Bagaimana bisa kamu bicara seperti itu? Apa kamu rela aku kembali lagi padanya?"
Kedua mata mereka saling menatap satu sama lain. Hati mereka juga seakan berbicara dan bertolak belakang dengan segala ucapan yang terlontar dari mulut mereka sendiri.Arini menghela nafas panjang. Bola manik matanya mengernyit melihat sang kekasih berusaha membuatnya cemburu."Ya, itu sih tergantung kamu. Kalo kamu ingin kembali padanya, ya nggak apa!" jawab Arini santai.Saka mendesah sebal. Bisa-bisanya arini berbicara seperti itu padanya. Seakan-akan rasa cinta kepadanya tak ada sama sekali.Semua perkataan, pernyataan, dan pertanyaan yang akan ia lontarkan pada arini, seketika terhenti saat Arini menoleh ke arahnya sembari terkekeh pelan."Panik, ya? Aku bicara seperti itu?" ledek Arini tersenyum senang. Ia seakan puas melihat sang kekasih termakan dengan candaannya.Saka tersenyum tipis. Hatinya seakan lega melihat ekspresi tunangannya tersebut."KamuKedua mata Arini berbinar. Ia tak menyangka saka benar-benar memperlakukan dirinya bak seperti seorang ratu. Semua di turuti."Sesayang itu kamu padaku? Padahal, jelas-jelas aku telah lupa hari ulang tahunmu," gumam Arini mengusap air matanya yang jatuh membasahi pipi.Matahari mulai menenggelamkan cahayanya. Udara malam terasa begitu dingin menembus pori-pori kulit putih yang di miliki dokter tampan tersebut. Duduk termenung, kedua kaki menyilang di sertai kedua tangan menopang di dada itulah yang di lakukan saka saat ini."Makan malamnya lain kali saja, ya. Hari ini aku ada janji dengan teman SMA-ku." Perkataan Arini mulai melintas kembali dalam pikirannya."Padahal, aku ingin merayakan ulang tahunku bersamanya. Jalan-jalan naik motor bersama, makan malam bersama, rasanya sangat menyenangkan. Hah, tapi apa daya, aku tak bisa memaksanya untuk menuruti keinginanku itu," gumam saka terkejut saat suara bel berbunyi memanggilnya.Saka menghela nafas p
"Syukurlah!" ucap Arini menyeringai."Hari ini adalah hari ulang tahun kamu, kamu ingin meminta hadiah apa dariku?" tanya Arini yang membuat saka mengernyit menatapnya."Apa kamu akan menurutinya?" tanya Saka sembari tersenyum manis. Sesaat, kedipan matanya yang genit membuat Arini berpikir yang tidak-tidak terhadapnya."Ya, maksud hadiah seperti jam, baju atau apa gitu dan jangan aneh-aneh!" umpat arini membuat saka terkekeh pelan. Dengan lembut, saka mengusap rambut arini yang terurai panjang."Pasti berpikiran macam-macam, ya? Dasar, otak ngeres!" kata saka yang berhasil menggoda tunangannya tersebut."Si-apa yang berpikir macam-macam?" jawab Arini gugup.Saka tersenyum. Tanpa meminta ijin ataupun memberi kesempatan bertanya, saka menarik tangan arini dan mengajaknya pergi."Mau ke mana?" tanya Arini penasaran.Sepanjang perjalanan, Saka tak berhenti memegang tangan mulus yang melingkar di pinggangnya. Begitu nya
Tanpa ia sadari, kakinya tersandung dan terjatuh tepat di atas tubuh saka.BukSaka terbangun dan terkejut saat bibirnya menempel tepat di bibir arini. Kedua mata saling memandang. Hati mereka sama-sama berdesir hebat saat ciuman itu terjadi lagi.Dengan cepat, Arini terbangun dan duduk di samping saka."Aku hanya ingin memakaikan ini untukmu," kata Arini menyodorkan selimut untuk Saka.Saka menyeringai. Perlahan, ia terbangun dan duduk tepat di hadapan arini."Apa kamu ingin aku libur?" Pertanyaan Saka yang membuat arini mengernyit heran."Tidak, mana mungkin aku menginginkanmu untuk libur," bantah Arini seraya memayunkan bibirnya."Buktinya, kamu memberikan selimut ini untukku. Bukankah itu tandanya kamu menyuruhku untuk tertidur lagi?"Arini menghela nafas panjang. Sudut bibirnya mencibir saat saka mulai menggodanya."Ya ya, terserah apa yang kamu katakan!" jawab Arini mengalah.S
Berbaringlah! Aku akan menjahitnya!" pinta saka terlihat begitu dingin. Arini menegak salivanya dengan paksa. Ia tak menyangka jika saka benar-benar marah padanya. Bibirnya memanyun, tangan kanannya menarik baju saka agar mendapatkan perhatian lebih darinya. "Aku akan berbaring jika kamu memaafkanku terlebih dahulu!" ancam Arini menahan rasa sakit di tangannya. Saka mendesah sebal. Bisa-bisanya arini mengancam di saat dirinya terluka parah. Sebenarnya, dalam hati kecil saka masih sangat marah dengan tindakan kekasihnya tersebut. Dahinya mengernyit, wajah cantik yang dimiliki arini terlihat pucat pasi, keringat dingin sebesar jagung mulai membasahi paras cantiknya. "Berbaringlah!" ucap Saka terdengar begitu lembut. Arini tersenyum senang. Tanpa banyak buang waktu, ia mulai berbaring secara perlahan. Dengan hati-hati dan penuh perhatian, Saka mulai membersihkan luka di tangan Arini yang terbilang cukup parah.
Aura terhenti. Kedua matanya terbelalak kaget melihat arini terbaring lemas di ruangan tersebut."Arini? Kenapa dia?" tanya aura penasaran.Sejenak, Aura menegak salivanya dengan paksa. Perhatian papanya terlihat begitu besar pada arini. Hal kecil yang seharusnya juga ia rasakan.Pak Dirga tersenyum melihat putri kesayangannya sudah terbangun dari tidur. Wajah manis yang dimiliki Arini perlahan terlihat segar tak seperti saat masih di ruang IGD."Arini, kamu sudah bangun?" Ayah sumringah. Setelah menunggu hampir dua jam lamanya, arini bangun juga.Kedua mata arini berputar. Ia tak menyangka jika saka sudah memindahkan dirinya ke ruang rawat inap. VVIP pula.Kenapa dia tak membangunkanku? Aku kan baik-baik saja dan tak perlu di rawat seperti ini! gumam batin Arini menghela nafas panjang."Arini, apa kamu baik-baik saja? Apa ada yang sakit? Mana yang sakit?" gumam ayah yang membuat arini tersenyum akan perhatiannya."Tidak, Ayah.
"Berlebihan?" Saka bingung dengan maksud tunangannya tersebut."Ya. Tak seharusnya kamu memesan ruang rawat untukku apalagi di ruang paling mahal di rumah sakit ini. Mubasir tau nggak uangnya," gumam arini yang membuat saka terkekeh pelan."Tak ada kata mubasir untukku jika uangku habis karenamu."Arini berpaling sambil menahan senyum manisnya. Wajah cantiknya seketika memerah saat kata-kata itu terlontar dari mulut tunangannya."Ah, rasanya enak kalo malam ini bisa tidur berdua," kata Saka merebahkan dirinya tepat di samping arini.Arini menoleh. Kedua matanya terbelalak kaget melihat tingkah laku yang sangat aneh."Apa yang kamu lakukan?" Arini menggeser tubuhnya."Tidurlah! Aku akan memelukmu sepanjang malam ini." Perkataan saka kembali membuat arini tercengang."Apaan, sih? Nanti kalo tangan aku tak sengaja kamu senggol gimana? Kamu mau, tangan aku terluka lagi?"Saka menghela nafas panjang. Ia memilih me
"Yang ini saja! Ini kualitasnya sangat bagus dan nyaman di pakai!" Ibu tersebut mengambil pembalut dan menyerahkannya pada saka.Lentik bulu mata yang dimiliki saka seakan tak berhenti mengerjap. Seumur hidupnya, baru kali ini ia memegang pembalut wanita di tangannya.Saka menoleh saat semua orang terkekeh melihatnya, begitupun ibu yang menolongnya.Saka tersenyum tipis. Rasa malu di dirinya seketika hilang saat ia teringat apa yang di alami arini saat ini.Di saat sakit, arini harus datang bulan yang selalu membuat perutnya kesakitan."Istri saya sakit, jadi saya yang membelikan semua keperluannya, termasuk pembalut ini," jawab saka membuat tawa mereka memudar. Tegakan mereka seakan mengalir bersaman. Ekspresi mereka terlihat terkejut, tak percaya, seakan menyatu jadi satu mendengar penjelasan dari saka."Ya ampun, ternyata jaman sekarang masih ada cowok seperti dia," bisik salah satu orang yang juga berdiri tak jauh dari Saka.Saka
"Maafkan aku!" kata Arini tersenyum sembari menunggu kedatangan sang kekasih hati yang akan datang menjemputnya.Selang beberapa menit kemudian, Arini menoleh saat mendengar hentakan kaki yang terdengar menghampiri dirinya.DegArini terkejut dan seakan tak percaya melihat orang yang berdiri tegak di hadapannya."Kelihatannya kamu baik-baik saja. Apa yang menyebabkan kamu di rawat di ruang sebagus ini?" tanya Aura tersenyum sinis.Arini menghela nafas panjang. Sebenarnya, di dalam hati kecilnya arini merasa sangat kasian dengan apa yang terjadi pada aura. Tapi, lagi-lagi aura memperlihatkan sifat tak suka padanya, sampai-sampai rasa kasihan itu hilang seketika."Ada apa kamu kemari?" tanya arini berdiri menghampiri aura.Aura tersenyum tipis. Kedua matanya melirik ke arah tangan arini yang masih mengenakan perban."Arini, apa kita bisa bicara sebentar?" tanya Aura yang mengejutkan arini.Wajah sinis dan terlihat in
"Iya," jawab Arini seraya melipat bibirnya."Apa mungkin kita bisa sampai rumah sebelum acara kita di mulai?" Pertanyaan Saka yang membuat rasa cemas Arini datang menghampiri."Jika kita datang terlambat, apa iya kita akan gagal menikah lagi?" tanya Arini seakan tak mampu menegak salivanya sendiri.Saka menoleh dan tersenyum menatap arini yang begitu takut kehilangan dirinya.Dengan belaian lembut dan perhatian, Saka membelai rambut Arini yang masih terurai rapi dengan hiasan cantik di kepalanya."Aku tak akan biarkan itu semua terjadi. Pernikahan kita akan terlaksana meskipun cobaan datang menghadangku!" ucap Saka membuat hati Arini sedikit lega. Senyumnya mengembang. Kegigihan Saka memang sudah tak bisa di ragukan lagi."Maaf, Dok. Pak Bondan ingin bicara dengan Anda," ucap sang sopir menyodorkan ponsel ke arah Saka.Ada apa lagi pak Bondan ini. Apa dia tidak bisa berbicara padaku saat aku tiba di sana! kata batin Saka menghela nafas panjang dan menatap nama pak Bondan yang tertera
"Kenapa? Dia sedang tidur. Dan tak masalah jika aku menciummu di depannya," tutur Saka yang mengejutkan Arini."Benarkah dia tertidur?" tanya Arini menoleh menatap sang buah hati ya memang tertidur pulas.Tak biasanya dia tertidur pulas seperti ini? Apalagi tidur tanpa susu sebelumnya? kata batin Arini berpikir.Lamunan Arini buyar saat saka mentoel dagu indahnya."Melamun apa?" tanya Saka mengernyit.Arini menyeringai."Tidak. Hanya saja, Andara tak seperti biasanya. Tertidur lelap seperti ini. Biasanya, kalo dia ingin tidur, dia tak jauh-jauh dari susu," tutur Arini mengernyit heran. "Benarkah? Tapi, sejak tadi malam dia tertidur pulas di gendonganku," kata Saka duduk dan merebahkan tubuh mungil andara tepat di pangkuannya."Coba kamu periksa dia! Aku takut terjadi sesuatu padanya," gumam Arini memegang kening dan pipi chubby yang di miliki putranya itu."Bagaimana? Panas?" tanya Saka memastikan."Tidak! Suhu tubuhnya normal," ucap Arini seraya melipat bibirnya.Saka menghela nafa
Arini menoleh. Kedua bola matanya terbelalak kaget dan seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat. Lelaki yang akan menjadi suaminya terlihat baik-baik saja. Begitu gagah memakai seragam operasi yang di kenakan. Dia baik-baik saja! gumam batin Arini tersenyum saat Saka menoleh ke arahnya.Saka tersenyum dan berjalan menghampiri wanita dan putra kecilnya yang juga tersenyum ke arahnya."Dia menangani orang yang hampir saja menabrak mobilnya dan dia menyuruh kami untuk menunggunya di sini bersama jagoan kecil kalian ini," tutur Devian menjelaskan sembari mengusap rambut lembut yang dimiliki Andara."Iya. Andara sangat pintar. Dia sama sekali tak rewel saat Saka sibuk menolong orang kecelakaan," sahut Adelia mengusap punggung Alya yang berada dalam gendongannya."Iya. Terimakasih sudah menjaga Andara!" ucap Arini tersenyum senang mendengarnya."Iya. Sama-sama. Kalo begitu kami ke depan dulu, ya!" gegas Devian pergi bersama anak dan istrinya.Lentik indah bulu mata Arini tak berhenti me
Sesaat, dahi ibu mengernyit. Langkah kakinya mulai berjalan menghampiri Farel yang sibuk dengan benda layar pipih tersebut."Apa? Mereka kecelakaan!" kata Farel mengejutkan ibu dara.."Kecelakaan?" tanya ibu terkejut.Farel menoleh. Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa saat suara ibu mengagetkan dirinya. Dengan cepat, ia mematikan ponsel dan memasukkan ke dalam saku jas hitam miliknya."Siapa yang kecelakaan? Apa terjadi sesuatu dengan Saka dan keluarganya? Keponakan kamu bagaimana?" tanya Ibu memastikan.Farel tersenyum dan memegang bahu ibunya yang tertutup dengan kain batik yang di kenakan."Saka dan keluarganya baik-baik saja, Bu. Mereka sedang dalam perjalanan menuju ke sini," tutur Farel menjelaskan."Trus, siapa orang yang kamu maksud? Siapa yang kecelakaan?" tanya Ibu masih penasaran.Farel menghela nafas panjang. Beginilah jadinya jika ibu mendengar berita yang menghebohkan. Harus menjelaskan secara detail agar tak salah paham ke depannya."Yang kecelakaan adalah teman-te
Terserah ka ...," kata Arini terbelalak kaget saat saka meraih tangannya dan mencium bibirnya dengan mesra. Rasanya memang sangat berbeda. Semoga, hari ini dan seterusnya aku merasakan hal yang indah seperti ini. Tidak canggung lagi, tidak ada pertengkaran batin lagi dan bisa mencintai dia lagi. Momen inilah yang sangat aku rindukan selama ini! gumam batin Arini membalas ciuman mesra tersebut.Kedua tangannya dengan erat memegang t-shirt hitam yang di kenakan oleh Saka. Saka mulai melepas ciuman itu secara perlahan. Senyum manisnya tertoreh menatap wajah cantik mempesona yang berada dalam dekapannya."Secepatnya! Secepatnya aku akan meresmikan hubungan ini," ucap Saka memegang kedua pipi chubby Arini.Arini tersenyum sembari menganggukkan kepala. Sebuah isyarat kalo iya sangat setuju dengan apa yang telah di putuskan oleh Saka.Sesampai di rumah, Arini terkejut saat melihat kamar miliknya terhias cantik layaknya seperti pengantin baru. Terhias bunga-bunga mawar, lampu yang bersina
"Arini, apa dia Andara?" tanya Farel yang mengejutkan semuanya. "Bagaimana kakak tau kalo dia adalah Andara?" tanya Arini penasaran. Farel mengangkat tubuh andara dan memangku tepat di atas pahanya. "Ya, saka yang memberitahu kakak," jawab Farel yang lagi dan lagi mengejutkan mereka. Perkataan Farel yang membuat rasa penasaran mereka bertambah. Seakan tau kehidupan Saka sehari-harinya. "Saka? Saka siapa yang kakak maksud?" tanya Arini memastikan dan berharap saka yang di maksud bukan ayahnya andara, tapi orang lain. "Siapa lagi kalo bukan saka tunanganmu itu," tegas Farel yang membuat arini seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Arini termenung, terdiam memikirkan semua ucapan dari kakaknya. Rasa bersalah yang selama ini ia lakukan pada Saka mulai menghampiri dirinya. "Waktu itu kakak berniat untuk bertobat sesuai kemauan ayah, tapi banyak sekali masalah yang menimpa kakak. Menahan lapar setiap harinya dan juga sempat menjadi gelandangan, kakakpun juga mengalaminya. Untu
"Meskipun kami saling mencintai, kami tetap tidak bisa bersama, Bu!" tukas Arini menjelaskan."Apa penolakanmu ini karena janji dengan almarhum kakek Rendra?" tanya ibu yang mengejutkan Arini."Almarhum?" tanya Arini mengernyit.Sepulang dari rumah sakit, Saka bergegas menuju ke rumah Arini. Rasa rindu tak tertahan pada sang putra membuatnya tak bisa jauh lagi."Andara, kamu benar-benar membuat daddy rindu!" gumam Saka seraya menatap ke arah baju yang sudah terbungkus rapi dalam totebag."Semoga ukurannya sesuai dengan tubuh kamu!" gumam Saka meletakkan totebag itu tepat di sampingnya." Kita langsung ke rumah tadi pagi, ya Pak!" perintah Saka ke arah sopir pribadinya."Baik, Pak!" jawab sopir itu menambah kecepatan laju kendaraannya.Arini menghela nafas panjang. Kedua matanya mengerling menatap ke arah jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sebuah jam yang menunjukkan pukul 8 malam. "Sayang, ini sudah malam, lho! Kenapa kamu masih sibuk main? Kamu nggak ngantuk?" tanya
Sesaat, ia terbangun. Kedua bola matanya seakan tak mampu mengerjap melihat sebuah foto Andara berada dalam dekapannya Saka. Apa kamu tak ingin ke sini? Ke pantai, bersamaku dan bersama putra kita! Sebuah pesan yang membuat Arini seakan tak mampu menegak salivanya sendiri."Putra kita? Kenapa dia bilang seperti itu? Apa dia sudah tau yang sebenarnya?" Arini seakan tak percaya. Berulang kali ia menatap ke arah layar pipih itu dan berharap penglihatannya salah. Tapi, harapannya sirna. Foto yang di kirim oleh Saka, memang benar-benar nyata. Sama sekali tak memakai sistem edit."Tidak! Dia tak boleh mengambil Andara dariku!" gegas Arini mengambil kunci dan pergi meninggalkan tempat usahanya. Semua karyawan yang baru datangpun terkejut melihatnya. Kedua mata mereka seakan tak berhenti menatap ke arah Arini yang pergi dengan buru-buru."Tumben si boss sudah tiba sebelum kita datang?" tanya Salsa seraya mengernyit menatap mobil atasannya itu mulai hilang dari hadapan mereka."Iya. Akhir-a
Siapa lelaki yang mau menjadi suami pura-puranya arini? tanya Saka dalam hati dan melangkah menghampiri.Saka mencoba untuk tersenyum dan bersikap santai menyikapi akting yang akan di jalankan oleh mereka."Maaf, sudah membuat kalian menunggu!" kata Saka teekejut saat suami pura-pura arini menoleh ke arahnya."Saka?" kata Adrian spontan mengejutkan mereka. Terutama Arini.Arini seakan tak mampu menegak salivanya saat mendengar ucapan Adrian."Kak Adrian mengenalnya?" bisik Arini penasaran.Saka mengernyit menatap mereka yang sedang berdiskusi untuk berakting di depannya.Ia menghela nafas seraya menyeruput minuman yang sudah ia pesan lebih dulu."Arini, dia sahabat kakak. Dan tak mungkin juga, aku berakting sebagai suami kamu. Dia tak mungkin percaya! Dia terlalu jenius untuk di bohongi," jawab Adrian dengan nada pelan.Arini menghela nafas panjang. Ia tak menyangka jika rencananya akan gagal total seketika. Tak sesuai harapan.Ini sama saja aku mempermalukan diriku sendiri di depanny