Mahaguru Maung Lodra, Mahaguru Pratiwi dan Senopati Saktiwaja yang tadi berlutut kini mulai bangkit lagi menatap cekungan tanah yang begitu dalam. Mereka semua hanya bisa tertegun diam melihatnya. Kenyataan bahwa sampai terbentuk cekungan seluas dan sedalam itu menandakan kengerian yang terjadi akibat ajian pancabaya milik Wirarasa.“Wirarasa!” teriak Saktiwaja.“Pratiwi, perintahkan Suradwipa untuk memanggil pasukan cadangan yang sudah ditempatkan sebelumnya. Aku yakin banyak dari pasukan kita yang jadi korban. Suruh dia untuk membawa pasukan cadangan itu kemari,” perintah Maung Lodra. Mahaguru Pratiwi langsung mengangguk dan berbalik ke belakang untuk menemui Suradwipa yang terlihat juga berniat menghampirinya.“Sura, bawa pasukan cadangan kemari. Perintahkan mereka untuk segera datang kemari. Katakan bahwa kita di sini membutuhkan batuan,” perintah Pratiwi.“Baik,” jawab Suradwipa
last updateLast Updated : 2021-11-23
Read more

Bab 169: Sang Dalang Dibalik Perang

Maung Lodra juga yakin kalau Wirarasa sejak awal sudah tahu kalau pasukannya sedang diintai, jadi dia sengaja menunjukan semua pasukannya agar Candra turun dengan kekuatan penuhnya tanpa ragu, sebab jika jumlahnya seperti kemarin hanya ada seribu lebih kemungkinan Candra juga hanya akan membawa setengah pasukannya ke medan perang.“Setelah Wirarasa yakin umpannya akan berhasil hingga Candra turun dengan kekuatan penuh maka dia hanya mengirim enam ratus pasukan saja ke medan perang. Sejak awal dia pasti sengaja memilih pasukan terlemah untuk dikirim ke medan perang, karena sejak awal dia berniat menjadikan mereka hanya sebagai tumbal untuk mengecoh kita,” jelas Maung Lodra.“Aku yakin dia ikut turun ke medan perang bersama dengan barisan pasukan paling belakang yang memakai kain hitam menutupi wajahnya. Dengan begitu Candra ataupun pendekar lainnya tidak akan mengetahui kalau dia sudah turun ke medan perang. Dia juga pasti sengaja memerinta
last updateLast Updated : 2021-11-23
Read more

Bab 170: Jawaban Semua Teka-Teki

“Jika kalian memang ingin tahu kenyataannya maka akan aku ceritakan. Itung-itung sebagai dongeng sebelum kalian berdua tewas di medan perang ini,” ucap Wirarasa dengan penuh percaya diri.“Biar aku yang menjelaskannya Wirarasa, mungkin jika mendengarnya dariku mereka akan lebih puas,” potong Arcayuda sebelum Wirarasa menceritakan kisahnya.“Lebih dari sepuluh bulan yang lalu Wirarasa datang ke Kerajaan Girilaya untuk menawarkan suatu hal yang menarik. Dia meminta bantuan Kerajaan Girilaya untuk membantunya menjalankan rencana menguasai Kerajaan Panjalu. Kami menerimanya dengan syarat nanti setelah dia berhasil dengan rencananya kami ingin mengirimkan banyak warga Kerajaan Girilaya untuk mengolah sebagian lahan pertanian dan sumber daya lainnya, kami juga ingin agar warga Girilaya mendapatkan perlakuan istimewa,” jelas Arcayuda.“Wirarasa menyetujuinya, tapi dia bilang ada dua orang yang akan menjadi ham
last updateLast Updated : 2021-11-24
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
39
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status