Beranda / Pendekar / Pendekar Tengil / Bab 81 - Bab 90

Semua Bab Pendekar Tengil: Bab 81 - Bab 90

387 Bab

Bab 81: Duel Ulangan Indra vs Geni Paksa (part 1)

Indra tiba-tiba melompat dan melayangkan pukulannya di udara, mau tidak mau Geni langsung melayani serangan Indra di udara. Geni menahan pukulan tangan kanan Indra sambil membalas dengan tendangan kaki kanannya, tapi Indra dengan gesit menahan tendangan Geni dengan betisnya. Mereka terus jual beli serangan hingga akhirnya menapak di tanah. “Hihihi.. lawanmu itu aku Geni! Apa kau hanya berani melawan orang yang sudah terluka saja hah?” ejek Indra sambil tertawa. “Keparat! Kau akan menyesal karena sudah membuatku marah bajingan!” bentak Geni. “Pergilah,” ucap Indra kepada Mira. Tanpa membuang waktu, Mira langsung memapah Kusna dan pergi dari tempat itu secepatnya. Kini di sana hanya tinggal Geni dan Indra saja yang masih berhadapan. “Aku harap Maung Lara tidak menyelematkanmu lagi kali ini,” tukas Geni yang langsung memasang kuda-kuda dengan tatapan tajam
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-26
Baca selengkapnya

Bab 82: Duel Ulangan Indra vs Geni Paksa (part 2)

Geni tidak membuang kesempatan dan langsung menerjang sambil menyerang Indra dengan serangan telapak tangan secara beruntun. Indra dengan sigap langsung melayani serangan demi serangan yang Geni lakukan dan menahannya menggunakan kedua tangannya. pergerakan tangan mereka berdua tampak cepat saling menyerang, memukul, menghantam, menyikut dan mengunci. ‘Beukh’‘Dakh’‘Beugh’ Suara benturan demi benturan yang kencang terdengar secara beruntun, debu-debu di sekitar mereka berdiri langsung beterbangan terbawa deru angin yang bertiup dari titik benturan serangan mereka. Dedaunan kering serta rumput yang tercabut ikut berhamburan ke udara setiap kali hempasan angin bertiup. Geni benar-benar dibuat kaget dengan perkembangan kemampuan Indra yang berbanding jauh dengan saat mereka bertarung 6 bulan yang lalu. Geni melancarkan serangan dengan hantaman telapak tangan mengincar dada
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-26
Baca selengkapnya

Bab 83: Ajian Tinju Gelap (part 1)

Deru angin langsung riuh bergemuruh tatkala Geni Paksa sudah siap dengan ajian caturbaya miliknya. Indra mengacungkan kepalan tangan kanannya ke udara, saat itu juga kilatan-kilatan petir langsung menyambar tangannya dan menyelimuti seluruh tangannya. Suara guntur di langit mendadak terdengar menggelegar bersahut sahutan menambah getir suasana malam di Kampung Lanjar. “Kau pikir bisa menghancurkanku dengan ajian tidak sempurna milikmu itu hah!” bentak Geni yang langsung melesat maju dengan tangan kanan menyongsong tubuh Indra. “Kau akan mengetahuinya nanti!” tegas Indra yang langsung menghentakan kakinya dan maju menyambut datangnya serangan Geni. Riuh angin terdengar bergemuruh mengiringi setiap langkah mereka berdua, kilatan-kilatan petir terlihat menyelimuti tangan kanan Indra yang langsung dia lesatkan ke depan. “Ajian caturbaya!” teriak Geni sambil menghantamkan pukulan tangan kan
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-27
Baca selengkapnya

Bab 84: Ajian Tinju Gelap (part 2)

“Memangnya kenapa? Bagiku Aki Guru Braja Ekalawya adalah orang yang baik dan sangat aku hormati, setiap wejangan yang dia berikan adalah kebenaran. Dia selalu mengarahkanku kepada jalan kebaikan dan menjunjung tinggi keadilan,” jawab Indra sambil terus tertunduk. “Bukankah kau bilang sangat membenci kejahatan hah? Kau bilang aku biadab dan keji! Kau bilang aku pantas untuk binasa! Kau bilang aku tidak pantas mendapatkan maaf! Kau bilang aku adalah orang yang sudah terlanjur terbuai oleh kotornya dunia! Tapi mengapa kau memaafkan kelakuan gurumu sendiri? Apa kau tidak malu memiliki guru sepertinya? Jawab aku Indra!” tegas Geni. ‘Beukh’ “Uhuk..” Geni kembali batuk dan memuntahkan darah saat dadanya dihantam tendangan oleh Indra. “Itu jawaban dariku biadab! Mungkin masa lalu guruku seburuk yang kau katakan, mungkin kelakuannya sejahat yang kau ucapka
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-27
Baca selengkapnya

Bab 85: Kedatangan Dua Kenalan Lama

“Jika saja aku datang kemari lebih cepat, mungkin semua warga di sini bisa diselamatkan,” ujar Indra sembari mengingat Manan dan para warga desa yang menjadi korban kebiadaban Geni Paksa dan para anak buahnya yang keji. Tiba-tiba saja dari belakang Indra terdengar suara beberapa orang yang berlari dan semakin mendekat, dua bayangan langsung melesat ke belakang Indra dan berdiri tepat di belakangnya. Perlahan Indra membalikan tubuhnya dan terkejut saat melihat dua orang yang sudah berdiri di belakangnya adalah Windu dan Salaksa yang memakai jubah hitam. “Kalian berdua?” ujar Indra sambil menunjuk kepada Salaksa dan Windu yang malah saling memandang. “Kau pemuda tengil yang waktu itu ada di turnamen beladiri bukan?” Windu malah balik bertanya dan menatap Indra dengan tajam. “Ya, kalian kalau tidak salah yang waktu itu main petak umpet di pohon kan?” jawab
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-27
Baca selengkapnya

Bab 86: Kecurigaan Windu dan Salaksa

“Apa yang dikatakan Salaksa itu benar hah?” tanya Windu sambil menatap Indra dengan tajam. “Salah, apa yang dia katakan itu jelas salah. Harus berapa kali aku bilang kalau pria itu adalah Geni,” jawab Indra sambil mencoba menenangkan dirinya sendiri. “Kau bahkan tidak bisa membuktikannya. Aku semakin curiga saja kepadamu, jangan-jangan kau memang anak buah Geni Paksa. Terlebih waktu di turnamen itu aku ingat kalau kau juga mondar mandir memakai ikat pinggang hitam bergambar tengkorak,” ucap Salaksa sambil menghunuskan kembali pedangnya. “Aku juga ingat sekarang. Setelah mengalahkan semua lawannya dia memang memakai ikat pinggang Kelompok Tangkurak, tidak salah lagi dia mungkin bukan hanya anak buah Geni tapi temannya di Tangkurak,” timpal Windu yang juga terlihat mulai waspada. “Hamh.. Susah udah kalau beginimah,” gerutu Indra sambil menghel
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-28
Baca selengkapnya

Bab 87: Satu Lawan Dua

Indra langsung melompat sembari menghantamkan tendangan mengincar wajah Windu. Tapi Windu dengan gesit menggerakan kepalanya mengelak ke samping kiri. Tiba-tiba saja hantaman keras bagaikan batang pohon serasa menghantam wajah Windu sampai tubuhnya ambruk ke tanah dan mengeluarkan darah dari mulut serta hidungnya, panangannya langsung buyar samar-samar akibat hantaman Indra. Saat Indra berniat menyerang lagi Salaksa langsung datang dengan tebasan pedang secara diagonal mengincar dada Indra. Sekejap mata Indra langsung menggerakan tangan kanannya, jari telunjuknya dia hantamkan ke bilah samping pedang Salaksa. Tangannya langsung digerakan mengubah rute tebasan pedang Salaksa hingga tidak berhasil mengenai tubuhnya yang juga meliuk ke bawah. Salaksa tidak diam saja, meski terkejut serangannya dibelokan seperti itu dia langsung mengayunkan lututnya mengincar pinggang kiri Indra. Lagi-lagi Indra melakukan gerakan tidak terduga, meski tubuhnya se
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-28
Baca selengkapnya

Bab 88: Para Pemenang Turnamen Beladiri di Kadipaten Wirawa

Dari kejauhan terlihat rombongan prajurit bersenjata lengkap mulai mendekar, di depan mereka terlihat ada Sarmad dan Mira bersama dengan orang yang tidak asing lagi bagi Indra, tak lain adalah Senopati Saktiwaja. Indra terlihat sangat terkejut saat melihat kedatangan Saktiwaja, dia mulai khawatir kalau Saktiwaja kembali berniat menangkapnya seperti dahulu. Saat itu juga baik Indra ataupun Windu langsung mengurungkan niatnya untuk menggunakan ilmu kanuragan. “Celaka inimah,” gumam Indra sambil menggaruk-garuk kepalanya. “Senopati,” ujar Windu dan Salaksa yang langsung menyambur kedatangan Saktiwaja. Sementara itu Indra langsung berbalik agar wajahnya tidak terlihat oleh Saktiwaja. “Indra, kamu tidak apa-apa kan?” tanya Mira yang langsung mendekati Indra yang tetap masih berbalik. “Aku baik-baik saja kok,” jawab Indra yang langsung bersiul setelah menjawa
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-29
Baca selengkapnya

Bab 89: Rencana Senopati Saktiwaja

“Memang benar,” ujar Indra seraya mengingat kejadian di Desa Jambe. Waktu itu meski dia mengacau tapi para tawanan tampaknya baik-baik saja, lagipula waktu itu dia masih belum tahu kenyataan sebenarnya yang terjadi di sana. “Dengan begini satu dari kelompok pengacau ini sudah binasa. Oh iya apa kau sempat menanyakan keberadaan teman Geni yang lainnya?” tanya Saktiwaja sambil menatap Indra. Sebelum menjawab Indra perlahan melirikan matanya kepada Mira yang juga berdiri di sana bersama Sarmad mendengarkan percakapan mereka. “Hihihi.. kelihatannya akan susah mengulik informasi dari orang-orang seperti mereka,” jawab Indra sambil menggaruk-garuk kepalanya disertai tatapan tajam kepada Saktiwaja. “Begitu ya. Kalau begitu sekarang kita harus bersiap-siap untuk membawa warga yang terluka agar dapat pengobatan sesegera mungkin,” kata Saktiwaja sambil menatap para prajurit yang meng
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-29
Baca selengkapnya

Bab 90: Gadis Misterius di Tepi Telaga

Esok harinya rombongan prajurit tambahan datang ke Kampung Lanjar untuk membantu pemulihan di kampung. Sedangkan rombongan Senopati, Windu dan Salaksa bersiap-siap untuk pulang ke Ibukota Kerajaan Panjalu. Mereka berniat untuk langsung bersiap melakukan rencana pengepungan di Kadipaten Santana. Mira sendiri sudah berhasil dibujuk oleh Senopati Saktiwaja untuk diantarkan ke Kadipaten Mandala menggunakan kereta kudanya. Awalnya dia ragu namun setelah dibujuk dengan kondisi Kusna yang mengkhawatirkan akhirnya dia mau terlebih setelah Saktiwaja mengatakan bahwa Adipati Mangkuwira sangat mencemaskannya. “Indra kau tidak ingin ikut?” tanya Mira yang masih belum naik kereta kuda Saktiwaja. “Aku masih ada urusan yang perlu diselesaikan,” jawab Indra sambil tersenyum. “Apa kau berniat mencari keberadaan Kelompok Tangkurak lainnya?” tanya Mira. “Mu
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
39
DMCA.com Protection Status