"Berlebihan?" Saka bingung dengan maksud tunangannya tersebut.
"Ya. Tak seharusnya kamu memesan ruang rawat untukku apalagi di ruang paling mahal di rumah sakit ini. Mubasir tau nggak uangnya," gumam arini yang membuat saka terkekeh pelan.
"Tak ada kata mubasir untukku jika uangku habis karenamu."
Arini berpaling sambil menahan senyum manisnya. Wajah cantiknya seketika memerah saat kata-kata itu terlontar dari mulut tunangannya.
"Ah, rasanya enak kalo malam ini bisa tidur berdua," kata Saka merebahkan dirinya tepat di samping arini.
Arini menoleh. Kedua matanya terbelalak kaget melihat tingkah laku yang sangat aneh.
"Apa yang kamu lakukan?" Arini menggeser tubuhnya.
"Tidurlah! Aku akan memelukmu sepanjang malam ini." Perkataan saka kembali membuat arini tercengang.
"Apaan, sih? Nanti kalo tangan aku tak sengaja kamu senggol gimana? Kamu mau, tangan aku terluka lagi?"
Saka menghela nafas panjang. Ia memilih me
"Yang ini saja! Ini kualitasnya sangat bagus dan nyaman di pakai!" Ibu tersebut mengambil pembalut dan menyerahkannya pada saka.Lentik bulu mata yang dimiliki saka seakan tak berhenti mengerjap. Seumur hidupnya, baru kali ini ia memegang pembalut wanita di tangannya.Saka menoleh saat semua orang terkekeh melihatnya, begitupun ibu yang menolongnya.Saka tersenyum tipis. Rasa malu di dirinya seketika hilang saat ia teringat apa yang di alami arini saat ini.Di saat sakit, arini harus datang bulan yang selalu membuat perutnya kesakitan."Istri saya sakit, jadi saya yang membelikan semua keperluannya, termasuk pembalut ini," jawab saka membuat tawa mereka memudar. Tegakan mereka seakan mengalir bersaman. Ekspresi mereka terlihat terkejut, tak percaya, seakan menyatu jadi satu mendengar penjelasan dari saka."Ya ampun, ternyata jaman sekarang masih ada cowok seperti dia," bisik salah satu orang yang juga berdiri tak jauh dari Saka.Saka
"Maafkan aku!" kata Arini tersenyum sembari menunggu kedatangan sang kekasih hati yang akan datang menjemputnya.Selang beberapa menit kemudian, Arini menoleh saat mendengar hentakan kaki yang terdengar menghampiri dirinya.DegArini terkejut dan seakan tak percaya melihat orang yang berdiri tegak di hadapannya."Kelihatannya kamu baik-baik saja. Apa yang menyebabkan kamu di rawat di ruang sebagus ini?" tanya Aura tersenyum sinis.Arini menghela nafas panjang. Sebenarnya, di dalam hati kecilnya arini merasa sangat kasian dengan apa yang terjadi pada aura. Tapi, lagi-lagi aura memperlihatkan sifat tak suka padanya, sampai-sampai rasa kasihan itu hilang seketika."Ada apa kamu kemari?" tanya arini berdiri menghampiri aura.Aura tersenyum tipis. Kedua matanya melirik ke arah tangan arini yang masih mengenakan perban."Arini, apa kita bisa bicara sebentar?" tanya Aura yang mengejutkan arini.Wajah sinis dan terlihat in
Arini terkejut saat saka memeluk tubuhnya."Apa yang harus dimaafkan, aku melakukannya dengan ikhlas. Dan berhentilah menyalahkan diri kamu sendiri."Dengan lembut, Saka memegang kedua pipi arini yang menggemaskan itu.Arini tersenyum. Ia tak menyangka saka memiliki hati yang tulus kepadanya."Aku tak akan berhenti mengucapkan terimakasih padamu, I love you!" ucap arini dengan mata yang berbinar.Saka menyeringai. Dengan penuh kelembutan, ia melumat bibir arini dengan mesra.Kedua bola mata saling memandang. Senyum manis merekah dikuti wajah yang berseri-seri di diri mereka."Aku tak sabar ingin memilikimu," ucap Saka tak berhenti membelai rambut arini.Di luar rumah, ayah dan ibu baru saja pulang mengantar pesanan. Sesaat, langkah mereka terhenti dan tersenyum melihat mobil saka terparkir di depan rumahnya."Ayah, apa arini sudah pulang?" tebak ibu terlihat senang."Iya. Untung saja, kita
"Satu bulan," jawab Saka mengejutkan arini.Kedua matanya tak berhenti mengerjap. Air mata yang bersembunyi di kelopak mata seakan tak mampu untuk bersembunyi lagi menutupi kesedihan yang mendalam.Dengan penuh kelembutan, saka mengusap air mata yang jatuh membasahi pipi chubby tunangannya itu. Selama bersama arini, ia baru melihat tangis arini pecah di depannya."Kenapa kamu menangis? Ini kali pertama aku melihatmu menangis. Apa kamu tau itu?"Bibir arini bergetar. Air matanya seakan membuncah meluapkan emosi yang menyesakkan dadanya. Di saat ia sudah merasakan jatuh cinta yang mendalam, kini harus merasakan perpisahan jarak antara mereka."Bagaimana pernikahan kita?" tanya arini sesegukan.Saka menyeringai. Ia kembali memeluk arini untuk menenangkan hatinya. Usapan tangannya begitu hangat dan terasa sangat nyaman."Aku akan pulang sebelum pernikahan kita berlangsung. Tenanglah! Jika kamu terus menangis, bagaimana tanggung jawa
"Galang, bukankah saya sudah bilang ...," ucap Saka terkejut melihat arini datang sembari membawa makanan dan secangkir kopi untuknya."Bilang apa? Sesibuk itukah kamu sampai-sampai tidak bisa menghubungiku?"Seketika, Saka berdiri. Senyumnya merekah saat orang yang ia rindukan datang menemuinya."Aku sangat merindukanmu!" ucap saka memeluk arini dengan erat.Lentik indah bulu mata arini tak berhenti mengerjap. Bibirnya merekah mengimbangi getaran hati yang berdesir begitu hebat."Aku juga!" jawab arini mengejutkan saka.Saka melepas pelukannya. Tangannya beralih memegang pinggang arini sembari menatap wajah cantik yang telah menghipnotis dirinya."Benarkah?" tanya saka tersenyum saat anggukan kepala terukir pada arini."Aku bawa makanan untukmu. Aku tau kamu pasti belum makan," gegas arini mengambil makanan dan bersiap menyuapi sang kekasih hati.Saka benar-benar beruntung memiliki kekasih baik, pengertian dan pen
"Aku pasti sangat merindukanmu!""Aku juga!"Arini melepas pelukannya. Ia mencoba tersenyum seraya melambaikan tangan ke arah saka yang mulai melangkah pergi meninggalkan dirinya."Lindungilah mereka, Ya Allah. Selamatkan mereka sampai tujuan!" ucap Arini dalam hati.Perlahan, lambaian tangan itu mulai turun, senyumnya mulai memudar saat saka dan galang menghilang di belokan pintu.Drt ... Drt ...Arini mengambil ponsel dan mengangkat tanpa melihat siapa yang menghubungi dirinya."Halo," jawab arini terkejut saat devian menghubungi dirinya.("Arini, apa kamu sudah sembuh?")"Iya, Kak. Alhamdulillah," jawab arini melangkah ke arah jendela yang memperlihatkan sebuah pesawat yang akan di tumpangi kekasihnya.("Bisakah kamu datang kemari? Aku mencoba menghubungi saka tapi nomornya tidak aktif,")Arini terdiam. Tatapan matanya hanya tertuju ke arah pesawat yang mulai t
"Berhenti!" teriak Arini yang begitu berani. Semilir angin mulai menerpa rambut indah arini. Raut wajahnya yang tadinya memiliki kelembutan mendadak hilang dan mulai memperlihatkan kesangarannya.DegSuara khas arini mengejutkan mereka semua. Secara serempak mereka menoleh dan terperangah melihatnya."Arini?" kata batin salah satu perampok tersebut yang tak lain adalah Farel, kakak kandung arini sendiri."Serahkan tas itu pada pemiliknya. Kalian terlihat masih muda, tak seharusnya kalian melakukan hal serendah ini?" tutur Arini mulai berceramah.Farel menegak salivanya dengan paksa. Ia menoleh ke arah salah satu temannya yang maju menghampiri sang adik tercinta."Siapa kamu? Berani-beraninya menasehati kami. Pergilah! Atau aku akan menghabisimu!" ucap perampok tersebut membuat Farel tercengang mendengarnya.Farel mendongak. Ia menoleh pada Arini yang benar-benar tak takut dengan ancaman salah satu temannya itu."Arini, pergilah!" gumam batin Farel yang tak mampu mengeluarkan suaranya
Sebelum pergi, Bondan menyerahkan tas yang berisikan uang itu pada kakek Rendra.GlekArini seakan tak mampu berkata. Ia hanya berdoa dalam hati, semoga hubungannya dengan saka baik-baik saja."Duduklah! Kamu terlihat begitu lelah," pinta kakek Rendra membuat arini bingung menyikapinya.Arini mulai duduk. Bibirnya melipat sembari menatap ke arah kakek rendra yang mulai bersikap manis padanya.Sangat jauh berbeda saat ia masuk ke dalam rumah bersama pak Bondan dan yang lainnya. Terlihat angkuh dan tak ada senyum yang tertoreh sama sekali di wajahnya."Arini, sebentar lagi kamu dan saka akan menikah. Dan kamu akan menjadi bagian keluarga kami. Kamu tau kan, keluarga kami bukan keluarga biasa. Jadi, kakek harap kamu bisa mensejajarkan diri kamu sebelum kamu sah menjadi istrinya saka!" pinta kakek Rendra yang mulai di mengerti oleh Arini.Malam harinya, Arini menghela nafas panjang. Ia mulai menjatuhkan tubuhnya tepat di atas tempat tidur miliknya. Bola matanya mengerling menatap beberapa
"Iya," jawab Arini seraya melipat bibirnya."Apa mungkin kita bisa sampai rumah sebelum acara kita di mulai?" Pertanyaan Saka yang membuat rasa cemas Arini datang menghampiri."Jika kita datang terlambat, apa iya kita akan gagal menikah lagi?" tanya Arini seakan tak mampu menegak salivanya sendiri.Saka menoleh dan tersenyum menatap arini yang begitu takut kehilangan dirinya.Dengan belaian lembut dan perhatian, Saka membelai rambut Arini yang masih terurai rapi dengan hiasan cantik di kepalanya."Aku tak akan biarkan itu semua terjadi. Pernikahan kita akan terlaksana meskipun cobaan datang menghadangku!" ucap Saka membuat hati Arini sedikit lega. Senyumnya mengembang. Kegigihan Saka memang sudah tak bisa di ragukan lagi."Maaf, Dok. Pak Bondan ingin bicara dengan Anda," ucap sang sopir menyodorkan ponsel ke arah Saka.Ada apa lagi pak Bondan ini. Apa dia tidak bisa berbicara padaku saat aku tiba di sana! kata batin Saka menghela nafas panjang dan menatap nama pak Bondan yang tertera
"Kenapa? Dia sedang tidur. Dan tak masalah jika aku menciummu di depannya," tutur Saka yang mengejutkan Arini."Benarkah dia tertidur?" tanya Arini menoleh menatap sang buah hati ya memang tertidur pulas.Tak biasanya dia tertidur pulas seperti ini? Apalagi tidur tanpa susu sebelumnya? kata batin Arini berpikir.Lamunan Arini buyar saat saka mentoel dagu indahnya."Melamun apa?" tanya Saka mengernyit.Arini menyeringai."Tidak. Hanya saja, Andara tak seperti biasanya. Tertidur lelap seperti ini. Biasanya, kalo dia ingin tidur, dia tak jauh-jauh dari susu," tutur Arini mengernyit heran. "Benarkah? Tapi, sejak tadi malam dia tertidur pulas di gendonganku," kata Saka duduk dan merebahkan tubuh mungil andara tepat di pangkuannya."Coba kamu periksa dia! Aku takut terjadi sesuatu padanya," gumam Arini memegang kening dan pipi chubby yang di miliki putranya itu."Bagaimana? Panas?" tanya Saka memastikan."Tidak! Suhu tubuhnya normal," ucap Arini seraya melipat bibirnya.Saka menghela nafa
Arini menoleh. Kedua bola matanya terbelalak kaget dan seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat. Lelaki yang akan menjadi suaminya terlihat baik-baik saja. Begitu gagah memakai seragam operasi yang di kenakan. Dia baik-baik saja! gumam batin Arini tersenyum saat Saka menoleh ke arahnya.Saka tersenyum dan berjalan menghampiri wanita dan putra kecilnya yang juga tersenyum ke arahnya."Dia menangani orang yang hampir saja menabrak mobilnya dan dia menyuruh kami untuk menunggunya di sini bersama jagoan kecil kalian ini," tutur Devian menjelaskan sembari mengusap rambut lembut yang dimiliki Andara."Iya. Andara sangat pintar. Dia sama sekali tak rewel saat Saka sibuk menolong orang kecelakaan," sahut Adelia mengusap punggung Alya yang berada dalam gendongannya."Iya. Terimakasih sudah menjaga Andara!" ucap Arini tersenyum senang mendengarnya."Iya. Sama-sama. Kalo begitu kami ke depan dulu, ya!" gegas Devian pergi bersama anak dan istrinya.Lentik indah bulu mata Arini tak berhenti me
Sesaat, dahi ibu mengernyit. Langkah kakinya mulai berjalan menghampiri Farel yang sibuk dengan benda layar pipih tersebut."Apa? Mereka kecelakaan!" kata Farel mengejutkan ibu dara.."Kecelakaan?" tanya ibu terkejut.Farel menoleh. Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa saat suara ibu mengagetkan dirinya. Dengan cepat, ia mematikan ponsel dan memasukkan ke dalam saku jas hitam miliknya."Siapa yang kecelakaan? Apa terjadi sesuatu dengan Saka dan keluarganya? Keponakan kamu bagaimana?" tanya Ibu memastikan.Farel tersenyum dan memegang bahu ibunya yang tertutup dengan kain batik yang di kenakan."Saka dan keluarganya baik-baik saja, Bu. Mereka sedang dalam perjalanan menuju ke sini," tutur Farel menjelaskan."Trus, siapa orang yang kamu maksud? Siapa yang kecelakaan?" tanya Ibu masih penasaran.Farel menghela nafas panjang. Beginilah jadinya jika ibu mendengar berita yang menghebohkan. Harus menjelaskan secara detail agar tak salah paham ke depannya."Yang kecelakaan adalah teman-te
Terserah ka ...," kata Arini terbelalak kaget saat saka meraih tangannya dan mencium bibirnya dengan mesra. Rasanya memang sangat berbeda. Semoga, hari ini dan seterusnya aku merasakan hal yang indah seperti ini. Tidak canggung lagi, tidak ada pertengkaran batin lagi dan bisa mencintai dia lagi. Momen inilah yang sangat aku rindukan selama ini! gumam batin Arini membalas ciuman mesra tersebut.Kedua tangannya dengan erat memegang t-shirt hitam yang di kenakan oleh Saka. Saka mulai melepas ciuman itu secara perlahan. Senyum manisnya tertoreh menatap wajah cantik mempesona yang berada dalam dekapannya."Secepatnya! Secepatnya aku akan meresmikan hubungan ini," ucap Saka memegang kedua pipi chubby Arini.Arini tersenyum sembari menganggukkan kepala. Sebuah isyarat kalo iya sangat setuju dengan apa yang telah di putuskan oleh Saka.Sesampai di rumah, Arini terkejut saat melihat kamar miliknya terhias cantik layaknya seperti pengantin baru. Terhias bunga-bunga mawar, lampu yang bersina
"Arini, apa dia Andara?" tanya Farel yang mengejutkan semuanya. "Bagaimana kakak tau kalo dia adalah Andara?" tanya Arini penasaran. Farel mengangkat tubuh andara dan memangku tepat di atas pahanya. "Ya, saka yang memberitahu kakak," jawab Farel yang lagi dan lagi mengejutkan mereka. Perkataan Farel yang membuat rasa penasaran mereka bertambah. Seakan tau kehidupan Saka sehari-harinya. "Saka? Saka siapa yang kakak maksud?" tanya Arini memastikan dan berharap saka yang di maksud bukan ayahnya andara, tapi orang lain. "Siapa lagi kalo bukan saka tunanganmu itu," tegas Farel yang membuat arini seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Arini termenung, terdiam memikirkan semua ucapan dari kakaknya. Rasa bersalah yang selama ini ia lakukan pada Saka mulai menghampiri dirinya. "Waktu itu kakak berniat untuk bertobat sesuai kemauan ayah, tapi banyak sekali masalah yang menimpa kakak. Menahan lapar setiap harinya dan juga sempat menjadi gelandangan, kakakpun juga mengalaminya. Untu
"Meskipun kami saling mencintai, kami tetap tidak bisa bersama, Bu!" tukas Arini menjelaskan."Apa penolakanmu ini karena janji dengan almarhum kakek Rendra?" tanya ibu yang mengejutkan Arini."Almarhum?" tanya Arini mengernyit.Sepulang dari rumah sakit, Saka bergegas menuju ke rumah Arini. Rasa rindu tak tertahan pada sang putra membuatnya tak bisa jauh lagi."Andara, kamu benar-benar membuat daddy rindu!" gumam Saka seraya menatap ke arah baju yang sudah terbungkus rapi dalam totebag."Semoga ukurannya sesuai dengan tubuh kamu!" gumam Saka meletakkan totebag itu tepat di sampingnya." Kita langsung ke rumah tadi pagi, ya Pak!" perintah Saka ke arah sopir pribadinya."Baik, Pak!" jawab sopir itu menambah kecepatan laju kendaraannya.Arini menghela nafas panjang. Kedua matanya mengerling menatap ke arah jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sebuah jam yang menunjukkan pukul 8 malam. "Sayang, ini sudah malam, lho! Kenapa kamu masih sibuk main? Kamu nggak ngantuk?" tanya
Sesaat, ia terbangun. Kedua bola matanya seakan tak mampu mengerjap melihat sebuah foto Andara berada dalam dekapannya Saka. Apa kamu tak ingin ke sini? Ke pantai, bersamaku dan bersama putra kita! Sebuah pesan yang membuat Arini seakan tak mampu menegak salivanya sendiri."Putra kita? Kenapa dia bilang seperti itu? Apa dia sudah tau yang sebenarnya?" Arini seakan tak percaya. Berulang kali ia menatap ke arah layar pipih itu dan berharap penglihatannya salah. Tapi, harapannya sirna. Foto yang di kirim oleh Saka, memang benar-benar nyata. Sama sekali tak memakai sistem edit."Tidak! Dia tak boleh mengambil Andara dariku!" gegas Arini mengambil kunci dan pergi meninggalkan tempat usahanya. Semua karyawan yang baru datangpun terkejut melihatnya. Kedua mata mereka seakan tak berhenti menatap ke arah Arini yang pergi dengan buru-buru."Tumben si boss sudah tiba sebelum kita datang?" tanya Salsa seraya mengernyit menatap mobil atasannya itu mulai hilang dari hadapan mereka."Iya. Akhir-a
Siapa lelaki yang mau menjadi suami pura-puranya arini? tanya Saka dalam hati dan melangkah menghampiri.Saka mencoba untuk tersenyum dan bersikap santai menyikapi akting yang akan di jalankan oleh mereka."Maaf, sudah membuat kalian menunggu!" kata Saka teekejut saat suami pura-pura arini menoleh ke arahnya."Saka?" kata Adrian spontan mengejutkan mereka. Terutama Arini.Arini seakan tak mampu menegak salivanya saat mendengar ucapan Adrian."Kak Adrian mengenalnya?" bisik Arini penasaran.Saka mengernyit menatap mereka yang sedang berdiskusi untuk berakting di depannya.Ia menghela nafas seraya menyeruput minuman yang sudah ia pesan lebih dulu."Arini, dia sahabat kakak. Dan tak mungkin juga, aku berakting sebagai suami kamu. Dia tak mungkin percaya! Dia terlalu jenius untuk di bohongi," jawab Adrian dengan nada pelan.Arini menghela nafas panjang. Ia tak menyangka jika rencananya akan gagal total seketika. Tak sesuai harapan.Ini sama saja aku mempermalukan diriku sendiri di depanny