Home / Romansa / Cinta Untuk Dr. Saka / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Cinta Untuk Dr. Saka: Chapter 41 - Chapter 50

109 Chapters

Rencana Aura

"Ehm, dua-duanya!" jawab Alya yang membuat tawa mereka pecah melihat kelucuan Alya. Tapi tidak halnya dengan Aura.Hatinya seakan memanas terbakar rasa cemburu yang menyesak di dada.Apa iya dia cantik melebihi kecantikanku? Sampai-sampai Alya memujinya setinggi itu! kata batin Aura seraya mengambil minuman yang tersaji di depannya.Devian menoleh ke arah istrinya. Senyum manisnya sedikit memudar saat Aura menegak minuman itu dengan buru-buru. Ia sangat tau akan arti di balik perasaan istrinya itu."Om Saka, lihatlah!" pinta Alya menunjuk Arini yang berjalan menghampiri.Sejenak, Saka seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Kedua matanya mengerling menatap wanita yang terkenal akan tomboynya bisa  tampil cantik dan anggun seperti wanita lainnya."Maaf, sudah membuat kalian menunggu!" kata Arini tersenyum tipis seraya membenarkan rambutnya yang terurai. Sesaat, senyum Arini memudar dan mengernyit heran ketika dua kakak beradik yang a
Read more

Tunanganku

"Apa perlu aku menghubungi boss kalian?" Pertanyaan saka yang membuat mereka serempak menolehnya."Apa kamu mengenal boss kami?" tanya mereka balik.Saka tersenyum tipis. Apa yang saka pikirkan memang benar. Mereka sama sekali tak ingat kepadanya yang telah menolong mereka dan boss mereka setahun yang lalu."Dokter, apa dokter mengenalnya?" bisik Arini yang juga terkejut mendengarnya.Saka tersenyum dan berkedip seakan mengisyaratkan bahwa dirinya memang mengenal boss mereka."Baiklah! Jika kalian tak mau menghubungkan aku dengan boss kalian, aku  akan menghubunginya sendiri," gegas Saka mengambil ponsel dan menghubungi Pak Berto, selaku rentenir yang telah menjadi pasiennya saat berada di Papua.Kelima preman itu bingung dan terlihat raut wajah mereka yang gelisah dan cemas."Gimana ini, Bang? Kalo boss besar tau, bisa abis kita!" bisik salah satu mereka yang membuat Arini mengernyit melihat tingkah laku mereka. Ken
Read more

Ke 99 kali

"Aku berbicara indah dan panjang lebar seperti itu, kamu pikir aku hanya akting?" Pertanyaan saka yang membuat senyum arini memudar.Lentik indah bulu kedua matanya tak berhenti mengerjap saat Saka memarahi dirinya."Aku serius, Arini! Entah sejak kapan rasa itu muncul tapi yang jelas aku ingin hubungan kita benar-benar serius," kata Saka meraih tangan Arini yang mulus tanpa noda sedikitpun.GlekArini menegak salivanya dengan paksa. Ia tak menyangka jika dokter tampan yang sangat hobi menggodanya, diam-diam memiliki perasaan kepadanya.Tenang Arini tenang! Kamu harus waspada dengan ucapannya. Jangan sampai mempermalukan diri kamu hanya karena pernyataan cintanya yang terlihat sangat tulus. Ini yang ke 99 kali dia menyatakan perasaannya. Tapi, itu semua hanyalah sebuah candaan belaka baginya.Yach, meski sebenarnya aku mengharapkan cintanya! gumam batin Arini mengernyit menatap saka yang menunggu jawaban darinya."Bagaimana? Apa aku
Read more

Pantag menyerah

"Apa aku harus mempercayainya? Jujur, aku sangat malu dengan tingkah lakumu itu. Sangat mengecewakan!" ketus Devian pergi meninggalkan aura seorang diri.Aura mendesah sebal. Kepalan tangannya mulai menghantam meja yang ada di depannya."Lagi lagi, aku gagal menjatuhkannya!"Kedua matanya memicing dan dengan cepat mengambil ponsel miliknya yang tergeletak di atas meja. Amarah aura semakin memuncak saat nomor telepon yang akan ia hubungi tidak dapat di hubungi."Kenapa mereka tak bisa di hubungi, sih?" Aura semakin kesal."Mereka hanya salah paham!" Perkataan Saka yang mulai melintas di benak aura."Apa ini hanya alasan saka saja untuk menutupi hutang mereka?" tanya Aura menebak."Tak mungkin juga jika keluarga Arini sanggup membayarnya." Di rumah, Arini terbangun dari tidurnya. Ia baru menyadari telah membiarkan saka menunggu."Bukankah kamu bilang akan menjenguk Bunda Elena? Hari ini, aku memiliki
Read more

Tunangan yang sesungguhnya

Bukankah aku sudah bilang, kalo pernikahan kita tetap harus berjalan?" Arini terkejut, lentik indah kedua bulu matanya tak berhenti mengerjap saat saka menatapnya dengan tajam."Dokter!" keluh arini seakan lelah dan tak mau mendengarkan candaan saka kepadanya."Aku harus bagaimana lagi supaya kamu percaya bahwa semua perkataanku ini serius?" Saka mendekat. Kedua bola matanya tak berhenti menatap wanita yang kini telah mengisi hatinya. Perlahan, jari jemari tangannya mulai memberanikan diri untuk menyentuh pipi mulus yang dimiliki arini."Aku ingin kita selalu bersama. Tidak hanya menjadi partner dalam bekerja tapi aku ingin kamu menjadi partner dalam hidupku!" GlekArini menegak salivanya dengan paksa. Mulutnya seakan terkunci dan tak mampu untuk berkata-kata. Lentik indah bulu matanya tak berhenti mengerjap saat saka mencium bibirnya dengan mesra.DegJantung arini berdetak begitu kencang. Hati
Read more

Tidur bersama

Sebuah foto yang membuat arini tak berhenti mengingatnya. Kapan dan di mana foto dirinya itu. Senyum indahnya terlihat natural dan sangat manis."Bunda dapat dari saka. Apa kamu tak punya foto kamu yang manis ini?" tanya bunda yang mengejutkan Arini.Arini menoleh menatap saka yang tersenyum seraya menaikkan alis tebalnya."Apa kamu menginginkan foto itu? Aku punya banyak koleksi foto kamu," lirih Saka mengejutkan wanita yang kini telah resmi menjadi tunangannya."Koleksi fotoku?" tanya arini penasaran. Dahinya mengernyit seraya berpikir. Bagaimana bisa saka mendapatkan foto darinya sedangkan dia tak merasa pernah berfoto berdua dengannya.Ia mendongak melihat ke arah ponsel saka yang memang penuh dengan foto dirinya.Kedua matanya mengerling dan seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat."Apa kamu ingat foto ini?" tunjuk saka ke arah foto arini yang terlihat sangat polos dan wajah cantiknya belum berpoles make-up sama sekali.
Read more

Tak bisa move on

"Jangankan vitamin, kalaupun aku minum obat tidur, aku juga tak akan bisa tidur," gumam arini lagi-lagi membuat saka berpikir untuk menjawab pertanyaannya."Kok bisa?" "Karena ciumanmu itu membuatku sulit untuk memejamkan mata," jawab arini yang kini membuat wajah tampan tunangannya berseri-seri.Keesokan harinya, arini mulai terbangun dari tidurnya. Kedua matanya mengernyip dan berputar mencari keberadaan saka dan bunda elena."Kemana dia?" tanya batin arini merindukan sosok tunangannya itu. Belaian tangannya, dekapan hangatnya membuat arini tak mampu mengatur ritme detakan jantung yang berdetak begitu kencang. Hati kecil arini kian berbunga-bunga saat teringat kejadian semalam Sesaat, Senyum arini tertoreh ketika sosok orang yang mengisi hatinya datang membawakan sekuntum bunga mawar merah untuknya."Selamat pagi, tunanganku yang manis!" kata saka menyodorkan bunga tersebut tepat di depan wajah cantik arini."Apaan, sih!
Read more

Menjadi dokter kandungan

Saka melepas dekapannya. Dengan gayanya yang khas, ia melipat kedua tangannya seraya menatap arini yang tertunduk."Apa kamu keberatan? Jika kamu keberatan, ambillah!" pinta Saka sembari mendongakkan wajah cantik tunangannya tersebut.Arini menyeringai. Dengan cepat dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, Arini mengecup bibir sexy yang terdiam di hadapannya."Kata siapa keberatan? Aku juga menginginkannya," jawab Arini tersenyum tipis.Tubuh saka seketika meremang. Senyum manisnya mulai mengembang saat arini mulai memperlihatkan keromantisan yang tidak terduga.Senyum arini memudar. Dahinya mengernyit melihat saka yang terus saja memandang dirinya."Sudahlah! Jangan membuat aku tambah salting," ujar arini tersipu malu.Saka menyeringai. Perlahan, ia kembali mendekap arini sembari memandang pemandangan yang ada di depannya."Baru kali ini, aku merasakan kebahagiaan yang hakiki!"Ucapan tulus sang dokter membuat arini tak
Read more

Arini mengambil alih

"Biar saya yang menanganinya, Dok!" kata arini mengejutkan saka."Arini, tapi?" "Kamu lupa, dulu aku pernah menjadi asisten dokter Paula sebelum menjadi asisten kamu?"Seketika, panggilan yang sudah melekat di diri mereka kembali lagi. Saka menegak salivanya dengan paksa. Jika sudah ada kemauan, ia tak bisa menghentikan langkah tunangannya itu. Ambisinya untuk menolong seseorang begitu tinggi tanpa peduli resiko yang akan dihadapi.Semangatnya, jiwa sosialnya begitu membara. Andai kalo bukan karena hutang, ia tak mungkin melepas pekerjaan yang selama ini ia perjuangkan dengan susah payah."Gara-gara aku, kamu harus merelakan pekerjaan yang sudah menjadi bagian dari  dirimu. Jika alya sudah sembuh, aku janji akan mengembalikan pekerjaanmu itu seperti semula!" gumam saka berlari mengikuti mereka yang berlari terlebih dulu.Sesampai di tempat tujuan, Saka menemani Arini menangani pasien yang akan melahirkan. 
Read more

Kotak perhiasan

Aduh! Bagaimana bisa aku lupa mengatakannya pada dia, kalo ternyata perhiasanya di ambil oleh kakak!" gumam batin arini menggigit bibir bawahnya."Arini, bagaimana?" sahut ayah terkejut saat arini menggelengkan kepalanya."Bagaimana ini? Apa kejadian ini akan mempengaruhi pernikahan kamu nanti?" tanya ibu panik. Ia sangat takut jika keluarga saka akan berubah pikiran untuk menikahi putrinya. Padahal, ibu sudah memberitahu pada semua orang akan rencana pernikahan arini yang akan di adakan sebulan lagi.Arini menggigit bibir bawahnya. Kedua matanya tak berhenti menatap ke arah kedua orangtuanya yang terlihat begitu khawatir dengan apa yang terjadi.Kakak bener-bener kelewatan! Jika aku menemukannya, aku tak akan mengampuninya! gumam batin arini seraya mengepalkan tangan kanannya.Di rumah sakit, Saka terkejut melihat Farel berlari tergopoh-gopoh menuju ruang IGD. Terlihat jelas, ia membawa seorang wanita yang sedang terluka parah. "Suste
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status