Home / Pendekar / Pendekar Tengil / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Pendekar Tengil: Chapter 121 - Chapter 130

387 Chapters

Bab 121: Salaksa vs Darjasena

Saat itu juga riuh angin langsung bergemuruh bertiup, tekanan udara dari tebasan Salaksa kembali terbentuk dan melesat menuju Darjasena diiringi oleh deru angin yang bertiup kencang. Perlahan Darjasena menggerakan tangan kanannya ke gagang pedang miliknya. Hanya sekejap mata dia langsung menebaskan pedangnya ke udara dan menyarungkannya kembali.‘Wwrrr’‘Bhomr’Terdengar suara benturan keras saat tekanan udara yang tercipta dari tebasan jarak jauh Salaksa menghantam tekanan udara yang tercipta dari tebasan Darjasena. Riuh angin kembali bergemuruh kencang dari titik benturan. Namun mata Salaksa tidak berkedip sedikitpun, tatapannya terus tertuju kepada tangan Darjasena yang masih memegang pedangnya.“Mustahil, apa dia benar-benar menebaskannya?” batin Salaksa seakan tidak percaya dengan yang dilihatnya barusan. Andaikan saja orang biasa yang melihatnya mereka mungkin tidak akan bisa melihat perger
last updateLast Updated : 2021-11-08
Read more

Bab 122: Duel Dua Pendekar Pedang

Salaksa tampak menatap Darjasena dengan tajam, mereka masih berdiri dengan pola kuda-kuda masing-masing. Salaksa akhirnya memutuskan untuk bergerak menyerang dengan menghentakan kakinya sampai tubuhnya melesat ke depan dan mengayunkan pedangnya mengincar leher Darjasena.Darjasena dengan gesit langsung mengayunkan pedang di tangan kanannya hingga berhasil menangkis pedang Salaksa. Suara dentingan senjata yang beradu kembali terdengar disertai oleh percikan api yang muncul dari gesekan kedua pedang. Salaksa dalam gerakan yang sangat cepat langsung menyerang Darjasena dengan delapan pola serangan secara beruntun, itu adalah gerakan nawa supata.‘Trang’Suara dentingan baja menghantam baja langsung terdengar nyaring setiap kali senjata mereka beradu, percikan-percikan api terus terlihat dari titik gesekan pedang. Pergerakan serangan Salaksa benar-benar cepat hingga riuh angin langsung bertiup setiap Salaksa melakukan serangan. Namun Da
last updateLast Updated : 2021-11-09
Read more

Bab 123: Jurus Pamungkas

“Aku jamin, aku tidak perlu melewati garis ini untuk mengalahkan gurumu itu,” ejek Darjasena sambil menyeringai menunjuk garis yang dia goreskan di tanah.“Kau sudah melampaui batas! Menghina mahaguruku sama saja dengan membangunkan singa yang tertidur!” ancam Salaksa sambil berusaha membuat pola kuda-kuda tehnik pedang andalannya.“Hahaha.. Kalau singanya ompong seperti gurumu, aku tidak takut!” balas Darjasena sembari tertawa puas.“Guru, izinkan muridmu ini untuk membungkam mulut pendekar yang menghinamu itu!” batin Salaksa sambil memejamkan kedua matanya, perlahan dia membuka kedua matanya lagi.Pedangnya langsung Salaksa genggam dengan kedua tangan, bilah tajamnya mengarah ke kanan sementara bilah lebar pedangnya dia tempelkan ke pundak kanan sampai bagian tumpul pedangnya menyentuh lehernya sendiri, gagang pedangnya dia angkat ke depan bersamaan dengan kaki kirinya yang sedikit
last updateLast Updated : 2021-11-09
Read more

Bab 124: Duel Pedang, Indra vs Darjasena

“Kelihatannya malah otakmu yang aneh, aku nanya kemana kau jawabnya apa,” kata Darjasena lagi seolah tidak menyerah untuk memancing amarah Indra.“Hihihi.. sejak kapan kau nanya kemana? Aku juga nggak menjawab apa. Otakmu kali yang karatan noh,” balas Indra sambil berjalan mendekat dan memainkan pedang milik Salaksa.“Melangkah sekali lagi maka akan kutebas kepalamu itu!” bentak Darjasena seraya menghunuskan pedangnya. Indra malah tersenyum lalu melangkah dua kali ke depan Darjasena.“Keparat!” bentak Darjasena yang langsung menebaskan pedangnya ke depan.Riuh angin langsung bergemuruh menciptakan tekanan udara seperti pedang, Indra langsung membuat pola kuda-kuda gerakan silat yang diajarkan Braja Ekalawya. Tebasan jarak jauh yang dilakukan oleh Darja langsung melesat vertikal mengarah kepada Indra, tapi dengan gesit Indra melompat ke samping menghindari tebasan Darjasena.
last updateLast Updated : 2021-11-09
Read more

Bab 125: Indra vs Darjasena

Indra kali ini yang memulai serangan dengan melesat ke depan dalam gerakan kedua pancalima, Darjasena langsung menyambut kedatangan Indra dengan tebasan pedangnya ke depan. Namun kaki Indra langsung dihentakan ke samping hingga tubuhnya terlontar ke arah samping Darjasena. Tak sampai di sana sebab Indra menghentakan lagi kakinya ke samping, kini tubuhnya melesat cepat ke arah Darjasena.‘Trang’Pukulan Indra yang melayang langsung ditahan oleh bilah tumpul pedang Darjasena, sejujurnya Indra sangat terkejut sebab baru kali ini ada lawan yang sempat menahan gerakan kedua pancalima miliknya. Padahal biasanya musuhnya memilih untuk menghindar sebab tidak sempat menangkis serangannya.“Gerakannya sangat cepat,” batin Indra.Tak patah semangat Indra langsung melesatkan lutut kanannya mengincar perut Darja, tapi Darja dengan cepat mengangkat lutut kirinya hingga membentur serangan lutut Indra. Suara benturan terden
last updateLast Updated : 2021-11-10
Read more

Bab 126: Batu Melawan Pedang

Setelah batang pohon Indra langsung berpindah ke batu-batu besar yang ada di sekitarnya, dengan cepat dia melemparkan batu-batu itu mengarah kepada Darjasena. Alih-alih menebaskan pedangnya Darjasena justru menghindari setiap lemparan batu yang dilontarkan oleh Indra. Melihat hal itu Indra langsung tersenyum lalu membawa batu yang dikepal di kedua tangannya serta melesat kembali menyongsong Darjasena.‘Trang’Indra mengayunkan tangan kanannya mengincar kepala Darjasena namun langsung ditangkis olehnya menggunakan pedang sampai terdengar suara dentingan nyaring, Darjasena terlihat terkejut sebab dia tidak menyangka jika Indra membawa batu di kedua tangannya.‘Trang’‘Tring’‘Trung’Terdengar suara dentingan secara terus menerus saat batu ditangan Indra ditahan oleh pedang yang dipegang oleh Darjasena. Secara beruntun Indra terus menyerang Darja dengan batu di
last updateLast Updated : 2021-11-10
Read more

Bab 127: Jalan yang Berbeda

“Lalu kau telah menyesal karena pernah berdiri di posisiku saat ini? Sebenarnya sejauh mana keyakinanmu kepada kebenaran dan keadilan yang kau bicarakan hah? Asal kau tahu, seburuk-buruknya orang adalah orang yang tahu kebenaran dan keadilan tapi lebih memihak kejahatan dan kebiadaban serta bungkam ketika melihat ketidak adilan dipertontonkan!” tegas Indra.“Omong kosong! Keadilan dan kebenaran tidak pernah ada di dunia ini! Jika memang ada maka orang-orang jahat dan biadab pasti akan hidup sengsara di dunia ini!” potong Darjasena.“Kau yang mengatakan omong kosong Darjasena! Lihatlah dimana kita berdiri saat ini! Apakah aku datang ke sini karena buah dari kejahatan? Apakah aku bisa berdiri di sini karena titah kebiadaban?! Guruku Braja Ekalawya, orang yang kau sebut paling biadab dan keji di dunia ini! Jika kebenaran dan keadilan hanyalah kepalsuan kenapa murid Braja Ekalawya sepertiku berdiri menantangmu di sini?! Aku adalah
last updateLast Updated : 2021-11-10
Read more

Bab 128: Serangan Pamungkas Darjasena

Darjasena menjulurkan pedangnya ke samping kiri dengan bilah tajam menghadap ke depan, sementara itu kaki kanannya sedikit maju ke depan dengan sedikit menekuk sedangkan kaki kirinya menjulur lurus ke belakang. Indra sendiri langsung mengangkat tinju tangan kanannya ke udara, gemuruh guntur yang menggelegar terdengar bersahutan di langit seiring dengan kilatan petir yang menyambar-nyambar.Sambaran kilat langsung menghantam tangan kanan Indra sampai kilatan-kilatan petir kecil menyelimuti tangannya. Mereka berdua kembali saling menatap satu sama lain, riuh angin yang bertiup langsung menerbangkan dedaunan yang gugur di tanah hingga berhamburan ke tubuh mereka berdua.Indra langsung mengambil ancang-ancang untuk menghentakan kakinya, saat itu juga di saat yang bersamaan mereka berdua menghentakan kaki kanannya. Tubuh mereka berdua langsung melesat menyongsong lawannya, Indra menggerakan pukulannya ke depan sementara Darjasena menggerakan tangannya yang memeg
last updateLast Updated : 2021-11-11
Read more

Bab 129: Kemarahan Windu

“Apa yang terjadi di sini, Indra? Kenapa Salaksa bisa sampai tewas hah!” bentak Windu dengan penuh amarah.“Saat aku datang kemari dia sudah tewas di tangan Darjasena,” jawab Indra dengan tetap tenang.“Apa?” ujar Windu dengan wajah kaget.“Dia sama sekali tidak memanggil bantuan, aku berusaha datang kemari setelah mendengar dentuman dahsyat. Tapi ternyata aku terlambat,” tukas Indra.“Keparat! Saktiwaja benar-benar sudah mengambil kesalahan besar dengan memintamu ikut dengan kami! Jika saja aku berada di tempatmu pasti aku bisa menyelamatkan Salaksa!” tegas Windu sambil menghempaskan tubuh Indra ke belakang. Tak lama kemudian beberapa prajurit lainnya datang menghampiri mereka untuk memberi laporan bahwa anak buah Darjasena sudah ditangkap semuanya.“Bawa mayat Darjasena dan juga Salaksa ke kereta kuda. Kita akan menyerahkannya ke tempat Senopati melaku
last updateLast Updated : 2021-11-11
Read more

Bab 130: Perguruan Melati Putih

“Katanya sudah tidak jauh lagi, tapi belum kelihatan. Pusat kadipatennya juga di mana lagi? Kok sepi bener, ah jangan-jangan si kakek sudah pikun lagi,” ujar Indra setelah berjalan agak jauh. Beberapa orang tampak ramai hilir mudik di jalanan. Beberapa orang berpakaian khas pendekar juga terlihat berlalu di depan Indra.“Maaf kisanak, kalau Perguruan Melati Putih sebelah mana ya?” tanya Indra kepada salah satu pendekar yang berpapasan dengannya.“Oh, dari sini kisanak silahkan lurus ke depan. Nanti ada pasar, belok ke kanan. Dari sana sudah kelihatan bukit yang ada di belakang Perguruan Melati Putih. Kisanak tinggal berjalan saja menuju ke arah bukit, nanti juga ketemu perguruannya,” jawab pendekar yang Indra tanya.“Terima kasih kisanak,” kata Indra sambil kembali berjalan sesuai petunjuk dari pendekar yang barusan dia tanya.Setelah mengikuti arahan pendekar tadi Indra akhirnya bisa
last updateLast Updated : 2021-11-11
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
39
DMCA.com Protection Status