Home / Pendekar / Pendekar Tengil / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Pendekar Tengil: Chapter 91 - Chapter 100

387 Chapters

Bab 91: Gadis Cantik yang Kelaparan

Indra berjalan perlahan menuju ke arah gadis yang masih terdiam menatap telaga, tapi perlahan gadis itu menggerakan kepala dan menengok ke arah Indra yang berjalan di balik semak-semak. Indra yang berniat mengejutkannya langsung keluar dari semak-semak sebab dia sadar pasti keberadaannya sudah diketahui oleh gadis tersebut, sekarang Indra semakin yakin kalau gadis itu bukanlah gadis biasa melainkan seorang pendekar yang terlatih. “Siapa kau Kisanak? Kenapa mengendap-endap di dekatku?” tanya gadis yang ternyata bernama Astriani tanpa menoleh sedikitpun. “Hihihi.. aku hanya penasaran saja karena melihat ada wanita cantik yang melempar-lemparkan batu besar ke telaga,” jawab Indra sembari berdiri di samping Astriani. “Aku hanya sedang mencari ikan,” jawab Astri sambil menatap air telaga yang tampak keruh karena batu-batu yang dilemparkannya tadi menghamburkan lumpur-lumpur di dasar telaga.
last updateLast Updated : 2021-10-30
Read more

Bab 92: Murid Perguruan Melati Putih

Setelah ikan itu ditangkap oleh Astri, Indra kembali menyelam lagi ke dalam telaga untuk menangkap ikan lagi. Setelah cukup lama menyelam akhirnya Indra keluar lagi sambil membawa ikan besar di tangannya ke tepi telaga. Astri juga langsung menghampiri Indra sambil membawa ikan besar yang tadi Indra lemparkan. Saat itu juga Indra membersihkan isi perut ikan besar yang tadi ditangkapnya. Astriani tampak terus menatapnya seakan baru pertama kali melihat orang membersihkan perut ikan. Telur ikan yang ada di dalamnya sengaja Indra tidak keluarkan agar bisa ikut dipanggang. Setelah beres barulah Indra membawanya ke dekat perapian yang masih menyala. “Jadi begitu ya cara membersihkan ikan,” tutur Astri sambil membantu Indra membawa satu ikan besar. “Eh?” ujar Indra yang terkejut bukan main. Baru pertama kalinya dia mendengar ada seorang pendekar wanita yang baru tahu cara membersihkan ikan. 
last updateLast Updated : 2021-10-30
Read more

Bab 93: Pendekar yang Lugu

“Eh? Tapi kenapa ibumu bisa setuju begitu? Terlebih kau berjalan sendirian lagi, memangnya tidak ada murid lain yang bisa diandalkan di sana ya?” tanya Indra yang sangat terkejut, padahal ibu Astriani seketat itu tapi kenapa sekarang putri cantiknya malah dibiarkan berjalan jauh sendirian. “Sebenarnya banyak murid-murid Melati Putih yang lebih kuat dan hebat dariku. Tapi mungkin ini juga ujian dari Mahaguru apakah aku bisa melaksanakannya sendirian atau tidak. Kalau masalah ibu, aku juga kurang mengerti sebab dia juga menyetujui aku pergi sendirian. Tapi ya ayah tetap memberikan perbekalan yang banyak untuk diriku,” jawab Astri seraya mulai menyantap ikan panggang dari Indra. “Hihihi.. tapi bekalmu sekarang habis begitu aja begitu? Katanya diberi perbekalan banyak,” ucap Indra yang juga mulai menyantap ikan panggangnya dengan lahap. “Itu mungkin karena perhitunganku kurang tepat.
last updateLast Updated : 2021-10-30
Read more

Bab 94: Pengusik di Alas Mega (part 1)

Indra dan Astriani memulai perjalanan mereka ke arah utara menyusuri perkampungan. Setelah selesai melewati perkampungan mereka kembali menyusri perkebunan warga hingga akhirnya mulai masuk ke wilayah hutan belantara Alas Mega. Di sepanjang jalan mereka terus membicarakan banyak hal hingga tanpa terasa waktu berlalu dengan cepat. Sore hari sudah tiba namun Alas Mega yang mereka jelajahi seakan belum terlihat ujungnya. Indra karena penasaran langsung melompat ke atas pohon menggunakan ajian hampang raga. Dia berdiri di pucuk pohon besar di dekatnya. Ternyata setelah dilihat secara jelas hamparan hutan belantara yang mereka susuri masih sangat luas ke depan. Bahkan di depan mereka kini hutan agak sedikit menanjak terjal bagaikan bukit. Indra langsung mengalihkan pandangannya ke belakang tempat dimana mereka mulai berjalan dari arah perkampungan. Terlihat jelas dari pucuk pohon tempatnya berada ternyata perkampungan itu ada jauh di bawahnya, ru
last updateLast Updated : 2021-10-31
Read more

Bab 95: Pengusik di Alas Mega (part 2)

Setelah selesai beristirahat mereka kembali melanjutkan perjalanannya menyusuri Alas Mega. Kini jalanan yang menanjak mulai bisa Indra rasakan, tapi langit di atas mereka tampak mulai gelap dengan awan-awan yang kemerah-merahan pertanda petang mulai datang. Tapi Astri dan Indra terus melanjutkan perjalanannya. Saat langit sudah gelap mereka akhirnya sampai di dataran yang cukup datar. Kelihatannya bukit yang tadi Indra lihat di kejauhan sudah bisa mereka daki hingga ke puncaknya. Untuk memastikan keadaan Indra kembali naik ke pucuk pohon di dekatnya dan melihat sekelilingnya. Kini deburan ombak yang menghantam karang sudah mulai terdengar samar-samar seiring dengan terpaan semilirnya angin yang bergerak ke laut. Saat ada di pucuk pohon Indra langsung termenung. Hutan Alas Mega memang sudah selesai mereka lewati, tapi kini di hadapannya terlihat lereng-lereng tebing mengerikan yang begitu terjal dan curam. Hanya ada bebatuan dengan sedikit ru
last updateLast Updated : 2021-10-31
Read more

Bab 96: Pengusik di Alas Mega (part 3)

Tendangan pria yang tiba-tiba melesat itu menghantam kedua tangan Indra yang dirapatkan ke dadanya, karena Indra kaget dan belum bersiap dengan posisi berdiri yang tidak kokoh membuatnya langsung terpental ke belakang dan berguling-guling di tanah hingga cukup jauh dari tempat Astri tertidur. “Bandit? Tidak dia terlihat sendirian saja,” batin Indra yang langsung bangun. Pria yang tadi menendangnya ternyata juga sudah melompat mendekatinya, dengan cepat pria itu kembali melayangkan tinju tangan kanannya. Indra langsung menunduk menghindari serangan lawan. Tapi pria itu langsung melompat dan menggerakan kedua kakinya untuk mengunci leher Indra. Indra kali ini sudah jauh lebih waspada hingga dia dengan gesit langsung menjatuhkan dirinya ke tanah dan bertumpu dengan kedua tangannya. tubuhnya langsung berputar dengan kaki dilayangkan mengincar leher lawan. Namun serangan Indra hanya mengenai angin saja sebab saat
last updateLast Updated : 2021-10-31
Read more

Bab 97: Cucu Mahaguru Larasati

Hujaman kaki Indra langsung menghantam tanah sampai berhamburan ke udara, di saat yang bersamaan Purba Lodaya langsung melesat lagi mengayunkan pukulannya. Tapi Indra dengan gesit membalas dengan tinjunya sambil menggerakan kepalanya mengelak dari pukulan Purba yang akhirnya hanya lewat di samping telinganya. Purba sendiri langsung menggerakan kepalanya ke samping untuk menghindari tinju Indra. ‘Beukh’ “Heukh,” pekik Purba saat wajahnya serasa dihantam oleh tekanan yang sangat kuat. Tubuhnya langsung sempoyongan ke belakang sambil memegangi wajahnya. Tatapan Purba serasa berputar karena hantaman udara yang begitu keras tersebut. Indra sendiri hanya tersenyum saja sebab pukulan yang tadi dia lesatkan adalah gerakan pertama silat pancalima. “Apa ini? Padahal pukulannya sudah meleset ke samping kepalaku,” ujar Purba yang mencoba mengatur nafasnya. “Apa ini ilusi
last updateLast Updated : 2021-11-01
Read more

Bab 98: Ajian Sekarbala

“Aku akui kau cukup hebat dalam bertarung tangan kosong, tapi demi nama baik nenek dan orang tuaku. Aku pasti akan menghabisimu di sini!” tegas Purba yang mulai bersiap membuat pola gerakan untuk menggunakan ilmu kanuragan yang dikuasainya yang bernama ajian sekarbala. Riuh angin mulai bertiup dari sekitar tubuh Purba, udara di sekitar tempat mereka berdiri terasa semakin dingin seakan menusuk sampai ke tulang. Merasa dalam bahaya Indra langsung membuat pola gerakan ajian patibhumi. Kini riuh angin bertiup dari dua titik yang berbeda hingga mengombang ambing dedaunan yang beterbangan di udara. Di saat yang hampir bersamaan mereka berdua langsung melesat ke depan sambil menghantamkan ilmu kanuragan miliknya. Akhirnya benturan tidak terelakan antara ajian sekarbala yang digunakan Purba dengan ajian patibhumi yang dihantamkan oleh Indra. ‘Dddhhhaaammmrrr’ Suara dentuman keras lan
last updateLast Updated : 2021-11-01
Read more

Bab 99: Rintangan Terakhir Menuju Megasagara

Pagi harinya mereka bertiga bersiap melanjutkan perjalanannya. Kali ini mereka hanya perlu melewati lereng gunung yang curam dan terjal saja agar sampai di Perguruan Megasagara. Indra terlihat segar bugar dan meregangkan otot-ototnya sementara Purba terlihat bermata sayu dengan tatapan jengkel melihat Indra. “Kang Purba sakit?” tanya Astri. “Tidak, aku hanya sedang kurang semangat saja,” jawab Purba. “Hah.. segarnya udara pagi di pegunungan. Semalam rasanya nyenyak sekali,” sindir Indra sambil tersenyum melirik Purba. “Iya, aku juga lelap banget rasanya. Mungkin karena seharian kemarin terlalu lelah,” timpal Astri. “Cih, berani-beraninya dia tidur nyenyak seperti itu,” gerutu Purba. Kelihatannya dia sudah membuat kesalahan fatal karena tidak tidur semalaman. Mereka bertiga langsung berjalan hingga ke
last updateLast Updated : 2021-11-01
Read more

Bab 100: Perguruan Megasagara (part 1)

Cukup membutuhkan waktu lama bagi Indra dan Purba untuk sampai di ujung lereng, kini kabut-kabut yang menyelimuti lereng juga terlihat sudah mulai memudar. Suara ombak yang berdebur kencang terdengar jelas, kini mereka sudah sampai di tebing besar nan tinggi yang ada di ujung lereng. Dari sana lautan yang luas dengan gulungan ombak besarnya yang menghantam kaki tebing sudah bisa dilihat dengan jelas.“Di mana perguruannya?” ujar Indra seraya menurunkan Astri dari punggungnya.“Ikuti aku,” kata Purba yang langsung berjalan paling depan.“Kang Purba sudah pernah ke sini?” tanya Astri.“Tentu saja, sebagai sesama perguruan besar baik Megasagara atau Melati Putih sering bertamu satu sama lain,” jawab Purba.“Oh, pantesan saja tadi dia ngajak lewat lerengnya berpencar. Jadi dia mau pamer kalau dia sampai lebih dulu di sini dibandingkan diriku,” batin Indra sambil b
last updateLast Updated : 2021-11-02
Read more
PREV
1
...
89101112
...
39
DMCA.com Protection Status