Semua Bab Cinta Untuk Dr. Saka: Bab 51 - Bab 60

109 Bab

Pengakuan Arini

"Siapa yang menelponmu?" tanya arini penasaran.Saka terdiam saat pertanyaan itu terlontar dari mulut Arini."Kenapa diam? Apa kamu mencoba untuk berselingkuh?"Saka menyeringai. Ia tak menyangka di balik sifat tomboy sang kekasih ternyata juga memiliki sifat posesif padanya. Dengan lembut, saka membelai rambut panjang arini yang terurai panjang. Secara perlahan, ia mulai menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi."Tunanganku yang cantik, bagaimana bisa kamu menuduhku seperti itu? Kamu tau kan, dalam sejarah hidupku tak ada kata selingkuh yang terjadi padaku. Justru, aku sangat takut jika kamu yang selingkuh dan meninggalkanku seperti mantan kekasihku dulu," tutur saka yang membuat senyum arini tertoreh.Sesaat, gelak tawa Arini pecah melihat kekasih hatinya begitu serius menanggapi pertanyaannya."Kenapa ketawa? Apa ada yang lucu?" tanya  saka penasaran. "Ternyata asyik juga godain kamu seperti ini, lucu!" ujar Arini tak ber
Baca selengkapnya

Penyesalan Aura

"Apa di bawa sama kak Farel?" Telinga arini semakin panas mendengar nama kakaknya yang terlontar dari mulut tunangannya. Karena kakaknya, ia harus kehilangan uang dan juga motornya."Tunanganku!" panggil saka mengagetkan arini.Arini tersenyum. "Aku menjualnya. Lagian, aku juga jarang pakai. Ya sudah, yuk berangkat! Nanti kamu telat lagi," ajak arini meraih tangan saka.Saka tak berhenti mengerjap. Jawaban arini terdengar sangat aneh di telinganya. Seakan ada hal yang di sembunyikan darinya."Bukankah dulu dia pernah bilang, kalo motor itu adalah benda kesayangannya? Kenapa tiba-tiba menjualnya?" batin Saka mulai berpikir.Arini mengernyit. Kedua matanya mengerling melihat saka yang berdiri dan tak kunjung masuk ke dalam mobil."Apa yang ia pikirkan?" tanya arini yang sudah lebih dulu masuk mobil.Tanpa banyak buang waktu, arini memencet bel mobil hingga membuat saka kaget.Sesampai di rumah devian, Ar
Baca selengkapnya

Takut kehilangan

Aura menegak salivanya dengan paksa. Terasa sangat sakit dan terasa sesak di dada. Jari jemari tangannya mengusap air mata yang jatuh membasahi pipi."Andai dulu aku tidak menyia-nyiakan dia, mungkin saat ini aku bisa menunggu ibu di dalam. Gara-gara ambisiku menjadi orang kaya, aku harus kehilangan orang yang begitu tulus mencintaiku," gumam batin aura menyesal.Hampir setengah jam lamanya saka berada di dalam bersama ibunya. Kedua tangan aura meremas dan mencoba bersikap untuk tenang menunggu kabar dari saka.Bola manik mata indahnya tak berhenti menatap ke arah pintu ruang IGD  yang masih tertutup rapat. Kecemasan dan ketakutan kini menghampiri aura. Pikirannya mulai mengarah hal negatif yang akan terjadi pada ibunya. Bagaimana jika ibu kenapa-kenapa? Bagaimana hidupku jika ibu meninggalkanku? Dan bagaimana masa depanku selanjutnya?Pertanyaan itu seakan berputar-putar di dalam otaknya."Ya Tuhan, selamatkan ibuku! Aku masih bu
Baca selengkapnya

Kejujuran

Arini menghela nafas panjang. Bibirnya melipat dan bergetar mengimbangi desiran hatinya yang mulai tak karuan."Jika itu benar dan dia mencoba main hati di belakangku, aku tak akan memaafkannya," gerutu Arini mulai mengeluarkan kata serampahnya.Sejenak, lentik indah bulu mata Arini seakan tak mampu mengerjap saat alya menatapnya  dengan tajam. "Aduh, apa alya mendengar kata-kataku barusan, ya?" batin arini bertanya. Bibirnya melipat seraya mengedipkan mata kanannya berulang kali. "Tante kenapa? Apa om saka menyakiti tante?" Pertanyaan yang seharusnya tak terucap pada anak lima tahun seperti Alya.Perlahan, arini berjongkok tepat di depan gadis kecil bertubuh gendut tersebut, Jari jemari tangan mulusnya mulai memegang bahu alya yang tertutup dengan kaos berwarna pink."Tidak, Sayang. Mana mungkin om saka menyakiti hati tante. Kamu tau sendiri kan, om saka seperti apa?" tanya balik Arini seraya memegang pipi chubby keponakan
Baca selengkapnya

Hadiah untuk Arini

Bagaimana bisa kamu bicara seperti itu? Apa kamu rela aku kembali lagi padanya?" Kedua mata mereka saling menatap satu sama lain. Hati mereka juga seakan berbicara dan bertolak belakang dengan segala ucapan yang terlontar dari mulut mereka sendiri.Arini menghela nafas panjang. Bola manik matanya mengernyit melihat sang kekasih berusaha membuatnya cemburu."Ya, itu sih tergantung kamu. Kalo kamu ingin kembali padanya, ya nggak apa!" jawab Arini santai.Saka mendesah sebal. Bisa-bisanya arini berbicara seperti itu padanya. Seakan-akan rasa cinta kepadanya tak ada sama sekali.Semua perkataan, pernyataan, dan pertanyaan yang akan ia lontarkan pada arini, seketika terhenti saat Arini menoleh ke arahnya sembari terkekeh pelan."Panik, ya? Aku bicara seperti itu?" ledek Arini tersenyum senang. Ia seakan puas melihat sang kekasih termakan dengan candaannya.Saka tersenyum tipis. Hatinya seakan lega melihat ekspresi tunangannya tersebut."Kamu
Baca selengkapnya

Kue ulang tahun untuk Saka

Kedua mata Arini berbinar. Ia tak menyangka saka benar-benar memperlakukan dirinya bak seperti seorang ratu. Semua di turuti."Sesayang itu kamu padaku? Padahal, jelas-jelas aku telah lupa hari ulang tahunmu," gumam Arini mengusap air matanya yang jatuh membasahi pipi.Matahari mulai menenggelamkan cahayanya. Udara malam terasa begitu dingin menembus pori-pori kulit putih yang di miliki dokter tampan tersebut. Duduk termenung, kedua kaki menyilang di sertai kedua tangan menopang di dada itulah yang di lakukan saka saat ini."Makan malamnya lain kali saja, ya. Hari ini aku ada janji dengan teman SMA-ku." Perkataan Arini mulai melintas kembali dalam pikirannya."Padahal, aku ingin merayakan ulang tahunku bersamanya. Jalan-jalan naik motor bersama, makan malam bersama, rasanya sangat menyenangkan. Hah, tapi apa daya, aku tak bisa memaksanya untuk menuruti keinginanku itu," gumam saka terkejut saat suara bel berbunyi memanggilnya.Saka menghela nafas p
Baca selengkapnya

Hadiah ulang tahun yang berkesan

"Syukurlah!" ucap Arini menyeringai."Hari ini adalah hari ulang tahun kamu, kamu ingin meminta hadiah apa dariku?" tanya Arini yang membuat saka mengernyit menatapnya."Apa kamu akan menurutinya?" tanya Saka sembari tersenyum manis. Sesaat, kedipan matanya yang genit membuat Arini berpikir yang tidak-tidak terhadapnya."Ya, maksud hadiah seperti jam, baju atau apa gitu dan jangan aneh-aneh!" umpat arini membuat saka terkekeh pelan. Dengan lembut, saka mengusap rambut arini yang terurai panjang. "Pasti berpikiran macam-macam, ya? Dasar, otak ngeres!" kata saka yang berhasil menggoda tunangannya tersebut."Si-apa yang berpikir macam-macam?" jawab Arini gugup.Saka tersenyum. Tanpa meminta ijin ataupun memberi kesempatan bertanya, saka menarik tangan arini dan mengajaknya pergi."Mau ke mana?" tanya Arini penasaran. Sepanjang perjalanan, Saka tak berhenti memegang tangan mulus yang melingkar di pinggangnya. Begitu nya
Baca selengkapnya

Kecelakaan

Tanpa ia sadari, kakinya tersandung dan terjatuh tepat di atas tubuh saka.BukSaka terbangun dan terkejut saat bibirnya menempel tepat di bibir arini. Kedua mata saling memandang. Hati mereka sama-sama berdesir hebat saat ciuman itu terjadi lagi.Dengan cepat, Arini terbangun dan duduk di samping saka."Aku hanya ingin memakaikan ini untukmu," kata Arini menyodorkan selimut untuk Saka.Saka menyeringai. Perlahan, ia  terbangun dan duduk tepat di hadapan arini."Apa kamu ingin  aku libur?" Pertanyaan Saka yang membuat arini mengernyit heran."Tidak, mana mungkin aku menginginkanmu untuk libur," bantah Arini seraya memayunkan bibirnya."Buktinya, kamu memberikan selimut ini untukku. Bukankah itu tandanya kamu menyuruhku untuk tertidur lagi?"  Arini menghela nafas panjang. Sudut bibirnya mencibir saat saka mulai menggodanya."Ya ya, terserah apa yang kamu katakan!" jawab Arini mengalah.S
Baca selengkapnya

Aura seakan tak percaya

Berbaringlah! Aku akan menjahitnya!" pinta saka terlihat begitu dingin. Arini menegak salivanya dengan paksa. Ia tak menyangka jika saka benar-benar marah padanya. Bibirnya memanyun, tangan kanannya menarik baju saka agar mendapatkan perhatian lebih darinya. "Aku akan berbaring jika kamu memaafkanku terlebih dahulu!" ancam Arini menahan rasa sakit di tangannya. Saka mendesah sebal. Bisa-bisanya arini mengancam di saat dirinya terluka parah. Sebenarnya, dalam hati kecil saka masih sangat marah dengan tindakan kekasihnya tersebut.  Dahinya mengernyit, wajah cantik yang dimiliki arini terlihat pucat pasi, keringat dingin sebesar jagung mulai membasahi paras cantiknya. "Berbaringlah!" ucap Saka terdengar begitu lembut.  Arini tersenyum senang. Tanpa banyak buang waktu, ia mulai berbaring secara perlahan. Dengan hati-hati dan penuh perhatian, Saka mulai membersihkan luka di tangan Arini yang terbilang cukup parah.
Baca selengkapnya

Permintaan maaf

Aura terhenti. Kedua matanya terbelalak kaget melihat arini terbaring lemas di ruangan tersebut."Arini? Kenapa dia?" tanya aura penasaran.Sejenak, Aura menegak salivanya dengan paksa. Perhatian papanya terlihat begitu besar pada arini. Hal kecil yang seharusnya juga ia rasakan.Pak Dirga tersenyum melihat putri kesayangannya sudah terbangun dari tidur. Wajah manis yang dimiliki Arini perlahan terlihat segar tak seperti saat masih di ruang IGD."Arini, kamu sudah bangun?" Ayah sumringah. Setelah menunggu hampir dua jam lamanya, arini bangun juga.Kedua mata arini berputar. Ia tak menyangka jika saka sudah memindahkan dirinya ke ruang rawat inap. VVIP pula.Kenapa dia tak membangunkanku? Aku kan baik-baik saja dan tak perlu di rawat seperti ini! gumam batin Arini menghela nafas panjang."Arini, apa kamu baik-baik saja? Apa ada yang sakit? Mana yang sakit?" gumam ayah yang membuat arini tersenyum akan perhatiannya."Tidak, Ayah.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status