Semua Bab Cinta Untuk Dr. Saka: Bab 61 - Bab 70

109 Bab

Pembalut wanita

"Berlebihan?" Saka bingung dengan maksud tunangannya tersebut."Ya. Tak seharusnya kamu memesan ruang rawat untukku apalagi di ruang paling mahal di rumah sakit ini. Mubasir tau nggak uangnya," gumam arini yang membuat saka terkekeh pelan."Tak ada kata mubasir untukku jika uangku habis karenamu."Arini berpaling sambil menahan senyum manisnya. Wajah cantiknya seketika memerah  saat kata-kata itu terlontar dari mulut tunangannya."Ah, rasanya enak kalo malam ini bisa tidur berdua," kata Saka merebahkan dirinya tepat di samping arini.Arini menoleh. Kedua matanya terbelalak kaget melihat tingkah laku yang sangat aneh."Apa yang kamu lakukan?" Arini menggeser tubuhnya."Tidurlah! Aku akan memelukmu sepanjang malam ini." Perkataan saka kembali membuat arini tercengang."Apaan, sih? Nanti kalo tangan aku tak sengaja kamu senggol gimana? Kamu mau, tangan aku terluka lagi?" Saka menghela nafas panjang. Ia memilih me
Baca selengkapnya

Salah Menduga

"Yang ini saja! Ini kualitasnya sangat bagus dan nyaman di pakai!" Ibu tersebut mengambil pembalut dan menyerahkannya pada saka.Lentik bulu mata yang dimiliki saka seakan tak berhenti mengerjap. Seumur hidupnya, baru kali ini ia memegang pembalut wanita di tangannya.Saka menoleh saat semua orang terkekeh melihatnya, begitupun ibu yang menolongnya.Saka tersenyum tipis. Rasa malu di dirinya seketika hilang saat ia teringat apa yang di alami arini saat ini. Di saat sakit, arini harus datang bulan yang selalu membuat perutnya kesakitan."Istri saya sakit, jadi saya yang membelikan semua keperluannya, termasuk pembalut ini," jawab saka membuat tawa  mereka memudar. Tegakan mereka seakan mengalir bersaman. Ekspresi mereka terlihat terkejut, tak percaya, seakan menyatu jadi satu mendengar penjelasan dari saka."Ya ampun, ternyata jaman sekarang masih ada cowok seperti dia," bisik salah satu orang yang juga berdiri tak jauh dari Saka.Saka
Baca selengkapnya

Perhatian lebih

"Maafkan aku!" kata Arini tersenyum sembari menunggu kedatangan sang kekasih hati yang akan datang menjemputnya.Selang beberapa menit kemudian, Arini menoleh saat mendengar hentakan kaki yang terdengar menghampiri dirinya.DegArini terkejut dan seakan tak percaya melihat orang yang berdiri tegak di hadapannya."Kelihatannya kamu baik-baik saja. Apa yang menyebabkan kamu di rawat di ruang sebagus ini?" tanya Aura tersenyum sinis. Arini menghela nafas panjang. Sebenarnya, di dalam hati kecilnya arini merasa sangat kasian dengan apa yang terjadi pada aura. Tapi, lagi-lagi aura memperlihatkan sifat tak suka padanya, sampai-sampai rasa kasihan itu hilang seketika."Ada apa kamu kemari?" tanya arini berdiri menghampiri aura.Aura tersenyum tipis. Kedua matanya melirik ke arah tangan arini yang masih mengenakan perban."Arini, apa kita bisa bicara sebentar?" tanya Aura yang mengejutkan arini.Wajah sinis dan terlihat in
Baca selengkapnya

Berita yang tak menyenangkan

Arini terkejut saat saka memeluk tubuhnya."Apa yang harus dimaafkan, aku melakukannya dengan ikhlas. Dan berhentilah menyalahkan diri kamu sendiri."Dengan lembut, Saka memegang kedua pipi arini yang menggemaskan itu.Arini tersenyum.  Ia tak menyangka saka memiliki hati yang tulus kepadanya. "Aku tak akan berhenti mengucapkan terimakasih padamu,  I love you!" ucap arini dengan mata yang berbinar.Saka menyeringai. Dengan penuh kelembutan, ia melumat bibir arini dengan mesra. Kedua bola mata saling memandang. Senyum manis merekah dikuti wajah yang berseri-seri di diri mereka."Aku tak sabar ingin memilikimu," ucap Saka tak berhenti membelai rambut arini.Di luar rumah, ayah dan ibu baru saja pulang mengantar pesanan. Sesaat, langkah mereka terhenti dan tersenyum melihat mobil saka terparkir di depan rumahnya."Ayah, apa arini sudah pulang?" tebak ibu terlihat senang."Iya. Untung saja, kita
Baca selengkapnya

Doa sang ibu

"Satu bulan," jawab Saka mengejutkan arini.Kedua matanya tak berhenti mengerjap. Air mata yang bersembunyi di kelopak mata seakan tak mampu untuk bersembunyi lagi menutupi kesedihan yang mendalam.Dengan penuh kelembutan, saka mengusap air mata yang jatuh membasahi pipi chubby tunangannya itu. Selama bersama arini, ia baru melihat tangis arini pecah di depannya."Kenapa kamu menangis? Ini kali pertama aku melihatmu menangis. Apa kamu tau itu?" Bibir arini bergetar. Air matanya seakan membuncah meluapkan emosi yang menyesakkan dadanya. Di saat ia sudah merasakan jatuh cinta yang mendalam, kini harus merasakan perpisahan jarak antara mereka."Bagaimana pernikahan kita?" tanya arini sesegukan.Saka menyeringai. Ia kembali memeluk arini untuk menenangkan hatinya. Usapan tangannya begitu hangat dan terasa sangat nyaman."Aku akan pulang sebelum pernikahan kita berlangsung. Tenanglah! Jika kamu terus menangis, bagaimana tanggung jawa
Baca selengkapnya

Perpisahan

"Galang, bukankah saya sudah bilang ...," ucap Saka terkejut melihat arini datang sembari membawa makanan dan secangkir kopi untuknya."Bilang apa? Sesibuk itukah kamu sampai-sampai tidak bisa menghubungiku?" Seketika, Saka berdiri. Senyumnya merekah saat orang yang ia rindukan datang menemuinya."Aku sangat merindukanmu!" ucap saka memeluk arini dengan erat.Lentik indah bulu mata arini tak berhenti mengerjap. Bibirnya merekah mengimbangi getaran hati yang berdesir begitu hebat."Aku juga!" jawab arini mengejutkan saka.Saka melepas pelukannya. Tangannya beralih memegang pinggang arini sembari menatap wajah cantik yang telah menghipnotis dirinya."Benarkah?" tanya saka tersenyum saat anggukan kepala terukir pada arini."Aku bawa makanan untukmu. Aku tau kamu pasti belum makan," gegas arini mengambil makanan dan bersiap menyuapi sang kekasih hati.Saka benar-benar beruntung memiliki kekasih baik, pengertian dan pen
Baca selengkapnya

Arini

"Aku pasti sangat merindukanmu!" "Aku juga!" Arini melepas pelukannya. Ia mencoba tersenyum seraya melambaikan tangan ke arah saka yang mulai melangkah pergi meninggalkan dirinya."Lindungilah mereka,  Ya Allah. Selamatkan mereka sampai tujuan!" ucap Arini dalam hati. Perlahan, lambaian tangan itu mulai turun, senyumnya mulai memudar saat saka dan galang menghilang di belokan pintu. Drt ... Drt ...Arini mengambil ponsel dan mengangkat tanpa melihat siapa yang menghubungi dirinya."Halo," jawab arini terkejut saat devian menghubungi dirinya. ("Arini, apa kamu sudah sembuh?")"Iya, Kak. Alhamdulillah," jawab arini melangkah ke arah jendela yang memperlihatkan sebuah pesawat yang akan di tumpangi kekasihnya.("Bisakah kamu datang kemari? Aku mencoba menghubungi saka tapi nomornya tidak aktif,")Arini terdiam. Tatapan matanya hanya tertuju ke arah pesawat yang mulai t
Baca selengkapnya

Kriteria kakek Rendra

"Berhenti!" teriak Arini yang begitu berani. Semilir angin mulai menerpa rambut indah arini. Raut wajahnya yang tadinya memiliki kelembutan mendadak hilang dan mulai memperlihatkan kesangarannya.DegSuara khas arini mengejutkan mereka semua. Secara serempak mereka menoleh dan terperangah melihatnya."Arini?" kata batin salah satu perampok tersebut yang tak lain adalah Farel, kakak kandung arini sendiri."Serahkan tas itu pada pemiliknya. Kalian terlihat masih muda, tak seharusnya kalian melakukan hal serendah ini?" tutur Arini mulai berceramah.Farel menegak salivanya dengan paksa. Ia menoleh ke arah salah satu temannya yang maju menghampiri sang adik tercinta."Siapa kamu? Berani-beraninya menasehati kami. Pergilah! Atau aku akan menghabisimu!" ucap perampok tersebut membuat Farel tercengang mendengarnya.Farel mendongak. Ia menoleh pada Arini yang benar-benar tak takut dengan ancaman salah satu temannya itu."Arini, pergilah!" gumam batin Farel yang tak mampu mengeluarkan suaranya
Baca selengkapnya

Di balik amarah saka

Sebelum pergi, Bondan menyerahkan tas yang berisikan uang itu pada kakek Rendra.GlekArini seakan tak mampu berkata. Ia hanya berdoa dalam hati, semoga hubungannya dengan saka baik-baik saja."Duduklah! Kamu terlihat begitu lelah," pinta kakek Rendra membuat arini bingung menyikapinya.Arini mulai duduk. Bibirnya melipat sembari menatap ke arah kakek rendra yang mulai bersikap manis padanya.Sangat jauh berbeda saat ia masuk ke dalam rumah bersama pak Bondan dan yang lainnya. Terlihat angkuh dan tak ada senyum yang tertoreh sama sekali di wajahnya."Arini, sebentar lagi kamu dan saka akan menikah. Dan kamu akan menjadi bagian keluarga kami. Kamu tau kan, keluarga kami bukan keluarga biasa. Jadi, kakek harap kamu bisa mensejajarkan diri kamu sebelum kamu sah menjadi istrinya saka!" pinta kakek Rendra yang mulai di mengerti oleh Arini.Malam harinya, Arini menghela nafas panjang. Ia mulai menjatuhkan tubuhnya tepat di atas tempat tidur miliknya. Bola matanya mengerling menatap beberapa
Baca selengkapnya

Pengganti Arini

Saka bingung. Jari jemari tangannya tak berhenti mengetuk meja seraya berpikir. Kedua bola matanya menatap ke arah layar pipih yang ia genggam. Ia membuka dan tersenyum melihat foto arini terpajang di wallpaper ponselnya. Wajahnya yang cantik, manis dan senyumnya yang menawan membuat dirinya tak bisa menahan rasa rindu di hatinya."Aku sangat merindukanmu!"Niat hati ingin menghubungi sang kekasih tapi niatnya terhenti saat kakek Rendra tiba-tiba menghubungi dirinya."Iya, Kek!" jawab Saka memasang senyum manisnya di depan sang kakek.Tepat jam 12 malam, Arini tak berhenti menatap ke arah layar ponsel miliknya. Kedua kakinya merapat dan mendekap dengan erat sembari menunggu telepon dari orang yang sangat ia rindukan."Dia benar-benar marah padaku," keluh Arini beranjak dari duduknya. Dengan langkah tak bersemangat, ia melangkah dan merebahkan tubuhnya tepat di atas tempat tidur. Kedua matanya terasa penat menunggu saka yang tak kunjung menghubungi dirinya."Gara-gara dia, aku tak bisa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status