Home / Pendekar / Pendekar Tengil / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Pendekar Tengil: Chapter 111 - Chapter 120

387 Chapters

Bab 111: Indra Menunjukan Ajian Terlarang

“Jangan-jangan ini,” ujar Putu.“Ya. Ajian terlarang yang hanya dikuasai oleh Maung Lara, satu-satunya orang yang berasal dari Kerajaan Panjalu ini yang menguasainya. Ajian gelap ngampar,” tukas Maung Lodra. Dia langsung tersenyum, entah mengapa sudah puluhan tahun ini dia baru melihatnya lagi. Suasana mengerikan itu mengingatkannya kepada mendiang gurunya, Surawisesa.“Kita harus menghentikannya ayah, jika dia menggunakan ajian terlarang itu di sini maka tidak akan ada yang bisa selamat,” kata Istri Putu.“Tidak ada satupun yang bisa menghentikan ajian mengerikan itu, tapi aku yakin Ua kalian tidak akan mengajarkan ajian mengerikan itu kepada seseorang yang tidak bisa mengontrol emosinya. Dia sendiri tahu jika dia salah memilih orang maka Kerajaan Panjalu bisa hancur begitu saja,” ucap Maung Lodra dengan tenang, dia sangat percaya kalau Indra tidak akan menggunakannya secara sembarangan.
last updateLast Updated : 2021-11-05
Read more

Bab 112: Berita Buruk

“Maafkan kami Kang,” imbuh Astri seraya tersenyum. Mereka akhirnya berjalan pergi meninggalkan Lana dan Purba yang tampak kecewa. Tapi mereka tidak bisa apa-apa lagi, yang bisa mereka lakukan hanyalah menggerutu di dalam hatinya kepada Indra. Mereka tetap menganggap bahwa Indra adalah biang keladi dari semua ini.Sementara itu Indra dan Bara serta Putu menghadap Mahaguru Maung Lodra yang duduk di kursinya sendirian. Mereka bertiga langsung duduk bersila menatap wajah Sang Mahaguru Perguruan Megasagara tersebut.“Saya sudah membawa Indra Mahaguru, tapi Bara juga meminta izin untuk ikut di dalam diskusi ini,” kata Putu.“Tidak masalah, lagipula dia akan tetap mengetahuinya cepat atau lambat,” jawab Maung Lodra.“Ada apa Mahaguru? Rasanya ada perasaan tidak enak di hati saya saat ini,” tanya Bara.“Aku sudah membaca surat yang dikirimkan oleh Mahaguru Larasati. Setelah
last updateLast Updated : 2021-11-05
Read more

Bab 113: Bahaya Besar Mengintai Panjalu (part 1)

Mahaguru Maung Lodra bersama Putu dan Bara hanya mengangguk paham setelah Indra menceritakan semuanya. Senyuman langsung menghiasi wajah Maung Lodra, sementara Putu dan Bara hanya menghela nafas dalam ketika mendengar kisah hidup Indra yang begitu berat.“Aku sangat senang kalau Braja berubah total dan menjadi orang yang baik sebelum ajal menjemputnya. Aku tidak pernah menyangka jika orang seperti dia bisa berubah sampai sejauh itu,” tutur Maung Lodra.“Saya malah sampai saat ini masih belum percaya jika masa lalu guru saya sampai sekelam itu,” tukas Indra.“Itu artinya Braja Ekalawya memang tidak ada sangkut pautnya. Sekarang aku malah berpikir mungkin Wirarasa adalah satu-satunya kemungkinan dalang dibalik penaklukan tiga perguruan besar di wilayah selatan,” kata Maung Lodra lagi.“Saya juga berpikir demikian Mahaguru. Sejak awal saya sudah merasa curiga saat Kelompok Tangkurak tidak berk
last updateLast Updated : 2021-11-06
Read more

Bab 114: Bahaya Besar Mengintai Panjalu (part 2)

Malam itu Indra menginap di Perguruan Megasagara. Meski dia terbaring di salah satu pondok yang ada di perguruan itu namun matanya tidak kunjung terpejam. Dia sadar saat ini marabahaya tengah mengintai Kerajaan Panjalu. Entah kenapa kegelisahan dan kekhawatiran terus menghantuinya malam ini.Esok paginya Indra sudah bangun pagi-pagi sekali dan bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanannya menuju ke Kadipaten Santana yang sudah tidak jauh lagi. Mahaguru Maung Lodra beserta seluruh keluarganya mengantar kepergian Indra di depan kediamannya. Sementara itu Elin dan para murid lainnya langsung bersalaman dengan Indra sebagai salam perpisahan, setelah selesai barulah Indra menemui Astri untuk berpamitan.“Tak terasa perjalanan kita ternyata begitu singkat, sekarang kamu sudah sampai di sini. Kamu juga tidak akan pulang sendirian ke Wanasari nanti, jadi tidak ada yang perlu aku khawatirkan lagi,” tutur Indra sambil berjabat tangan.“T
last updateLast Updated : 2021-11-06
Read more

Bab 115: Persiapan Pengepungan

“Senopati ada di dalam. Beliau sudah bilang bahwa kisanak pasti datang kemari, silahkan masuk,” ucap seorang penjaga yang langsung membuka gerbang dan memandu Indra ke dalam area kediaman Adipati Madyanala.Indra tanpa banyak bicara langsung mengikuti langkah penjaga di depannya. Area kediaman seorang Adipati memang begitu megah bak istana, baru kali ini rasanya Indra mengunjungi rumah yang memiliki pekarangan begitu luas, taman-taman bunga serta kebun buah-buahan. Di depan pintu rumah juga terlihat ada dua penjaga bersenjata lengkap.“Tamu Senopati Saktiwaja sudah datang, tolong antarkan dia,” ucap penjaga yang membawa Indra. Penjaga pintu terlihat langsung mengangguk dan membukakan pintu.“Mari ikuti saya,” ucap seorang penjaga yang langsung mengajak Indra masuk ke dalam rumah.“Terima kasih,” ucap Indra kepada penjaga gerbang yang sudah mengantarnya.Indra masuk ke dal
last updateLast Updated : 2021-11-06
Read more

Bab 116: Mengepung Darjasena (part 1)

“Tuan Senopati, kalau boleh saya tahu sekarang Windu dan Salaksa dimana ya?” tanya Indra.“Oh, mereka ada di belakang rumah ini bersama prajurit lainnya. Kamu ingin menyusun strategi ya?” jawab Senopati seraya balik bertanya kepada Indra.“Iya Tuan,” jawab Indra sambil mengalihkan pandangannya kepada Adipati.“Kalau boleh saya minta diantar sama bawahan Tuan Adipati, soalnya takut nyasar,” jawab Indra agak ragu-ragu.“Hahaha.. silahkan. Padahal mana mungkin bisa nyasar, lagipula meski nyasar tetap di dalam rumahku kok,” jawab Madyanala sambil tertawa.“Hihihi.. Sebenarnya bisa sih nggak nyasar, tapi mungkin saya menerobos dinding-dinding rumah,” tukas Indra sambil ikut tertawa.Indra langsung pamit dan diantar seorang pelayan Adipati untuk menuju ke belakang rumah. Sesampainya di sana terlihat banyak prajurit kerajaan yang sedang beris
last updateLast Updated : 2021-11-07
Read more

Bab 117: Mengepung Darjasena (part 2)

Kedelapan pendekar itu langsung mengangguk paham dan pergi menjalankan tugasnya. Windu langsung memerintahkan prajurit lainnya untuk mengepung Desa Parai dari berbagai titik. Tapi mereka juga diperintahkan untuk menjaga jarak, barulah saat mendapat tanda dari delapan pendekar mereka bisa langsung menyerang lawan yang ada di dalam Desa. Para prajurit itu langsung mengangguk dan pergi ke titik tempat mereka masing-masing.“Kita juga haru segera berpencar,” kata Salaksa sambil mengeratkan ikatan tali sarung pedangnya.“Ingatlah, jika kau bertemu Darjasena sebaiknya beritahu kami. Kau tidak mungkin sanggup menghadapinya,” ucap Windu sambil menatap Indra.“Hihihi.. Iya-iya,” jawab Indra sambil tertawa. Jujur saja dia masih heran melihat Windu dan Salaksa masih meremehkannya. Mereka mungkin masih belum percaya jika dia berhasil mengalahkan Geni Paksa seorang diri.Mereka bertiga langsung berjalan ke ar
last updateLast Updated : 2021-11-07
Read more

Bab 118: Indra vs Anak Buah Darjasena

‘Tap’“Aduh!” jerit wanita yang berniat menyepak Indra. Kini kakinya diinjak oleh Indra saat tadi melayang mendekatinya.“Hihihi.. maaf nggak sengaja, kirain sandaran bangku,” tukas Indra sambil tertawa.Namun dari depan wajahnya mendadak sebuah pedang melesat, andaikan saja dia tidak menunduk mungkin lehernya sudah tertusuk oleh pedang yang melesat. Ternyata wanita yang tadi mundur sudah melemparkan pedangnya dari kejauhan. Kini satu pendekar yang tadi selangkangannya dihantam sudah tidak sadarkan diri, sisanya Indra masih dikelilingi oleh empat pendekar, dua wanita dan dua pria.Pria yang membawa golok langsung melompat menuju Indra dan mengayunkan goloknya secara bertubi-tubi, namun Indra dengan gesit berhasil menghindari setiap tebasan golok lawannya. Wanita yang tadi kakinya diinjak langsung bangkit dan melemparkan pedang temannya yang tadi gagal mengenai Indra.Pendekar wanita
last updateLast Updated : 2021-11-07
Read more

Bab 119: Pergerakan Salaksa

Setelah menjepit pedang musuhnya Indra langsung menghantamkan kakinya mengenai tangan pendekar wanita yang menggenggam pedang. Tapi wanita itu langsung menarik tangannya dan menangkap kaki Indra, dengan cepat dia menarik kaki Indra sampai tubuhnya mendekat. Tinju tangan kirinya langsung melayang menyambut perut Indra.‘Beukh’Indra berhasil menangkis pukulan wanita itu dengan tangan kanannya, di saat yang bersamaan satu pendekar lainnya langsung menghantam kaki kanan Indra yang menjadi tumpuan berdiri. Saat itu juga tubuh Indra melayang hendak terjatuh, tapi wanita yang mencengkram kakinya tadi langsung menarik tubuhnya dan menghantamkan tendangannya mengincar selangkangan Indra, andaikan saja Indra tidak menancapkan pedang lawannya ke tanah dan menghentakan tubuhnya, pasti dia tidak bisa menghindari serangan berbahaya tersebut.Tubuh Indra melayang ke udara dengan tangan kiri masih bertumpu ke pedang lawannya, kaki kanannya langsun
last updateLast Updated : 2021-11-08
Read more

Bab 120: Si Pedang Kilat, Darjasena

Serangan demi serangan terus terjadi baik dari Salaksa maupun dari kedua lawannya. Suara dentingan senjata yang beradu terus terdengar nyaring. Meskipun Salaksa agak terkejut dengan ketangguhan kedua lawannya namun nyatanya mereka tidak bisa mendaratkan satu seranganpun ke tubuh Salaksa.Pendekar yang membawa golok kembali mengayunkan senjatanya itu mengincar pinggang Salaksa namun berhasil di tepis menggunakan tendangan kakinya, pendekar lainnya langsung menghantamkan tongkatnya mengincar kepala Salaksa dalam waktu yang bersamaan. Salaksa dengan cepat mengarahkan pedangnya secara horizontal di atas kepalanya hingga berhasil menahan hantaman tongkat lawannya.‘Trang’Suara besi menghantam besi kembali terdengar nyaring saat tongkat musuh menghantam bilah tajam pedang Salaksa. Pria yang membawa golok tidak tinggal diam dan langsung mengayunkan goloknya secara membabi buta, tapi semua serangannya dengan mudah bisa dihindari oleh Salak
last updateLast Updated : 2021-11-08
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
39
DMCA.com Protection Status