Beranda / Pendekar / Pendekar Tengil / Bab 111: Indra Menunjukan Ajian Terlarang

Share

Bab 111: Indra Menunjukan Ajian Terlarang

Penulis: Jajaka
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-05 12:08:29

“Jangan-jangan ini,” ujar Putu.

“Ya. Ajian terlarang yang hanya dikuasai oleh Maung Lara, satu-satunya orang yang berasal dari Kerajaan Panjalu ini yang menguasainya. Ajian gelap ngampar,” tukas Maung Lodra. Dia langsung tersenyum, entah mengapa sudah puluhan tahun ini dia baru melihatnya lagi. Suasana mengerikan itu mengingatkannya kepada mendiang gurunya, Surawisesa.

“Kita harus menghentikannya ayah, jika dia menggunakan ajian terlarang itu di sini maka tidak akan ada yang bisa selamat,” kata Istri Putu.

“Tidak ada satupun yang bisa menghentikan ajian mengerikan itu, tapi aku yakin Ua kalian tidak akan mengajarkan ajian mengerikan itu kepada seseorang yang tidak bisa mengontrol emosinya. Dia sendiri tahu jika dia salah memilih orang maka Kerajaan Panjalu bisa hancur begitu saja,” ucap Maung Lodra dengan tenang, dia sangat percaya kalau Indra tidak akan menggunakannya secara sembarangan.

<

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Tengil   Bab 112: Berita Buruk

    “Maafkan kami Kang,” imbuh Astri seraya tersenyum. Mereka akhirnya berjalan pergi meninggalkan Lana dan Purba yang tampak kecewa. Tapi mereka tidak bisa apa-apa lagi, yang bisa mereka lakukan hanyalah menggerutu di dalam hatinya kepada Indra. Mereka tetap menganggap bahwa Indra adalah biang keladi dari semua ini.Sementara itu Indra dan Bara serta Putu menghadap Mahaguru Maung Lodra yang duduk di kursinya sendirian. Mereka bertiga langsung duduk bersila menatap wajah Sang Mahaguru Perguruan Megasagara tersebut.“Saya sudah membawa Indra Mahaguru, tapi Bara juga meminta izin untuk ikut di dalam diskusi ini,” kata Putu.“Tidak masalah, lagipula dia akan tetap mengetahuinya cepat atau lambat,” jawab Maung Lodra.“Ada apa Mahaguru? Rasanya ada perasaan tidak enak di hati saya saat ini,” tanya Bara.“Aku sudah membaca surat yang dikirimkan oleh Mahaguru Larasati. Setelah

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-05
  • Pendekar Tengil   Bab 113: Bahaya Besar Mengintai Panjalu (part 1)

    Mahaguru Maung Lodra bersama Putu dan Bara hanya mengangguk paham setelah Indra menceritakan semuanya. Senyuman langsung menghiasi wajah Maung Lodra, sementara Putu dan Bara hanya menghela nafas dalam ketika mendengar kisah hidup Indra yang begitu berat.“Aku sangat senang kalau Braja berubah total dan menjadi orang yang baik sebelum ajal menjemputnya. Aku tidak pernah menyangka jika orang seperti dia bisa berubah sampai sejauh itu,” tutur Maung Lodra.“Saya malah sampai saat ini masih belum percaya jika masa lalu guru saya sampai sekelam itu,” tukas Indra.“Itu artinya Braja Ekalawya memang tidak ada sangkut pautnya. Sekarang aku malah berpikir mungkin Wirarasa adalah satu-satunya kemungkinan dalang dibalik penaklukan tiga perguruan besar di wilayah selatan,” kata Maung Lodra lagi.“Saya juga berpikir demikian Mahaguru. Sejak awal saya sudah merasa curiga saat Kelompok Tangkurak tidak berk

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-06
  • Pendekar Tengil   Bab 114: Bahaya Besar Mengintai Panjalu (part 2)

    Malam itu Indra menginap di Perguruan Megasagara. Meski dia terbaring di salah satu pondok yang ada di perguruan itu namun matanya tidak kunjung terpejam. Dia sadar saat ini marabahaya tengah mengintai Kerajaan Panjalu. Entah kenapa kegelisahan dan kekhawatiran terus menghantuinya malam ini.Esok paginya Indra sudah bangun pagi-pagi sekali dan bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanannya menuju ke Kadipaten Santana yang sudah tidak jauh lagi. Mahaguru Maung Lodra beserta seluruh keluarganya mengantar kepergian Indra di depan kediamannya. Sementara itu Elin dan para murid lainnya langsung bersalaman dengan Indra sebagai salam perpisahan, setelah selesai barulah Indra menemui Astri untuk berpamitan.“Tak terasa perjalanan kita ternyata begitu singkat, sekarang kamu sudah sampai di sini. Kamu juga tidak akan pulang sendirian ke Wanasari nanti, jadi tidak ada yang perlu aku khawatirkan lagi,” tutur Indra sambil berjabat tangan.“T

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-06
  • Pendekar Tengil   Bab 115: Persiapan Pengepungan

    “Senopati ada di dalam. Beliau sudah bilang bahwa kisanak pasti datang kemari, silahkan masuk,” ucap seorang penjaga yang langsung membuka gerbang dan memandu Indra ke dalam area kediaman Adipati Madyanala.Indra tanpa banyak bicara langsung mengikuti langkah penjaga di depannya. Area kediaman seorang Adipati memang begitu megah bak istana, baru kali ini rasanya Indra mengunjungi rumah yang memiliki pekarangan begitu luas, taman-taman bunga serta kebun buah-buahan. Di depan pintu rumah juga terlihat ada dua penjaga bersenjata lengkap.“Tamu Senopati Saktiwaja sudah datang, tolong antarkan dia,” ucap penjaga yang membawa Indra. Penjaga pintu terlihat langsung mengangguk dan membukakan pintu.“Mari ikuti saya,” ucap seorang penjaga yang langsung mengajak Indra masuk ke dalam rumah.“Terima kasih,” ucap Indra kepada penjaga gerbang yang sudah mengantarnya.Indra masuk ke dal

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-06
  • Pendekar Tengil   Bab 116: Mengepung Darjasena (part 1)

    “Tuan Senopati, kalau boleh saya tahu sekarang Windu dan Salaksa dimana ya?” tanya Indra.“Oh, mereka ada di belakang rumah ini bersama prajurit lainnya. Kamu ingin menyusun strategi ya?” jawab Senopati seraya balik bertanya kepada Indra.“Iya Tuan,” jawab Indra sambil mengalihkan pandangannya kepada Adipati.“Kalau boleh saya minta diantar sama bawahan Tuan Adipati, soalnya takut nyasar,” jawab Indra agak ragu-ragu.“Hahaha.. silahkan. Padahal mana mungkin bisa nyasar, lagipula meski nyasar tetap di dalam rumahku kok,” jawab Madyanala sambil tertawa.“Hihihi.. Sebenarnya bisa sih nggak nyasar, tapi mungkin saya menerobos dinding-dinding rumah,” tukas Indra sambil ikut tertawa.Indra langsung pamit dan diantar seorang pelayan Adipati untuk menuju ke belakang rumah. Sesampainya di sana terlihat banyak prajurit kerajaan yang sedang beris

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-07
  • Pendekar Tengil   Bab 117: Mengepung Darjasena (part 2)

    Kedelapan pendekar itu langsung mengangguk paham dan pergi menjalankan tugasnya. Windu langsung memerintahkan prajurit lainnya untuk mengepung Desa Parai dari berbagai titik. Tapi mereka juga diperintahkan untuk menjaga jarak, barulah saat mendapat tanda dari delapan pendekar mereka bisa langsung menyerang lawan yang ada di dalam Desa. Para prajurit itu langsung mengangguk dan pergi ke titik tempat mereka masing-masing.“Kita juga haru segera berpencar,” kata Salaksa sambil mengeratkan ikatan tali sarung pedangnya.“Ingatlah, jika kau bertemu Darjasena sebaiknya beritahu kami. Kau tidak mungkin sanggup menghadapinya,” ucap Windu sambil menatap Indra.“Hihihi.. Iya-iya,” jawab Indra sambil tertawa. Jujur saja dia masih heran melihat Windu dan Salaksa masih meremehkannya. Mereka mungkin masih belum percaya jika dia berhasil mengalahkan Geni Paksa seorang diri.Mereka bertiga langsung berjalan ke ar

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-07
  • Pendekar Tengil   Bab 118: Indra vs Anak Buah Darjasena

    ‘Tap’“Aduh!” jerit wanita yang berniat menyepak Indra. Kini kakinya diinjak oleh Indra saat tadi melayang mendekatinya.“Hihihi.. maaf nggak sengaja, kirain sandaran bangku,” tukas Indra sambil tertawa.Namun dari depan wajahnya mendadak sebuah pedang melesat, andaikan saja dia tidak menunduk mungkin lehernya sudah tertusuk oleh pedang yang melesat. Ternyata wanita yang tadi mundur sudah melemparkan pedangnya dari kejauhan. Kini satu pendekar yang tadi selangkangannya dihantam sudah tidak sadarkan diri, sisanya Indra masih dikelilingi oleh empat pendekar, dua wanita dan dua pria.Pria yang membawa golok langsung melompat menuju Indra dan mengayunkan goloknya secara bertubi-tubi, namun Indra dengan gesit berhasil menghindari setiap tebasan golok lawannya. Wanita yang tadi kakinya diinjak langsung bangkit dan melemparkan pedang temannya yang tadi gagal mengenai Indra.Pendekar wanita

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-07
  • Pendekar Tengil   Bab 119: Pergerakan Salaksa

    Setelah menjepit pedang musuhnya Indra langsung menghantamkan kakinya mengenai tangan pendekar wanita yang menggenggam pedang. Tapi wanita itu langsung menarik tangannya dan menangkap kaki Indra, dengan cepat dia menarik kaki Indra sampai tubuhnya mendekat. Tinju tangan kirinya langsung melayang menyambut perut Indra.‘Beukh’Indra berhasil menangkis pukulan wanita itu dengan tangan kanannya, di saat yang bersamaan satu pendekar lainnya langsung menghantam kaki kanan Indra yang menjadi tumpuan berdiri. Saat itu juga tubuh Indra melayang hendak terjatuh, tapi wanita yang mencengkram kakinya tadi langsung menarik tubuhnya dan menghantamkan tendangannya mengincar selangkangan Indra, andaikan saja Indra tidak menancapkan pedang lawannya ke tanah dan menghentakan tubuhnya, pasti dia tidak bisa menghindari serangan berbahaya tersebut.Tubuh Indra melayang ke udara dengan tangan kiri masih bertumpu ke pedang lawannya, kaki kanannya langsun

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-08

Bab terbaru

  • Pendekar Tengil   Penutup

    Selamat siang sobat semuanya. Mudah-mudahan sobat semua dalam keadaan sehat selalu. Novel Pendekar Tengil di Tanah Para Jawara akhirnya tamat juga. Cerita novel ini hanyalah fiktif belaka. Karena masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Mungkin masih ada beberapa misteri yang belum terungkap di novel ini karena masih berhubungan dengan Novel Jawara, jadi di sana ada jawabannya. Jika di sana tidak menemukan jawabannya maka bisa request ke saya di media sosial tentang jawabannya. Saya ucapkan terima kasih banyak kepada sobat semua yang sudah mendukung saya selama ini. Semoga support yang telah sobat berikan kepada saya nanti akan mendapatkan balasan yang berkali-kali lipatnya. Mungkin untuk sementara saya tidak akan membuat novel baru di GN dulu, jika ingin tahu perkembangan karya lama atau karya baru saya selanjutnya silahkan ikuti media sosial saya di bawah. Sampai jumpa lagi. Igagram: @jajakareal Fanebuk: jalanfantasy Yoshzube:

  • Pendekar Tengil   Bab 137: Sampai di Kampung Halaman

    Waktu berlalu dengan cepat. Dalam jangka waktu tiga hari tiga malam saja Indra sudah sampai di Desa Kowala. Dia juga tak lupa menyempatkan waktu untuk singgah di kediaman Badra dan Surti. Setelah menginap satu malam di sana, Indra kembali melanjutkan perjalanannya ke tepi pantai guna mencari nelayan yang bersedia membawanya ke kapal yang hendak pergi ke Kerajaan Panjalu.Tanpa perlu kesulitan Indra berhasil menumpang di kapal yang pergi menuju ke Kerajaan Panjalu. Dua hari dua malam lebih yang dibutuhkan oleh kapal untuk sampai ke Dermaga Nanggala. Dari Nanggala, Indra bergegas segera pergi ke Kadipaten Mandala untuk singgah di Desa Panungtungan sekalian berziarah ke pusara Braja Ekalawya dan Lingga.Dalam waktu kurang dari tiga hari saja Indra sudah sampai ke Desa Panungtungan, rasa gembira bisa langsung dia rasakan. Risau dan cemas yang sempat terlintas saat dia di Perguruan Jatibuana kini sudah terlupakan. Indra buru-buru pergi ke Pasir Gede untuk menziarahi pusara Braja Ekalawya,

  • Pendekar Tengil   Bab 136: Kejanggalan di Perguruan Jatibuana

    Tak lama kemudian muri Jatibuana yang tadi pergi meninggalkan Indra sudah kembali lagi. Dia mengatakan bahwa Mahaguru Waluya bersedia bertemu dengan Indra. Saat itu juga Indra dan dua murid Pancabuana lainnya segera pergi menuju Perguruan Jatibuana. Suara ramai murid yang latihan mulai terdengar dari kejauhan, rasanya suaranya jelas lebih ramai dibandingkan saat dulu Indra datang ke Jatibuana.Setelah sampai di area perguruan, tampak ada puluhan pendekar sedang berlatih gerakan silat di halaman perguruan. Saat melihatnya Indra tersentak kaget sebab tidak hanya ada satu atau dua orang saja pendekar yang pernah dia lihat sebelumnya, kebanyakan pendekar lainnya sama sekali belum pernah Indra lihat. Saat Indra datang tampak semua pendekar mengalihkan pandangannya kepada Indra. Sementara itu di pendopo perguruan terlihat Mahaguru Waluya sedang duduk bersila bersama dengan Darga.“Silahkan temui Mahaguru di sana,” tukas dua pendekar yang mengantar Indra, mereka berdua segera pergi lagi ke d

  • Pendekar Tengil   Bab 135: Sampai di Jatibuana Dalam Sekejap

    “Itu mustahil. Aku belum pernah ke Paguron Jatibuana. Aku hanya bisa sampai ke kaki Gunung Jatibuana saja,” potong Laila.“Itu sudah bagus. Lagipula Indra kelihatannya tidak akan keberatan jika diantar sampai ke sana,” kata Purnakala.“Eh? Sebenarnya apa yang kalian maksud sejak tadi?” tanya Indra yang masih kebingungan dengan percakapan dua anggota Balapoetra Galuh tersebut.‘Set’‘Tap’Tiba-tiba saja secepat kilat Laila melayangkan tangan kanannya mengincar leher Indra, namun kemampuan Indra sudah meningkat pesat jika dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Dia dengan mudah menangkap tangan Laila menggunakan tangan kirinya.“Ada apa ini?” tanya Indra dengan waspada.“Cih, gesit juga,” gerutu Laila.‘Beukh’“Heukh..” pekik Indra. Tanpa dia sadari Purnakala sudah menotok lehernya dari belakang, sontak saja tubuh Indra menjadi lemas, pandangannya juga samar-samar mulai kabur.“Maafkan aku Indra, ini adalah bagian dari perjanjianku,” terdengar suara Purnakala pelan.“Kenapa?” batin Indra

  • Pendekar Tengil   Bab 134: Pamit dari Pancabuana

    Malam itu semua murid Perguruan Pancabuana tampak senang karena sudah lama sekali mereka tidak mengadakan jamuan seperti itu. Indra sendiri merasa lega karena malam ini kemungkinan adalah malam terakhir dia menginap di Pancabuana. Setelah selesai makan, Indra juga tidak langsung tidur dan memilih untuk mengobrol bersama dengan Dewa dan murid Pancabuana lainnya.Esok paginya. Setelah selesai sarapan Indra langsung pergi ke kediaman Mahaguru Adiyaksa guna berpamitan. Kali ini di sana juga sudah ada Purnakala dan Jaka yang seakan sudah menunggu kedatangan Indra. Saat itulah Mahaguru Adiyaksa memberikan wejangan untuk terakhir kalinya kepada Indra, dia juga meminta Indra untuk mengamalkan ilmu yang dia dapat di Pancabuana dalam jalan yang benar.“Aku juga tidak keberatan jika kau mengajarkan ajian gelap ngampar yang kau kuasai itu kepada muridmu kelak, tapi kau harus berhati-hati agar kau tidak salah dalam memilih murid yang ingin kau ajari ajian terlarang itu. Sebab kau akan bertanggung

  • Pendekar Tengil   Bab 133: Akhir Masa Perjanjian (part 2)

    “Saya juga sudah berniat untuk mengambil jalan pintas saja Mahaguru, soalnya kalau berputar seperti jalan awal saya ke sini mana mungkin cukup satu atau dua bulanan. Kalau begitu saya akan menunggu sampai Purnakala pulang saja,” ucap Indra sembari tersenyum.Indra kemudian pamit dari kediaman Mahaguru Adiyaksa. Dia memutuskan untuk menunggu sampai satu minggu lagi, lagipula sebisa mungkin dia juga ingin pamit dulu kepada Purnakala. Tapi jika Purnakala tidak kunjung pulang maka mau tidak mau dia akan langsung pamit saja tanpa menunggu Purnakala dulu.“Padahal aku juga berharap bisa bertemu dengan kang Raka Adiyaksa, tapi tampaknya aku tidak akan bertemu dengannya di sini,” batin Indra. Selama hampir dua tahunan ini dia berguru di Pancabuana, dia belum pernah juga bertemu dengan Raka Adiyaksa.***Hari kembali berlalu sejak Indra berniat meminta izin meninggalkan Pancabuana dari Mahaguru Adiyaksa, lima hari sudah Indra kembali menjalani aktifitasnya di Perguruan Pancabuana. Hari keenamn

  • Pendekar Tengil   Bab 132: Akhir Masa Perjanjian (part 1)

    Hari berganti hari sejak Indra secara resmi menjadi murid Perguruan Pancabuana. Dia berlatih dengan giat demi menyempurnakan gerakan silat serta ilmu kanuragan miliknya. Tentunya dia tidak terlalu kesulitan untuk menyesuaikan latihan dengan murid-murid lainnya, sebab sejak awal dia sudah memiliki dasarnya yang dia dapatkan dari Maung Lara.Waktu terus berlalu dengan cepat, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan. Tanpa terasa satu tahun lebih sudah Indra berada di Perguruan Pancabuana. Hampir dua tahun sudah dia berada di Kerajaan Galuh meninggalkan Kerajaan Panjalu. Murid Perguruan Pancabuana yang jumlahnya dulu hanya sepuluh orang dengan dirinya kini kedatangan empat murid baru, dua murid laki-laki yang bernama Taryana dan Pala serta dua lainnya adalah murid perempuan.Kini jumlah murid Perguruan Pancabuana berjumlah sebelas orang karena ada tiga orang yang memutuskan keluar dari perguruan. Dua murid laki-laki yang memutuskan untuk meninggalkan perguruan dan mengembara di du

  • Pendekar Tengil   Bab 131: Akhir Ujian Pancabuana (part 2)

    “Apakah tidak ada cara lain yang bisa saya lakukan agar Indra bisa menjadi murid di sini?” tanya Jaka dengan raut wajah serius.“Tidak ada. Dalam ujian ini dia harus bergantung kepada dirinya sendiri, entah itu pemikirannya atau keberuntungannya,” tegas Adiyaksa.“Yahuuu! Huaaaahh!” tiba-tiba saja dari kejauhan samar-samar suara Indra berteriak kencang.“Apakah dia sudah mengerti petunjuk yang aku berikan?” batin Jaka sambil berdiri menatap ke arah suara terdengar.Mendengar suara teriakan Indra seperti itu mendadak para murid pria keluar dari pondoknya dengan tatapan bingung, para murid wanita yang berada di pondok yang berbeda juga segera keluar menuju ke halaman perguruan. Adiyaksa sendiri segera berdiri dengan mengerutkan keningnya, baginya suara teriakan Indra tersebut tidak seperti orang yang akan menyerah dalam ujian.Semua orang yang ada di Perguruan Pancabuana kini berdiri menatap ke arah asal suara teriakan Indra. Tak lama kemudian semilir angin pagi mulai berhembus, dari ke

  • Pendekar Tengil   Bab 130: Akhir Ujian Pancabuana (part 1)

    “Mira, apakah jika kau ada di posisiku saat ini kau bisa memikirkan cara lain?” batin Indra seraya membayangkan wajah pujaan hatinya.“Hmmh..” Indra menghela nafas panjang sambil bangkit dan menatap permukaan sungai.Semakin lama Indra berpikir semakin pusing dia dibuatnya, karena itulah Indra memilih untuk segera turun lagi ke sungai guna mencari batu yang dilemparkan Mahaguru Adiyaksa. Berpikir diam saja juga rasanya tidak akan membuahkan hasil. Indra terus menyusuri dasar sungai sesuai tanda yang telah dia buat di tepi sungai menggunakan bambu.Hari demi hari terus berlalu, Indra terus menyisir dasar sungai membolak balik batu yang dia lihat di dalamnya. Tanda yang dia buat di tepi sungai semakin lama semakin jauh dari tempat awal dia membuat tanda. Dia tidak bisa memikirkan cara lain yang lebih efektif untuk menemukan batu yang dia cari, karena itulah dia terus menggunakan cara yang sejak awal mampu dia pikirkan.Tanpa terasa enam hari sudah berlalu sejak dia pertama kali mencari

DMCA.com Protection Status